11.profession

30.3K 277 7
                                    

Hai!! all!!
.
Kuharap kalian suka sama cerita ku yang udh masuk part 11. Mungkin agak ga nyambung. Tapi semoga bisa lebih baik di next cerita.
.
Happy reading Bestie!
_

Pagi ini, Maria tidak menemukan pria itu di penthouse megahnya. Ia berlarian kecil menuruni tangga sampai bertemu beberapa bodyguard Massimo.

Mereka menunduk hormat.

"Selamat pagi nona" sapa mereka.

"Apa kalian melihat Massimo?"

Bodyguard itu Saling bertatapan satu sama lain,lalu melihat Maria lagi.

"Tuan Massimo pergi ke kantor pagi tadi,nona"

"Sungguh? Di pagi buta begini?"tanya Maria tidak percaya.

Tidak seperti biasanya pria itu datang ke kantor sepagi buta begini, biasanya ia akan mengganggunya saat pagi.

Maria mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Ia menelfon seseorang.

Siapa lagi jika bukan Massimo.

Sial! Dia tidak mengangkat telfonnya. Maria membuang ponselnya di ranjang.

"Oke, mungkin dia sibuk. Kenapa aku harus seperti ini? Cih!"

"Orang seperti Massimo tidak layak untuk di cari" oceh gadis itu.

Sambil bersenandung, Maria melihat dirinya di pantulan kaca. Membenarkan rambutnya yang tergerai panjang.

"Aku kan menikmati hidupku saat tidak ada kau Massimo!"

"O! Aku cantik juga" ucapnya pada dirinya.

...

"Ini berkas-berkas yang perlu kau urus dan perlu di tanda tangani" Lucca meletakkan setumpuk kan berkas serta dokumen yang perlu di selesaikan.

Sudah sekitar satu Minggu Massimo tidak masuk kantor karna ada beberapa urusan, yang pasti menjaga gadisnya.

"Sebanyak ini?! Aku hanya tidak bekerja satu Minggu" Massimo memijat pelipisnya.

"Sebanyak ini?!" Cibir Lucca kesal. Karna pria itu tidak masuk satu Minggu kamanya, semua pekerjaan dia yang handle.

"Kau mencibir ku? Cih!"

"Untuk bulan depan, kau harus ke Berlin. Kau akan tinggal di sana beberapa hari untuk melihat perkembangan cabang yang baru" jelas Lucca.

"Sial! Apa itu bisa kau saja yang berangkat kesana? Kenapa harus ke Berlin?"

"Aku tidak akan mengantikanmu lagi!" Tekannya di setiap kalimat.

"Oh dan satu lagi tuan Massimo yang terhormat. Kau harus pulang ke Prancis, ada beberapa yang harus di urus di rumah"

"Felix yang menelfon ku, ayahnmu sendiri"

Lucca tertawa renyah, melihat begitu banyak yang harus Massimo urus.

"Kau tidak akan bisa bersenang-senang dengan gadis mu yang menurutku sangat beban" lanjutnya.

"Apa maksudmu? Jangan bawa-bawa Maria di kantor" sinis nya.

"Oh..lord bagaimana aku menyelesaikan ini tepat waktu? Aku ingin bersama gadisku" ujarnya tanpa mementingkan perasaan Lucca.

Dasar mesum! Saat pusing begini pria itu masih sempat memikirkan hal-hal tidak berguna.

"Mesum mu teryata belum sembuh juga" gumam Lucca namun Massimo mendengarnya. Sungguh ucapan Lucca sangat keras di telinganya.

"Diam brengsek! Kau menganggu konsentrasi orang saja"

VENESIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang