22.corporate party

9.2K 128 0
                                    

Semua berubah baik-baik saja sejak satu bulan yang lalu, rumah tangga nya bersama Massimo sudah membaik. Massimo juga mulai sibuk bekerja sekarang. Pria itu beberapa hari ini pulang cukup larut, itu membuat perasaan Maria sedikit tidak enak.

"Apa kau akan pulang larut, malam ini?" Tanya Maria, tangan nya sibuk memasangkan dasi untuk suaminya. Sudah menjadi rutinitas baginya untuk menyiapkan semuanya bukan?.

Massimo membuang nafasnya berat"mungkin tidak".

Bibir Maria maju beberapa centimeter, itu menandakan jika istri nya sedang marah padanya" aku akan bekerja lebih cepat sayang, jika aku tidak melakukan itu waktu untuk berdua terbuang"

"Aku ingin menyelesaikan dahulu pekerjaan ku, lalu berdua dengan mu sepuasnya" ucap Massimo memberi pengertian.

"Emm" jawap Maria singkat.

Massimo mendekap pipi istrinya dengan kedua tangannya, menaikkannya ke atas agar wanitanya melihatnya. Massimo mengecup bibir Maria sekilas.

"Ayolah, jangan cemberut. mengertilah sayang"

Maria memeluk tubuh big boy suaminya. Memeluk Massimo erat.
"Aku merindukanmu, kau terlalu sibuk bekerja. Atau---" terlintas kecurigaan muncul di benak Maria. Gadis itu menjauhkan tubuhnya, melihat mata Massimo dalam dalam. Mencari kesalahan suaminya,namun tidak ada kebohongan yang terlihat dari netra coklat itu.

"Atau.....?" Massimo menaikkan satu alisnya. Menunggu jawaban.

"Awas saja kau berselingkuh dengan gadis lain! Aku potong punya mu!" Ancam Maria tidak main-main.

Mendengar ancaman istrinya, pria itu terkekeh"apa yang kau maksudkan sayang? aku tidak akan melakukannya. Kau tau aku sangat mencintaimu"

"Hemm"

Massimo mengambil sesuatu dari atas mejanya, sebuah amplop merah. Pria itu memberikannya pada istrinya.

"Apa ini? Sebuah amplop?" Maria mengambilnya.

"Pesta perusahaan?" Massimo mengangguk.

"Ya. Setiap tahun perusahaan Ramos menggandakan pesta"

"Ramos? Aku baru mendengarnya"

"Semua petinggi akan menghadiri pesta itu"

"Lalu, kau?"tanya maria.

Massimo melihat arloji yang terpasang sempurna di pergelangan tangannya, sudah pukul 7.30.

"Bersiaplah untuk nanti malam, aku akan mengajakmu ke sana" Massimo mencium puncak rambut istrinya lalu pergi.

°°°°

Pukul 8.30

Massimo menunggu istrinya di lantai dua, terlihat pria yang sebentar lagi akan memasuki umurnya yang ke dua puluh delapan masih gagah dengan setelah jas hitam yang melekat di tubuhnya.

Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar dagu Massimo menambah aura maskulin pada dirinya.

"Aku izin libur untuk beberapa Minggu, aku akan melamar Laura" Massimo tersedak ludahnya sendiri saat mendengar itu.

Apa dia tidak salah dengar? Melamar Laura?.

"Jangan segitu kagetnya, sialan"

"Ya kau boleh libur"

"Beby!" Laura mengalungkan tangannya di leher Lucca. Mereka berciuman sesaat.

VENESIA (SELESAI)On viuen les histories. Descobreix ara