21. must be responsible

10.5K 140 13
                                    

"lihat, bukankah ini istri Massimo? CEO tambang batu bara, dia tertangkap basah saat gempa di Eropa"

"Malang sekali gadis itu"

"Apa gadis itu akan di ceraikan oleh Massimo?"

"Aku harap begitu"

"Jika aku Massimo, aku akan menceraikan istri yang sudah membuat namanya jelek"

"Siapa yang membuat berita itu?"

"Mungkin orang yang tidak suka dengan istri tuan Massimo"

Felix sedikit jijik mendengar semua komentar yang tertulis di beberapa postingan di Twitter. Walaupun sudah tua, Felix tetap eksis di sosial media terutama Instagram.

"Oh tidak, ini menjadi topik utama si beberapa sosial media, apa menantuku akan baik-baik saja?" Felix melempar ponselnya.

Ia mengambil secangkir kopi panas yang maid buatkan untuknya. Pria paruh baya itu meminum kopinya. Setelah selesai ia meletakkan secangkir kopi itu ke meja.

"Apa si kaparat itu bisa sekali saja benar dalam kerjaannya? Sungguh membuat kepala ku pusing saja"

Mata sembap keriput itu kembali melihat ke arah ponselnya. Ia mengambilnya kembali. Membuka kontak dan menelfon seseorang.

"Hapus semua berita yang ada di sosial media hingga ke akar, jika aku menemukan berita yang membahas istri Torricelli aku akan membunuhmu!" Ucap Felix ke intinya.

"Satu lagi, kau harus menangkap satu orang yang menyebarkan berita itu" Felix membuang nafasnya.

"Tuan!" Seorang maid muncul di balik pintu, membuat Felix terkejut. Maid itu masuk dengan nampan yang membawa roti kering yang harus ada.

Felix terkekeh"Kau terus seperti itu, Liza"

°°°°

Massimo menarik nafasnya saat sudah di depan pintu kamar Maria. Nampan yang ia bawa berisikan sup dan berbagai macam lainya. Dia berharap Maria akan makan hari ini.

Berat badannya semakin turun saat ini, Maria mulai tidak nafsu makan dan berbicara, dia tidak berbicara ke siapapun selama tiga hari.

Massimo memutar kenop minimalis itu, ia membukanya.terlihat Maria yang terlelap di atas kasur queensize. Pria itu menaruh nampan di atas nakas.

"Sayang...?" Suara lembut itu terlontar dari mulut kulkas seribu dua ratus empat puluh lima derajat itu. Tangannya mengusap lembut puncak kepala istrinya.

"Kau harus makan sayang, perut mu harus terisi makanan" bujuk Massimo. Namun lagi-lagi Maria menolak makan.

"Aku akan menyuapi mu, kau harus makan Hem?" Dengan sedikit kesulitan Massimo mengarahkan sendok ke mulut maria.

"Aaaa" sudah memberi kode, namun mulut maria tak kunjung terbuka.

"Satu sendok saja, sayang.."

Massimo menaruh semuanya di atas nakas. Sedikit berfikir bagaimana cara gadis itu agar makan. Massimo mengambil buah kiwi yang sudah di potong.

Pria itu meletakkannya di mulutnya. Tangannya ia tepatkah di pipi Maria agar mulut istrinya terbuka lebar. Saat mulut maria terbuka, Massimo mengambil kesempatan itu untuk memasukkan buah yang ada di mulutnya, secara tidak langsung cara itu berasil membuat satu buah masuk ke dalam mulutnya.

"Kamu mau makan jika seperti ini?" Pria itu tersenyum lebar.

Tiba-tiba Massimo mencium bibir istrinya sekilas. Ia mengambil buah-buah lainnya dan melakukan hal yang sama, lagi-lagi cara itu berhasil.

Massimo terkekeh melihat tingkah istrinya itu, sedikit ada perubahan menurut Massimo. Tidak separah dua hari yang lalu.

Getaran ponsel sukses membuat Massimo mati penasaran. Tertera nama Lucca di sana.

"Istirahat hemm"

Dengan tergesa pria itu keluar dari kamar mereka.

"Kau sudah menemukannya?"

"Kau akan sedikit kaget melihat siapa pelakunya"

"Maksudmu? Memang siapa pelakunya?"

"Kau akan tau nanti, aku akan segera ke penthouse mu"

Massimo kembali ke ruang kerjanya, ia duduk di kursi dengan wajah penuh penasaran. Lantas siapa yang tega menyebarkan itu.

"Sialan! Lepaskan aku!"

"Siapa yang memberi tau kalian jika aku yang menyebarkan berita istri Torricelli itu!"

"Kalian salah paham!"

Suara ramai membuyarkan lamunannya, matanya dengan sigap melihat ke arah pintu. Terlihat Lucca dengan dua bodyguard yang memegangi seorang wanita.

"Lihat wanita jalang ini! Sungguh tidak tau mau!" Maki lucca.

Matanya menyipit, Massimo sedikit mengingat wajah gadis itu.
"Kau sekertaris Paolo bukan?"

Carina. Gadis itu pelakunya.

"Ya! Aku sekertaris Paolo! Tapi itu dulu"

Massimo terkekeh hambar" apa keuntungannya kau menyebar foto Maria saat seperti itu? Berapa bayaran mu untuk menyebarnya?"

Carina tersenyum" tidak ada yang membayar ku tuan Massimo, aku hanya sedikit tidak suka dengan istri jalang mu itu".

"Jalang? Jalang katamu!" Geram Lucca.

Massimo berdecih" apa itu tidak terbalik?"

Massimo menggeleng mengejek" kata jalang, apa itu seharusnya pantas buat wanita sepertimu?"

"Sialan kau Massimo!"

"Apa buktinya jika aku yang menyebarnya?" Carina belagak tidak bodoh di depan Massimo.

"Kau bisa menyembunyikan api, tapi tidak dengan asapnya" daftarnya.

"Sudahlah, berbicara dengan wanita stres seperti mu tidak ada gunanya" Massimo kembali duduk di kursi kerjanya.

"Bawa dan potong lima jarinya, agar dia ingat apa yang ia perbuat kepada istriku"

"Kau sehari berterimakasih padaku sialan! Jika aku tidak menelfon mu saat kau mencari Maria! Kau tidak akan pernah menemukanmu!"

"Kau punya hutang Budi padaku" ucapnya pede.

"Jika kau mengusik istri ku,kau harus siap menerima konsekuensinya"

"Benarkah? Okeh. Jika begitu tambah lagi satu jaringan yang di potong"

"Bawa potongan jari itu, aku akan membuat museum di penthouse ku"

"Bawa dia, aku sudah malas melihatnya" tangan pria itu seperti mengusir. Dengan cepat kedua bodyguard itu menarik paksa gadis itu.

"Tidak! Aku mohon jangan lakukan itu Massimo!"

"Penyesalan adalah neraka terkejam dalam hidup" ujar Massimo kepadanya.

"Aku mohon padamu" teriakan gadis itu tidak lagi di dengar olehnya.

"Aku hanya membersihkan sampah yang membuat dunia sempit jika di isi orang seperti mu, maka dari itu sampah harus di buang dan di musnahkan."

Akhirnya semuanya selesai, hanya ada satu masalah lagi. Yaitu Maria. Massimo harus secepat mungkin untuk membuat istrinya berbicara kepadanya.

"Sayang" suara itu langsung membuat Massimo mencari-cari. Matanya menangkap sosok Maria di ambang pintu, masalah yang ia pikirkan akhirnya selesai.

Massimo mengangkat tubuh kecil itu ke atas, menciumi semuanya.

Massimo mencium bibir istrinya, pinggang kecil itu ia tarik agar lebih dekat dengannya.

VENESIA (SELESAI)Where stories live. Discover now