23. A game

9.8K 106 7
                                    

"aku akan kembali" Massimo berjalan ke arah tangga. Menemui seseorang.

Lagi?

Maria sedikit aneh dengan sikap Massimo. Tapi mungkin hanya perasaannya saja. Gadis itu menunggu di tepi, Maria Masi setia menikmati pesta dansa yang di gelar.

Hawa bosan menghantuinya, Massimo. Pria itu tidak kunjung menemuinya. Matanya menyapu semua sudut gedung, mencari keberadaan suaminya dari banyaknya manusia yang datang ke acara tersebut.

Badannya berbalik, melihat yang berada di lantai dua. Shit! Matanya menangkap Massimo sedang berjalan dengan seorang gadis. Gadis itu mengepalkan tangannya erat.

Maria dengan cepat mengejar keduanya. Maria menaiki tangga dengan tergesa, gaun yang panjang mempersulit dirinya untuk lebih cepat naik ke atas sana. Ia mengambil kain yang menjuntai ke bawah lalu ia tarik ke atas.

Sedikit terlalu berlebihan namun tidak ada cara lain. Maria berhenti sejenak saat berada di atas. Ia mencari keberadaan suami sialannya!

Oh Tuhan!

Ia berlari saat melihat wanita itu menarik suaminya ke ruang sepi. Dengan jantung yang berdegup kencang Maria perlahan menghampirinya.

Deg!

Jantungnya berhenti berdetak sekarang. Air matanya menetes begitu cepat saat melihat suaminya bercinta dengan jalang di tempat sepi. Mereka sudah melakukannya! Massimo berbagi dengan siapapun!

Berengsek!

Sedikit terisak gadis itu turun, secepat mungkin Maria keluar dari pesta itu. Perasaannya hancur sudah. Benar-benar pria brengsek,! Sial!.

Ia berada di depan gedung sekarang, sepi. Di tambah malam semakin larut.

"Burung murahan!" Tekan Maria di setiap kalimat dengan nada yang bergetar.

"Maria?" Gadis itu menghentikan acara jalanya, ia mematung saat melihatnya.

Pas sekali Paolo datang ke acara, gadis itu butuh tumpangan untuk membawanya jauh dari pria brengsek itu.

"Kenapa kau menangis?" Tanya nya begitu saat melihat pipi gadis itu basah.

"Bawa aku dari sini, Paolo. Aku mohon padamu" Maria terisak.

Tanpa berfikir panjang, Paolo mengizinkan Maria masuk ke dalam mobilnya. Perjalanan di mulai.

Paolo melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menebus jalanan kota yang semakin sepi. Melewati gedung-gedung tinggi pencakar langit, Restorant dan tempat-tempat yang nyaris tak pernah di kunjungi.

Selama perjalanan mereka saling membisu, di samping nona Torricelli tetap diam dengan wajah yang di gelayuti Mendung. Sesekali gadis itu menghela nafas, lalu mengumpat pelan.

"Massimo tidak marah dengan keputusan mu pergi denganku?" Tanya Paolo kemudian, memecahkan keheningan di dalam mobil Porsche yang sunyi.

"Tidak, dan aku tidak peduli dengan itu" terang Maria.

"Bawa aku jauh dari sini, agar pria brengsek itu tidak bisa menemukanku di manapun" lanjutnya.

Paolo tersenyum, ia menginjak pedal gas nya lebih kencang lagi.

°°°°

"Mom jangan menghubungi ku untuk beberapa waktu, aku akan membuang semua barang yang membuatku terlacak oleh pria gila seperti Massimo" ucap Maria di sambungan telfon.

"Maria! Apa maksudmu!?" Suara itu samar-samar terdengar dari ponselnya. Maria mematikan sambungan ponselnya sepihak. Membuka cesing dan mengambil kartu nya, gadis itu mematahkannya. Membuangnya jauh ke jurang bersama barang-barangnya yang lain.

VENESIA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang