LA - 34

96.4K 8.6K 4.9K
                                    

Holaa! Part kmrn banyak yg gabisa buka ya? 😭 gatau kenapa ini Wattpad 😭😭

Tolong follow Wattpad aku dulu kalo kalian emang suka, karena tiap update aku selalu buat info di Wattpad. Kalo di follow nanti muncul notif dari aku. Kalo gak follow gak muncul, jadi kalian gatau kalo aku update 😭

Yg gabisa baca part 33 siapa?

Part kmrn gak capai komen 5K, sedih hiks srot.. tp gapapa.. aku tetep update ❤️🙆🏻‍♀️

Part ini vote 4.5K aja deh.. komen juga 4.5K

Kalo lebih boleh, biar besok update lagi.. aku lagi mellow gini suka ngetik jadinya hehehe...

Tandai typo dan kalimat rancu ya!

Tandai typo dan kalimat rancu ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga hari sudah berlalu.

Ibu sudah di makamkan di kampung kelahirannya.

Gaby masih belum bangkit dari keterpurukan. Kehilangan kali ini benar benar menamparnya. Menyadarkannya bahwa setiap manusia bisa pergi kapan saja.

Jika pergi jauh, asalkan masih menginjak bumi, mungkin itu masih baik baik saja. Tetapi jika pergi untuk selama-lamanya, bertemu sang pencipta, itu benar benar menyakitkan.

Sudah tiga hari Gaby tinggal di rumah nenek. Menyendiri di dalam kamar, disaat nenek dan sodara yang lain mengadakan doa bersama untuk kepergian sang ibu.

Pintu diketuk dari luar saat Gaby memeluk gulingnya sembari menatap fotonya dengan ibu yang terpanjang di pigura kayu berukuran kecil.

"Gaby,"

Itu suara nenek. Sudah tiga hari nenek terus mengajaknya keluar kamar, tapi Gaby menolak mentah mentah. Semua kerabat dekat juga sudah membujuk Gaby untuk keluar dari kamar, tapi Gaby menolak.

Gaby belum sempat mengucapkan selamat tinggal kepada ibu. Gaby belum sempat menggenggam tangan hangat ibu untuk yang terakhir kali, sebelum tubuh itu menjadi dingin.

Gaby belum sempat mengatakan apa yang ia pendam selama ini kepada ibu. Gaby belum sempat memberitahu ibu segalanya.

"Ini Mas Kiel datang." Ucap nenek dengan lirih.

Gaby tetap tak bangkit. Ia tidak tertarik dengan segala hal. Ia hanya merindukan ibu. Kesibukannya belakangan ini merenggut waktunya dengan sang ibu.

Tak berapa lama setelah itu pintu kembali diketuk, kali ini dengan suara Kiel mengiringi setelah ketukan terakhir. "Gaby,"

Suara itu menjadi lembut dan begitu hangat. Dan entah mengapa seolah lehernya tercekat bersamaan dengan jantungnya yang seperti diremas kuat. Gaby memejamkan matanya, dan air mata tiba-tiba menetes.

Seharian ini air mata Gaby tidak mau keluar, karena dua hari sebelumnya setiap detiknya ia menangis. Tapi setelah mendengar suara lembut Kiel, air matanya kembali menetes. Gaby mengeratkan pelukannya ke guling yang ia peluk.

Love Attack Where stories live. Discover now