Chapter 07 | Misi Rahasia

249 19 0
                                    

Chapter 07 | Misi Rahasia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 07 | Misi Rahasia

🎸🎸🎸

Aku tak pernah berpura-pura tertawa saat kamu bertingkah jenaka. Tapi kamu selalu berpura-pura jika sudah menyangkut rasa.

---------

"Kamu memang sangat pintar Galaksi." Pujian itu terus saja dilemparkan oleh gurunya yang seorang laki-laki. "Selama jadi murid di sini, kamu sudah mengumpulkan banyak piala dan membanggakan nama baik sekolah ini."

Galaksi hanya mendengarkan sejak tadi celotehan gurunya yang terus memuji dirinya. Ia dipanggil ke ruang guru agar secepatnya menyerahkan piala juara pertama Olimpiade Matematika Tingkat Kota yang baru saja diraihnya.

Dan benar saja, itu semua tidak membuat Galaksi tersenyum. Padahal waktu itu dirinya dengan mudah tersenyum saat mendapatkan teman baru yang ternyata sangat asyik, walaupun mereka anak jalanan yang jelas-jelas tidak selevel dengan dirinya. Tapi, bagi Galaksi pertemanan bukanlah hal yang dinilai dengan uang, tapi sama-sama berjuang.

Galaksi pura-pura mendengarkan gurunya, tapi matanya menyapu ruang guru tersebut. Tak sengaja, pandangannya bersirobok dengan seseorang. Laluna. Cewek itu juga ada di sana, tengah menemui wali kelasnya.

Mendapat tatapan Galaksi, secepat mungkin Laluna memutuskan kontak mata, dan buru-buru pergi membawa setumpuk kertas. Menjauh dari ruang guru, atau lebih tepatnya menjauhi Galaksi.

"Saya permisi dulu ya, Pak!" seru Galaksi dengan tergesa.

"Lho, Gal, saya belum selesai bicara."

Galaksi dengan cepat mengejar Laluna. Langkah lebarnya berhasil menyusul cewek itu. Ia menarik tangan Laluna, tapi cewek itu segera menyentaknya.

"Tinggal berhenti apa susahnya, sih?" tanya Galaksi dengan suara sedikit parau.

Meneguk saliva, Laluna merasakan sesak yang memenuhi hatinya. "Gue gak akan pernah bisa berhenti sekarang."

Galaksi berusaha meraih bahu cewek itu, agar setidaknya ia bisa melihat ekspresi di wajah Laluna. Namun, tetap saja mata itu sama sekali tidak pernah tertuju kepadanya.

"Apa lo gak mau dekat sama gue lagi?"

Laluna masih tetap pada pilihannya untuk tak menoleh ke arah Galaksi. Ia tidak mau ke depannya akan ada masalah besar. Walaupun dia tahu, saat ini pun sudah menjadi masalah besar baginya.

"Kita ini sahabat, Na. Bukan orang yang cuma saling sapa, terus lupa pernah ketemu." Galaksi melepaskan tangannya dari bahu itu.

Masih menatap ke arah lain, Laluna menggigit bibirnya lalu berkata, "Apa ada sahabat yang suka sama sahabatnya sendiri?"

Mata Galaksi melebar. "Jadi, lo tau perasaan gue?" ucapnya sangat terkejut.

"Lo yang harusnya perlu tau perasaan gue," balas Laluna, kali ini menatap sepatunya yang terlihat gemetar karena tak kuasa menahan beban masalah ini. "Kalau gue suka Antariksa."

OUTWITWhere stories live. Discover now