Chapter 12 | Menyakitkan

242 21 0
                                    

Chapter 12 | Menyakitkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 12 | Menyakitkan

🎸🎸🎸

----------

Aku ingin kamu melihatku. Kamulah satu-satunya orang yang membuatku merasa tak terlihat.

--------

Pukul tujuh malam, Galaksi tiba di rumah setelah berkendara dari markas. Ia langsung memarkir motornya di garasi dan masuk rumah.

Di ruang keluarga, Adnia tengah menonton televisi sendirian. Ia menoleh ketika mendengar langkah kaki putra tunggalnya.

"Galaksi pulang, Ma," sapa Galaksi lebih dulu.

Adnia tersenyum. "Ayo, duduk, Gal!"

Galaksi duduk tepat di samping mamanya. Ia menunduk, melepaskan sepatu. Sementara Adnia mengusap lembut rambut Galaksi yang tebal dan sedikit berantakan itu.

"Akhir-akhir ini kamu sering pulang telat. Apa kegiatan sekolah kamu makin padat?" tanya Adnia, beralih mengusap pundak putranya.

Galaksi mengangguk cepat, walau sempat ragu. "Banyak penambahan materi. Ujian kan bentar lagi, Ma. Jadi, harus ikut program belajar di sekolah."

"Ya sudah. Kamu udah makan belum?" tanya Adnia lagi. Galaksi menggeleng, lalu Adnia kembali melanjutkan ucapannya, "Kamu makan dulu, Gal. Habis itu baru mandi terus belajar lagi."

Adnia kembali fokus pada acara televisi. Namun, Galaksi malah terdiam. Cowok itu memperhatikan mamanya dari samping. Tiba-tiba saja ia mengalami déjà vu, seolah-olah pernah mengalami ini sebelumnya. Tapi, dia memang baru mengalaminya tadi, dengan seseorang.

"Ma," panggil Galaksi, membuat Adnia menoleh dan mengernyit.

Galaksi mengambil napas sebanyak-banyaknya. Berusaha memberanikan diri untuk bertanya, "Apa papa pernah cium Mama?"

Tawa Adnia pecah seketika. Sulit menghentikan tawa saat dirinya membayangkan Gico, suaminya melakukan itu. Kedua alis Galaksi bertaut. Memang ada yang salah dengan pertanyaan barusan? Atau ... apakah pertanyaannya terdengar seperti lelucon bagi mamanya?

"Kok malah ketawa, Ma?" tanya Galaksi yang kebingungan.

"Tau gak sih, Gal? Pertanyaan kamu itu lucu," ucap Adnia di sela tawanya. "Tentu aja papa pernah cium Mama. Kenapa tiba-tiba nanya begitu? Memangnya kamu habis cium siapa, hayo?" Mimik muka Adnia menggoda Galaksi.

Galaksi langsung salah tingkah diperlakukan seperti itu. Tentu saja ia tidak akan mengaku jika dirinya habis mencium pipi seorang cewek di sekolah tadi.

Lagi pula ... itu pertama kalinya.

Mendapati putranya terdiam, Adnia melanjutkan, "Ciuman papa itu sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang sebagai seorang suami untuk istrinya." Ia menjeda. "Setelah uang belanja bulanan, tentunya."

OUTWITWhere stories live. Discover now