Chapter 11 | Cowok Dingin

247 21 0
                                    

Chapter 11 | Cowok Dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 11 | Cowok Dingin

🎸🎸🎸

----------

Angin berembus dan meniup setiap helai rambut Kayla. Udara dingin di atas gedung sekolah membuat cewek itu makin merapatkan badan yang mendadak menggigil. Kakinya saling menyatu dan tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket.

Kayla melirik badannya sendiri dengan pipi bersemu. Saat ini, dirinya sedang memakai jaket berwarna merah milik Galaksi. Ia juga menyadari apa yang dilakukannya tadi terlalu terburu-buru-memeluk cowok itu secara spontan. Kayla sendiri bingung dengan dirinya yang merasa resah mendengar percakapan Siska, padahal itu semua belum tentu terbukti ada kaitannya dengan Galaksi.

"Maaf soal yang tadi," kata Kayla memberanikan diri memecah keheningan. "Makasih juga buat jaketnya."

Galaksi yang tengah berdiri di sampingnya tetap diam. Menoleh pun tidak. Ia justru mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan pemantik. Galaksi mengisap rokok dalam- dalam dan mengembuskan asapnya dari mulut.

Mencium bau asap rokok, Kayla pun menoleh. "Gal, lo ngerokok?" tanyanya terkejut, tidak percaya.

"Terserah gue," balas Galaksi tak acuh.

Kayla menggerutu kesal. "Gak usah nyolot. Gue, kan, cuma nanya." Ia memalingkan wajah.

"Bawel." Gantian Galaksi yang menoleh.

Cowok itu terdiam memandangi wajah Kayla dari samping. Ia tidak percaya jika masih ada seseorang yang mengkhawatirkan dirinya. Laluna saja tidak pernah.

Cewek ini memang aneh, dan lebih anehnya, Galaksi malah merasa sangat bahagia mendapat perhatian itu. Sebelumnya, ia memang belum mengenal Kayla dengan baik. Yang Galaksi ingat hanyalah seorang cewek yang berdiri di sampingnya saat penyerahan penghargaan siswa terpintar di Schakel. Cewek itu adalah Kayla.

Galaksi langsung mematikan rokok, lalu mengusap bibirnya sembari mendesis pelan. Sungguh aneh. Ia jadi suka memandangi Kayla dari samping seperti ini.

"Kita bolos jam pelajaran hari ini. Lo gak takut kalau nanti image lo sebagai siswa terpintar di Schakel jadi jelek?" Kayla berceloteh tanpa tahu dirinya tengah diperhatikan.

Kayla memandang lurus ke depan, merasa tenang berada di rooftop sekolah yang ternyata sangat indah. Merasa tidak mendapat tanggapan, ia melanjutkan, "Jujur, selama di Schakel gue belom pernah ke sini. Gambaran gue tentang rooftop sekolah ini ya tempatnya pasti kotor dan berdebu. Tapi setelah lo ajak gue ke sini, gue ternyata salah besar." Detik berikutnya, dia tertawa. "Oke, oke. Itu ucapan terlebai gue, abaikan aja. Lo cukup pura-pura budek. Eh, lo kan emang gak dengerin ya, Gal?"

Masih tak ada tanggapan. Kayla kesal, lalu menoleh ke samping. "Gal-"

Apa pun yang akan Kayla katakan saat itu menguap sudah. Matanya sukses membulat. Saat ini, jarak wajahnya dan wajah Galaksi terlalu dekat. Ia sampai bisa mendengar deru napas cowok itu.

OUTWITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang