Chapter 36 | Lalu Siapa?

126 23 5
                                    

Chapter 36 | Lalu Siapa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 36 | Lalu Siapa?

🎸🎸🎸

* * *

"Kay," panggil Larissa untuk kesekian kalinya. Mereka sedang belajar kelompok di kamar Kayla. "Lo kenapa sih? Kalau ada masalah cerita."

Kayla menggeleng lesu. Detik selanjutnya, ia menangis sangat kencang. Tatya dan Larissa sedih melihat itu. Kemudian mereka merapatkan diri, lalu memeluk Kayla bersamaan.

"Kay, cerita aja... jangan malah bikin gue ikutan nangis." Tatya ikut terisak.

"Galaksi jahat ...," aku Kayla pada akhirnya. "Kayaknya, gue memang suka sama Galaksi. Tapi dia bener-bener jahat, dia mainin perasaan gue. Gue terlalu banyak berharap, tapi ternyata dia suka sama Laluna, anak IPS yang waktu itu pingsan.

"Dia cowok paling jahat. Dia bilang, hampir nyerah buat dapetin cinta Laluna. Tapi, dengan gampangnya minta bantuan gue, supaya cewek itu balas mencintai dia."

Kayla sudah tidak kuat menahan suhu tubuhnya yang tiba-tiba mendingin. Ia memeluk Tatya dan Larissa semakin erat.

Entah harus kepada siapa lagi dirinya menceritakan semua ini, Galaksi membawanya masuk ke dalam sebuah masalah yang begitu menyakitkan.

"Ta," panggil Kayla lirih. "Sa," lanjutnya. "Gue baru pertama kalinya dimainin kayak gini. Baru sekarang gue ngerasain jatuh cinta yang sebenarnya. Dan Galaksi ngancurin semua itu. Sekarang gue yang nyerah."

Air mata Kayla sudah tak terbendung lagi, pipi cewek itu sudah sangat basah. Kemudian, mereka melepaskan pelukan, dan saling menggenggam tangan.

"Lo gak boleh sedih kayak gini, Kay," seru Larissa tegas. "Tunjukin ke Galaksi kalau lo kuat. Kalau lo bisa dicintai dia dengan cara lo sendiri."

Kayla mengusap air matanya dengan cepat. "Gimana caranya, Sa?"

"Ikutin semua kemauan Galaksi."

* * *

"Satu," ucap Aksa tegas, sejak tadi menyebutkan semua hal yang ia ketahui tentang cewek di hadapannya. "Lo itu gak bisa diatur."

Sementara Kayla yang mendengarkan hanya menghela napas malas karena ucapan cowok itu tidak ada faedahnya. Kemudian, ia menyandarkan kepalanya di bahu Aksa. Bagi Kayla, tidak ada yang berubah dari pertemanan mereka sejak kecil, Kayla bahkan tidak merasa malu melakukan itu kepada Aksa.

Mereka berdua sedang berada di halaman rumah Kayla, tepatnya sedang duduk di sebuah kursi panjang. Daripada mengobrol di dalam, lebih segar dan menyenangkan mengobrol di luar. Sembari mengingat masa kecil mereka, di mana Aksa selalu main ke rumah Kayla, sebelum cowok itu pindah dulu.

OUTWITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang