05. GERALD, BUNDANYA, DAN MILEA

224 26 2
                                    

Gerald sekarang ini sudah sampai di depan rumahnya, sebuah rumah tingkat yang terlihat begitu mewah. Cowok itu memarkirkan motornya di garasi dan berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana.

Baru saja ia masuk ke dalam rumah, sebuah panci penggorengan langsung melayang tepat di depannya membuatnya dengan sigap membungkukkan badannya agar tidak kena lemparan panci penggorengan itu.

Gerald kembali menegakkan tubuhnya dan melihat siapa pelakunya, detik itu juga cowok itu langsung nyengir lebar, siapa lagi pelakunya jika bukan Bundanya?

Arina, wanita berusia 43 tahun itu melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap putra satu-satunya itu dengan tatapan datar.

"Ke mana aja kok baru pulang, sayang?" Arina kini tersenyum, tapi senyum itu tampak sangat mengerikan di mata Gerald sekarang.

Gerald berjalan ke arahnya, memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundaknya membuat Arina tersenyum lalu mengusap pipi Gerald menggunakan tangannya. "Nda," panggil cowok itu.

"Kenapa? Kamu kayaknya lagi seneng ini, ada apa?"

"Iya, aku lagi seneng,"

Arina tertawa, "Seneng karna apa coba? Coba cerita,"

"Gak mau," Sahut Gerald seraya tertawa lalu berjalan menuju dapur untuk mencari makanan.

Ternyata di dapur ada Ayahnya yang sedang meminum kopi seraya duduk di kursi makan dan membaca berita lewat handphone. Saat mendengar ada suara langkah kaki, Ayahnya itu menolehkan kepalanya dan melihatnya. "Udah pulang, Ger?"

"Udah," Jawabnya, ikut duduk di samping Ayahnya dan mencomot gorengan yang ada di atas meja makan.

"Kamu udah jengukin temen kamu di rumah sakit?"

"Siapa?"

"Itu, yang katanya di keroyok musuh kamu," Sahut Ayahnya yang bernama Andre, Gerald mengerutkan dahinya.

"Ayah tau dari mana?"

"Kata Galen sama Ken tuh tadi, mereka tadi ke sini buat ngajak kamu ke rumah sakit, tapi kamunya malah belum pulang,"

"Ayah tanya ke mereka siapa yang mau di jenguk di rumah sakit, terus mereka cerita ke Ayah,"

"Mereka sempet nunggu tadi, tapi karna lama jadinya Bunda kamu nyuruh mereka pulang aja dulu dari pada nunggu lama kan, mereka setuju dan akhirnya pulang, bilang kalau jenguknya besok aja." Lanjutnya.

Mendengar hal itu Gerald pun mengambil handphone yang berada di saku celananya, dan ternyata benar saja, banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari teman-temannya, pesan di grup Andonios juga sangat ramai. Gerald tidak tau karna handphonenya sedang berada di mode senyap.

"Loh iya ini di grup rame banget, di chat sama di telpon sama mereka juga, gak tau karna hp aku senyapin,"

Andre menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lain kali gak usah di senyapin, kasian temen-temen kamu kalau ada urusan penting kayak gitu,"

Andre dan Arina memang tau Gerald adalah anggota geng motor bahkan menjadi Wakil Ketua di geng motornya, kedua Orangtuanya itu membiarkannya dan tidak memarahinya, Gerald bebas melakukan apa saja sesukanya.

"Itu kok bisa di keroyok gimana kronologinya?" Tanya Andre.

"Anggota aku yang di keroyok ini namanya Arsen, Yah, 3 hari yang lalu waktu dia pulang habis dari markas, dia tiba-tiba di datengin sama geng Alastor dan main di keroyok gitu aja sampe babak belur, bahkan kaki Arsen katanya ada yang retak."

Ayahnya itu meringis mendengar penjelasan dari Gerald. "Jujur, Ayah sama Bunda sebenernya takut kamu ikutan geng motor kayak gitu, takut nanti kejadian yang kayak gitu bakal kena ke kamu juga,"

LACONIC Onde as histórias ganham vida. Descobre agora