10. HUG

240 22 0
                                    

"Iya, Milea itu calon Istri saya, CALON ISTRI SAYA." Ulang Gerald dengan penuh penekanan dan sorot mata yang tajam.

"Saya sama Milea udah di jodohin sama kedua Orangtua kami, dan Tante kira saya bakal terima kalau Tante nuduh, ngehina, ngerendahin, dan bertindak kasar sama calon Istri saya?"

"Tante lebih tua daripada saya, Milea, sama Kak Rea, tapi kenapa pemikiran Tante kayak anak kecil? Kenapa Tante gak bisa berpikir dan gak bisa berkata dengan baik dan bijak?" Tanyanya membuat Alisa langsung terdiam membisu.

"Gak ada seorang pun kecuali Tuhan yang tau takdir dan kematian seseorang, semua itu ada di tangan Tuhan. Milea gak tau Yovan bakal jemput dia di Bandara, Milea gak salah apa-apa, tapi kenapa Milea yang di salahkan?"

Gerald tersenyum miring saat Alisa hanya bisa diam sedari tadi, ia kembali berkata, "Saya kira Tante orang baik, tapi ternyata saya salah menilai Tante. Tante punya hati gak? Setinggi apa diri Tante sampai Tante ngerendahin Milea?" 

"Selagi saya masih hidup, saya gak bakal terima kalau ada yang berani ngehina Milea di depan mata saya sendiri, dan saya gak peduli mau orang yang ngehina itu lebih muda atau lebih tua." Lanjutnya. Milea yang mendengar hal itu menjadi tertegun, tak percaya.

"Padahal niat Milea baik dateng ke sini buat temuin Yovan, mau bagaimanapun mereka berdua pernah punya hubungan. Kalau Tante gak menerima kedatengan Milea gak papa, Milea gak bakal pernah dateng ke sini lagi dan cukup satu kali ini aja."

Setelah mengatakan itu semua, Gerald kembali menoleh menatap Milea dan merangkul pundak gadis itu. Milea hanya diam saat Gerald merangkul pundaknya, ia menatap cowok itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Setelahnya mereka berdua berjalan pergi.

Gerald melepas genggaman tangannya begitu mereka berdua sudah keluar dari tempat tadi, dan sekarang ini mereka berada di depan sebuah toko tua yang tutup, atau sepertinya toko itu sudah tidak di pakai lagi.

"Gue anterin lo pulang, jangan nolak. Banyak  Taksi yang lewat di sini, kita tunggu bentar." Ucap cowok itu, Milea hanya mengangguk pelan tanpa sepatah kata.

Gadis itu menundukkan kepalanya menatap ke bawah, mata dan hidungnya memerah, jelas sedang menahan tangis.

Gerald menatap Milea, menyibakkan rambutnya ke belakang telinga karena rambut gadis itu menutupi wajah cantiknya, tapi lagi-lagi Milea hanya diam dengan kepala yang masih tertunduk. Gerald yang melihat hal itu pun menghembuskan nafasnya dengan pelan.

Milea menolehkan kepalanya kala lengannya di tarik oleh Gerald, ia terkejut saat cowok itu ternyata membawanya ke dalam pelukannya. "Jangan tahan, nangis aja selagi itu bisa buat lo tenang." Bisik Gerald, tangannya dengan lembut mengusap rambut panjang gadis itu.

Saat mendengar Gerald berbisik seperti itu, tangisan Milea langsung pecah begitu saja dan ia terisak dalam pelukan cowok itu. Gerald hanya diam, membiarkan Milea melepaskan semua tangisannya di dalam pelukannya, tangannya masih setia mengusap rambut gadis itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LACONIC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang