20. MOON

209 20 0
                                    

Bulan bersinar terang di malam pukul 21.00 WIB ini, keindahan itu terasa jauh lebih lengkap dengan Gerald dan Milea yang duduk di tepi lapangan seraya menatap langit malam tersebut.

Setelah dari pasar malam tadi Gerald bertanya pada Milea, dia ingin langsung pulang atau mau pergi ke mana lagi? Dan gadis itu bilang ingin melihat bulan dan bintang, jadinya mereka pergi ke lapangan. Namun hanya bulan yang muncul malam ini, sementara bintang sama sekali tidak menampakkan diri.

"Gue setiap malem selalu pergi ke balkon buat liat bulan sama bintang, kalau lagi diluar juga sama kayak gitu, gue selalu nyempetin diri buat liat mereka. Gue emang suka banget bulan sama bintang, mereka indah banget, bisa bebas terbang di seluruh langit malam dan punya keunikan tersendiri." Ucap Milea bercerita membuat Gerald tersenyum menatapnya.

"Sama kayak lo,"

Mendengar hal itu Milea menoleh padanya, "Kenapa bisa sama?"

"Lo bisa terbang ke mana aja sesuka hati lo tanpa ada larangan dari orang-orang sekitar, jalanin hidup terbaik lo sendiri. Lo juga punya keunikan tersendiri yang bikin orang kagum sama lo, keunikan itu ada di diri lo yang mungkin gak di miliki sama orang lain." Sahut Gerald seraya meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya.

Ia terdiam menatap tangannya yang di genggam oleh Gerald, ibu jarinya mulai bergerak mengusap-usap ibu jari cowok itu dan menaruh kepala di bahunya. Gerald tersenyum kecil kemudian menaruh kepalanya di atas kepala Milea, sementara tangannya yang satunya merangkul pundak gadis itu dan mengusapnya dengan lembut.

"Miaw!"

Gerald dan Milea kompak menoleh saat mendengar suara kucing di sekitar mereka, dan ternyata benar saja di samping Milea terdapat seekor anak kucing lucu yang berjalan menghampiri mereka.

Binar langsung terlihat jelas di mata indah milik Milea, menampilkan senyuman lebar begitu melihat anak kucing mungil itu.

"Bentar," Katanya pada Gerald, Gerald yang mengerti pun mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan gadisnya.

Gadis itu langsung berjalan menghampirinya, berjongkok di depannya dan hendak mengelusnya, tapi anak kucing itu justru takut dan menjauh darinya. Milea tidak menyerah, dia tetap mendekatinya dan akhirnya berhasil mencapainya, mengelus lembut bulu putih bersih anak kucing tersebut.

Milea tersenyum sangat senang saat anak kucing itu sudah mulai terbiasa dengan sentuhannya dan sudah tidak takut lagi dengannya, ia lantas menggendongnya dan kembali duduk di samping Gerald.

"Lihat, Ger, dia lucu banget," Ucapnya sembari mengarahkan anak kucing kearah cowok itu.

Gerald tersenyum lalu mengusap kepala anak kucing yang sekarang berada di pangkuan Istrinya. "Kayaknya ini kucing kepisah sama emaknya,"

"Kasian banget kamu cing," Milea menjadi prihatin, wajahnya berubah sedih memikirkan nasib si anak kucing.

"Gimana kalau kita bawa pulang aja, Ger?"

Gerald terdiam sejenak, setelah lumayan lama berpikir akhirnya ia menjawab, "Ya udah boleh, bawa aja."

Milea langsung bersorak gembira dan memeluk anak kucing itu dengan sayang membuat Gerald tersenyum gemas, cowok itu mengacak-acak rambutnya.

"Untung-untung latihan ngerawat anak," Lanjutnya. Senyuman Milea seketika menghilang mendengarnya, pipinya pun juga seketika langsung memanas.

Gerald terkekeh, "Kenapa?"

Milea meliriknya sekilas lalu kembali menatap ke depan, ia berdehem pelan. "Ya lagian lo ngapain tiba-tiba sampe situ pembahasannya, gak jelas banget!"

LACONIC Where stories live. Discover now