Empat Puluh

156 4 0
                                    

02.30 a.m

Malam yang larut dengan udara yang sangat dingin, rintik salju turun disela sela desingan peluru dan pedang.

Salju putih yang jatuh seketika berubah merah dengan bau anyir yang memuakkan.
Dini hari yang dingin, tak berati apapun

"sriinggg, Srettttt,  .. . . . .JUNAAAAA"

Pertumpahan darah tak lagi bisa dihindari, pada pedang milik Keluarga Nyxeloan mengalir darah segar, darah milik putra Dominic

Lia melepaskan pedang ditangannya, dan jatuh terduduk meraih tubuh putra sulungnya, sungguh ia tak bermaksud melukai putranya, tujuannya adalah Oren bukan putranya.

Bukan, tidak, bukan ini yang ia inginkan. Kenapa putranya sangat melindungi gadis itu ?
Kenapa putranya sangat mencintai gadis itu ?

"AAARRGGGHHH, Sriingg" Oren membuang pistol ditangannya dan  mengeluarkan pedang Keluarga Dominic, dengan amarah menggebu

"SRINGG, SRETTT, SRINGG, SRETT " pedang terus bersahutan

Arrhan dan Celo yang sudah terluka kewalahan menghadapi Oren dengan amarahnya.

"srett, bruk " tubuh celo ambruk setelah Arrhan yang hanya bisa bertumpu pada pedangnya.

Anggota Phoenix yang selesai melumpukan musuh hanya menatap miris pada dua kakak beradik itu.

Dengan napas memburu Oren meletakkan pedangnya 1 cm, dari leher Lia, siap menebasnya kapan saja.

"bunuh aku gadis sialan " jerit Lia

"kakak " lirih Saga, menahan sakit di punggungnya akibat pedang yang membuat goresan panjang dan melintang.

Pandangan Oren meredup, meraih tubuh Saga dengan mendorong Lia hingga tersungkur dilantai dengan darah yang merembes keluar dari Punggung kanannya.

"argghh gadis sialann " Lia bangkit dan meraih kembali pedangnya

"sring, sring, sring " bising pedang beradu dibawah hujan salju, dua orang saling beradu pedang, tak ada yang menghentikannya, membiarkan amarah dan kebencian mengalir dalam pedang di genggaman masing-masing

"kak, sudah. Ayo pulang. Mama sudah" lirih Saga lagi, suaranya semakin tak jelas Daniel dan Cia sedang berusaha menutup luka dipunggungnya.

"sretttt "

"renn"
Oren merosot merasakan perih di pahanya, bertumpu pada pedangnya oren berusaha bangkit

"jangan, " Jika bukan karna Oren yang meminta, sudah dipastikan Lia sudah tak bernyawa sekarang. Delon dan seluruh anggota Phoenix menggeram marah, tak terkecuali Daniel.

"pukul ma pukul oren kalau itu bisa buat mama ngga marah lagi sama oren" seru Oren

"bugh, kau tahu aku benci ibumu yang sok baik itu, kenapa kenapa harus ibumu yang menikah dengan mark. Kenapa bukan aku, kenapa arrghhhh, Ari sialan aku tak pernah mencintainya. Mark sialan, pembohong, Ari brengsek jika bukan karna malam itu aku tak akan punya anak dengan mu. Setelah orang tuamu kini giliran kau yang matii gadiss sialann " napas ibu dua anak itu memburu dengan amarah yang meluap, mengangkat pedangnya

"dor, prang" lia tersungkur dilantai yang dingin, pedangnya terlempar begitu saja

"aku salah, aku yang salah Lia " Ari berteriak marah, ia baru tiba diatap bersama dokter Ricky

"maa " lirih Saga lalu tak sadarkan diri, dokter Ricky segera membawanya untuk diobati

"mundur, " seru Daniel

Anggota Phoenix mundur, membawa serta kawanan musuh yang telah tak berdaya,

Menyisakan segelintir manusia dengan perasaan masing-masing

SAGARA - OngoingWhere stories live. Discover now