4

11.6K 599 8
                                    

empat : Good For You - Selena Gomez

#

Bernafas lega lah Dilla pagi ini,karena masih tersisa tempat untuk memarkirkan mobilnya. Hujan masih saja mengguyur ibu kota hingga sekarang. Seakan-akan tak bosan membasahi bumi.

Dilla mematikan mesin mobilnya,dan mengambil tasnya yang ia letakkan di kursi penumpang. Bodohnya,ia tak membawa payung hari ini. Lupa,mungkin kata yang tepat.

Setelah mengunci mobil,Dilla mengambil ancang-ancang untuk berlari. Bukan ide yang bagus memang,karena akan membasahi roknya,tapi masa bodohlah. Yang penting ia tidak basah karena memilih berjalan di tengah hujan yang turun sangat lebat.

Baru saja kakinya siap untuk melangkah,sebuah tangan menangkap pergelangan tangannya. Dilla menolehkan kepala dan mendapati Rio berdiri dibelakangnya sambil memegang sebuah payung.

"Sama gue aja"tawar Rio sambil berjalan menghampiri Dilla dan memayungi Dilla.

"Emangnya,cukup?"tanya Dilla sambil mendongakkan kepalanya,memandangi payung yang hanya cukup untuk satu orang itu. Berukuran kecil.

"Diem aja lo. Buru deh. Bentar lagi masuk,"Rio mengambil tangan Dilla lalu menariknya agar kaki Dilla melangkah.

"Sinian dikit Dill,lo bakal basah disitu".

"Gak,gue juga pake sweater kok,"setelah melepas pegangan tangan Rio pada tangannya,Dilla menjauhkan dirinya dari laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

Rio mendecak sebal,ia mengeluarkan tangannya dari dalam saku celananya. Tangannya merangkul pundak Dilla,dan menariknya menjadi lebih dekat padanya. Masih merangkul pundak Dilla erat. Seakan-akan takut dan tak mau gadis itu lari.

"Yo?".

"Diem Dill,yang penting lo gak basah". Rio semakin mengeratkan rangkulannya. Tak ayal membuat Dilla diam seribu bahasa.

Kejadian itu juga mendapatkan tatapan dari seluruh teman-teman kelas mereka dan beberapa anak kelas sepuluh dan sebelas.

"Ma...kasih"ujar Dilla begitu mereka sudah tiba di dalam gedung sekolah.

Rio menutup payungnya,"yep. Dah yuk,ke kelas"Rio kembali merangkul Dilla,namun kali ini Dilla tak menolak dan diam,dia hanya tersenyum kecil dan membiarkan Rio merangkulnya.

"Rio? Dilla? Sejak kapan?"tanya Dony dengan wajah kaget.

Rio masih belum melepaskan rangkulannya,ia melirik Dilla yang ternyata juga meliriknya.

"Apanya yang kapan?"tanya Dilla sambil melepaskan rangkulan tangan Rio dan berjalan menuju bangkunya.

"Kapan jadian?"sambung Rama,ternyata laki-laki itu juga memasang wajah terkejutnya.

"Parah lo berdua,jadian gak kasi kabar"celetuk Hannah sambil memainkan game di handphone Dony.

Rio memasang wajah datarnya, sementara Dilla tertawa keras. "Pertanyaan kalian-"Dilla  memotong ucapannya dan kembali melanjutkannya ketika ia sudah duduk di kursinya"-aneh".

Rio menoyor kepala Rama dan Dony gemas,"anak siapa sih. Bikin pertanyaan gak masuk di akal".

Dony dan Rama menggeram kesal. Rio hanya terkekeh sambil meletakkan tasnya di atas meja bersamaan dengan bunyinya bel masuk.

#

"Yah,hujan lagi nih?"tanya Dilla begitu ia keluar dari kelas dan melihat hujan lebat turun dari langit.

Sebenarnya,jam delapan pagi tadi hujan sudah berhenti. Tapi,ketika pulang ini,ntah kenapa turun kembali. Dilla yang sedari tadi menggigil selama jam pelajaran akhirnya terserang flu,batuk,dan demam secara mendadak.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang