28

6.5K 314 3
                                    

duapuluh delapan : Mercy - Shawn Mendes

#

Laki-laki yang memakai kemeja berwarna biru dongker itu memacu mobilnya cukup laju. Perasaannya sudah tak menentu,ia cukup khawatir dan panik dengan seseorang didepannya ini.

"Pelan-pelan aja"ujar Hannah mencoba menenangkan Dony yang mencoba menyalip Rio.

Dony melirik gadisnya, lalu menepikan mobilnya sebentar. Membiarkan Rama yang menjaga Rio dari belakang. Ia menjatuhkan kepalanya disetir begitu mobil sudah dibahu jalan. Merasa bahwa pacarnya sedang tak baik-baik saja, Hannah mengusap punggung Dony, mencoba menenangkannya. "Jangan terlalu dikhawatirin, Rio mungkin butuh pelampiasan".

Dony menatap mata cokelat Hannah,lalu memeluk gadis itu. Ia suka sekali memeluk gadis berusia satu tahun dibawahnya ini. Ia suka wangi parfum yang melekat ditubuh Hannah. Dony tersenyum kecil,"makasih"ucap laki-laki beralis tebal itu.

Hannah mengangguk sambil tersenyum,ia menyukai senyum milik laki-laki keturunan Australia itu. "How?"

"Better".

#

Rio mengacak rambutnya kesal begitu mengetahui betapa jauhnya tempat Uno menyembunyikan Dilla. Ia memejamkan matanya begitu mobilnya harus ia hentikan karena lampu lalu lintas yang berganti menjadi merah. Rio menyandarkan kepalanya sambil melihat angka yang menghitung mundur dari lima puluh. Pikirannya terus memikirkan keadaan Dilla.

Bagaimana gadis itu sekarang? Apakah Uno memberi ia makana? Apakah Uno menyiksa Dilla? Apakah Dilla sakit? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala laki-laki dengan celana jeans selutut itu.

Hingga matanya menangkap sebuah mobil berwarna hitam yang berada disampingnya. Mobil milik Rama,ia mengernyit begitu melihat Rama yang satu mobil dengan Thalita sedang asik bercengkrama. Sesekali mereka tertawa,Rio juga dapat mendengar lagu yang terputar di mobil Rama,mereka berjoget sesekali. Mengingatkannya saat ia dan Dilla berapa minggu lalu,saat mereka sedang menuju bandara. Namun,seulas senyum terukir begitu melihat Rama mengapit kepala Thalita. Pemikiran bahwa mereka dapat berpacaran langsung melewati kepalanya.

Ting.

Rio melirik handphonenya dan melihat nama Abby tertera layar handphonenya. Ia mengambilnya sembari menjalan kembali mobilnya. Kali ini Rio tak membawana dengan laju,ia masih ingat pesan Dilla.

"Kalau lagi di mobil terus kamu dapet telepon atau sms,berhenti dulu. Atau jangan bawa mobilnya jangan laju-laju. Aku belum mau kehilangan kamu".

Terkadang ia tersenyum geli jika mengingat pesan dari pacarnya itu. Sedikit geli dengan kalimat terakhirnya.

Abby : gue udah sampe. Lo cari aja gedung kecil disekitaran daerah situ. Gue nunggu diluar. Keliatannya anak buah Uno lagi jaga,jadi jangan ngeklakson gue nanti.

Rio menghela nafasnya. Ia masih harus membawa mobilnya berjalan selama lima jam lagi. Cukup jauh memang,tapi itu tak menjadi masalah bagi laki-laki ini. Yang penting ia bisa sampai dengan cepat dan menemukan gadisnya itu. Rio meletakkan kembali handphonenya di kursi penumpang dan kembali membawa mobilnya dengan kecepatan penuh.

#

"Lo tau Thal,Hannah udah pernah ciuman sama Dony!"seru Rama ketika Thalita memintanya untuk menceritakan hal lucu tentang hubungan Dony dan Hannah.

Thalita yang tadi menyimak dengan wajah antusiasnya,mendadak membelalakkan matanya sambil memegang lengan Rama yang sedang memegang setir. "Serius lo? Hannah yang nyium atau Dony?" 

Rama terkekeh,"si Dony".

Thalita memekik sambil menggelengkan kepalanya,Rama yang melihatnya hanya bisa terkekeh. Ia cukup suka dengan kepribadian gadis bernama Thalita Jahara ini. Ia cukup blak-blakkan,dan berlaku apa adanya,tanpa sok-sok jaim seperti gadis lainnya jika sedang berhadapan dengan seorang laki-laki.

MineWhere stories live. Discover now