14

7.1K 394 2
                                    

empatbelas : Words - Jacob Whitesides

#

"Alasan gue ngerokok,orang tua gue cerai,"Rio tak lagi menggunakan aku-kamu. Kepalanya tertunduk,ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan Dilla.

Dilla membulatkan matanya. Ia terdiam,hingga akhirnya gadis dengan rambut hampir sepinggang ini tersentak karena merasa ada yang basah di tangannya. Setitik air mata,jatuh dari pelupuk mata Rio.

"Yo?"panggil Dilla.

Rio mengangkat kepalanya,ia tersenyum kecut sambil menghapus air matanya. Dilla dapat menyimpulkan,bahwa Rio sangat sakit dengan adanya perceraian kedua orang tuanya. Dilla tak menyangka, Rio berubah ketika menceritakan yang menyangkut keluarganya.

"I'm fine".

"Gak usah lo lanjutin. Dan,sebelumnya maaf udah nanya pertanyaan tadi,"Dilla langsung memeluk Rio. Karena ia tau,hanya ini yang Rio butuhkan.

Dan,Dilla tak dapat melakukan banyak hal,selain memberikan Rio pelukan hangat,dan menawarkan pundaknya untuk seroang Ario Bahtiar.

Rio membalas pelukan Dilla,lalu melepaskannya. "Sepertinya gue terlihat sangat mengenaskan sekarang".

Dilla terkekeh,ia mengusap kedua pundak Rio,"jangan lo paksain kalau lo belum bisa".

"I'm totally fine,babe".

"Ewh. Jangan mulai lagi Yo. Sumpah muntah benaran gue disini".

Rio terkekeh. Setelahnya,ia kembali melanjutkan ceritanya,setelah hampir sepuluh menit berdebat. Dilla hanya bisa menghela nafasnya. Malam ini,Rio jauh lebih manis dari sebelumnya. Ia tak menyangka dirinya menjadi gadis spesial bagi Rio.

"Saat orang tua gue cerai,gue mulai hancur. Gue bolak-balik masuk BK. Gue gak mau negur mama,papa. Sumpah,gue bener-bener childish saat itu. Padahal udah kelas sembilan. Gue bolos sekolah,kalau dihitung,seminggu gue cuma masuk tiga hari. Pernah juga satu hari doang. Nggak ngerjain pr,berantem sama adek kelas. Parah sumpah dah. Sampai-sampai gue pernah diancam gak bakalan dilulusin kalau gue masih kaya gitu.

Ya,nyali gue sempet nyiut sih pas kepala sekolah bilang gitu. Namun,gue ngulah lagi. Pas putusan perceraian kedua orang tua gue,saat itu bener-bener puncaknya. Dill,gue ngerokok. Gue ke club. Disitu bener-bener,ah gak ngerti gue. Kaya pada saat itu,yang ngendaliin diri gue tuh bukan gue. Gue bawa mobil ugal-ugalan. Sampai hampir mau nabrak anak orang. Dan,semua itu makin diperkeruh sama cewek gue-".

"Wait,what?"Dilla terbelalak begitu mendengar Rio menyebut kata cewek.

"Ya,lo tau gue gak pernah pacaran. Gue gak ngasi tau itu,sama Dony dan Rama sekalipun. Karena menurut gue,gak penting buat diceritain ke mereka".

"Tapi mereka tau kan kalau orang tua lo?"Dilla tak melanjutkan ucapannya. Ia takut.

"Ya iyalah mereka tau. Lah mereka kan sering ke rumah gue".

"Gue lanjut nih. Gue gak mau sebutin nama dia siapa,males. Pokoknya saat itu gue mau ngajak dia makan,eh pas gue mau sms dia,dia sms gue duluan. Dia bilang,kita putus. Udah tuh,gila Dill beneran ambruk gue saat itu. Disaat itu sahabat yang seharusnya ada di samping gue, pada ngilang semua. Dan,sejak saat itu gue mulai takut berteman. Tapi,pas masuk SMA gue mau berteman,tapi gue gak mau deket sama cewek. Dan,ya lo tau sendiri,baru akhir-akhir ini gue deket sama cewek. Yaitu,lo. Klop aja sama lo".

Pipi Dilla bersemu begitu ia ada pada akhir cerita Rio. Kupu-kupu mulai berterbangan diperutnya. Jantungnya juga sudah tak karuan lagi. Ah,Rio.

"Cie,pipinya"ledek Rio. Dilla mendengus,ia membuang pandangannya. Sementara Rio asik terkikik.

"Lo tau,kalau lo sangat istimewa bagi gue?".

"Ya,gue tau. Karena gue cantik".

"Allahu Akbar. Ya Allah. Pdnya kagak kuat gue".

Dilla memanyunkan bibirnya. Namun,pada akhirnya ia terkekeh juga. Ia tak tau apakah tadi Rio bercanda atau serius,namun itu berhasil membuat darahnya berdesir. Kalau Dilla lihat,wajah Rio pada saat berbicara kelihatan serius.

Dilla bukannya mau kegeeran,tapi ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Matanya lurus kedepan. Menusuk tepat pada mata Rio.

"Eh tapi Yo,hubungan lo sama kedua orang tua lo? Dan sekarang?"tanya Dilla.

Rio menyisir rambutnya kebelakang. Ia mengambil airnya,lalu meneguknya hingga tandas. Sepertinya laki-laki ini kehausan karena banyak bicara.

"Hubungan kami baik. Mama sama papa masih baik-baik. Mereka kadang suka nanya kabar masing-masing. Sampai sekarang. Kalau tinggal,gue milih tinggal sama papa. Berat sih sebenarnya mau ninggalin mama,tapi mama juga nyuruh gue buat sama papa aja. Ya udah,biasanya sebulan sekali gue mampir ke apartement mama. Nginep disana".

Dilla hanya menganggukkan kepalanya. Rio berdeham,membuat Dilla melirik laki-laki itu sambil meminum minumannya.

"Dill,gue boleh ngomong sesuatu?".

Dilla terkekeh,ia mengelap mulutnya menggunakan tisu. "Yailah,ngomong aja kali. Lay banget".

"Ehm,Dill,buat selama ini minta maaf udah selalu ngerepotin lo,bikin lo selalu ngeluarin tanduk bikin lo ngambek,dan sebagainya. Semua bukan karena apa kok,karena gue cuma pingin gue dianggap ada sama lo. Maaf udah selalu minta air lo juga. Pokoknya minta maaf buat semua kesalahan yang udah gue buat selama ini".

"Apasih Yo? Gak jelas. Gak usah bikin gue takut deh"potongnya.

Rio terkekeh,ia mengacak rambut Dilla. "Dengerin dulu. Dan,gue gak bakalan bikin lo takut. Santai".

"And I want to thank with you. Thank you for all this time already patient with me. It's been willing to give you water for me. And,unfortunately I was stuck at all".

Dilla mengerutkan keningnya. Maksud Rio apa? Jantung sudah tak baik lagi. Rio. Astaga.

Anjir Rio,ngeri gue.

"I'm stuck together all the things I did to you. Whether it is intentional or is not accidental. It's been almost six months I held everything. And the more can't I hold since the last three weeks. I always suffer a heart attack every time the clay you smile . I always smile alone each finished escort you home. And,I'm always happy clay if you laugh. You make me believe again same name a girl".

Dilla terdiam. Ia tak tau harus berbuat apa.

Terharu? Ya jelas ia terharu.

Kesal? Untuk tidak saat ini.

Baper? Sangat amat.

Nangis? Pingin sih.

Marah? Gak ngerti kenapa harus marah.

Diem? Ya,mungkin ini yang paling tepat.

Rio terkekeh,ia mencubit gemas pipi Dilla. Membuat si empunya mengaduh kesakitan. "Baper lay".

"Siapa yang baper,"Dilla melarikan tangannya dari dalam genggaman Rio.

Laki-laki di depannya itu hanya bisa tersenyum. Ia kembali mengambil tangan Dilla,lalu menggenggamnya.

"I think it's time".

"What time?"

"Be mine?".

#

Haii! Bawel bentar yhaa?wkwk. Oke,semalem kan aku blng mau ngepost smpe chapter 20 kalau kuotaku masih ada,kan?itu di chapt tetangga,nahh berhubung hari yang diomongin tiba,aku mau bilang kuotaku dlm keadaan yang tidak memungkinkan-mama aku sedihh-untuk mengepost cerita smpe 20 chapt,jadi embelnya aku bakal post smpe 15,okay? Ntahlah kalian masih baca atau nggak,tapi setidaknya sedikit lah,wkwk. Chapter 15nya bakal aku post jam tigaan,ya?

Udh itu aja sih,jngn lupa vomment,dan di mulmed ada rambutnya dilla,bye!!!

MineWhere stories live. Discover now