23

5.9K 313 0
                                    

duapuluh tiga : Fools - Troye Sivan

#

Rio berteriak geram begitu tak mendapati Dilla di sekeliling jalan tempat membeli air tadi. Kemana perginya gadis itu? Rio terus mengumpat,jika taunya begini lebih baik ia menemani gadisnya itu.

Dengan amarah yang sudah diubun-ubun, Rio berjalan menuju warung tempat Dilla membeli air untuk kesekian kalinya. Seorang wanita yang menjaga warung itu menghela nafasya,mulai bosan melihat Rio yang ia ingat sudah hampir dua puluh kali menghampiri warungnya hanya untuk menanyakan serang gadis yang bernam Dilla.

"Apalagi dek?" 

"Ibu benar sama sekali gak liat cewek saya?"tanyanya.

"Cewek?"seorang anak perempuan kecil menyahut yang membuat Rio mengerutkan dahinya.

"Adek liat cewek pakai kemeja warna hitam,kacamata hitam,sama bawa tas warna putih disekitar sini gak?"tanya Rio mulai menginterogasi anak perempuan yang memegang boneka itu.

Sementara wanita penjaga warung yang Rio yakini adalah ibu dari anak itu hanya bisa sabar karena melihat anaknya yang seperti diinterogasi seorang polisi. Tak dapat mendumel lagi.

"Kulitnya putih ya?" 

"Iya".

"Rambutnya diiket yah?" 

Sebersit harapan bahwa anak itu melihat Dilla mulai datang. Jantungnya berdegup abnormal,kemana perginya gadis itu.

"Iya".

"Tadi aku liat dia dibawa sama dua orang terus dimasukin ke mobil".

Jelas saja bahwa Dilla telah diculik oleh seorang yang gadis itu tak kenali. Bodoh. Kata itu terus ia ucapkan untuk dirinya sendiri. Seharusnya ia menemani Dilla. Sekarang bagaimana? Pasti penculik itu sudah jauh dan tak dapat ia temukan lagi. Bayangan orang tua Dilla memarahinya mulai memenuhi kepala Rio,yang sukses membuat laki-laki itu mengacak rambutnya kesal.

"Bu,saya bawa anak ibu ke kantor polisi dulu boleh ya?"pintanya.

Satu-satunya jalan yang dapat Rio tempuh hanyalah melaporkan ini pada yang berwajib. Karena ia tak mempunyai pilihan lain untuk menemukan gadis itu.

"Anak saya dek,"wanita itu tampak berusaha menahan amarahnya.

"Saya butuh dia sebagai saksi bu. Ibu jangan khawatir,anak ibu aman sama saya. Ibu bisa percaya sama saya,nanti kalau dah selesai,saya antara balik kesini".

"Satu jam".

"Masya Allah bu".

"Satu jam".

"Serah bu".

Rio menggeram kesal,namun ia hanya bisa mengangguk pasrah,tak ada yang dapat ia lakukan selain itu. Setelah menyerahkan anak yang Rio tebak berusia lima tahun itu,Rio langsung berlari ke mobilnya dan mengendarai gila-gilaan mobilnya,seakan-akan lupa akan janjinya bahwa anak itu aman padanya.

Persetan dengan anak kecil disebelahnya dan janjinya berapa menit yang lalu. Baginya,saat ini kepentingan Dilla merupakan yang terutama. Seperti bom, rasanya Rio butuh pemantik untuk meledakkan kepalanya sekarang.

Kamu dimana sih? 

#

Rio menjatuhkan kepala di setir begitu ia mnghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah dan angka yang mulai menghitung mundur dari angka lima puluh. Jika ditanya apakah ia frustasi,jelas saja ia frustasi. Bagaimana ini terjadi di hari yang bersamaan. Dan pada orang yang ia sayang pula.

Mineजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें