9

8.9K 446 2
                                    

sembilan : What Do You Mean - Justin Bieber.

#

"Pacarnya Dilla".

Dilla membulatkan matanya mendengar apa yang barusan Rio ucapkan. Apa yang ada di otak anak itu?

Sementara Thalita,teman les Dilla membulatkan matanya,"anjir Dill,punya pacar gak bilang-bilang"kesal Thalita.

Dilla menggeleng,"gak gitu Thal. Ah,Rio nyari masalah emang"geramnya.

Kak Ryan tersentak,namun ia hanya bisa tersenyum,"namanya siapa?".

"Rio".

#

"Rio sialan! Apa-apaan sih lo ngaku-ngaku sebagai pacar gue?!"sambar Dilla begitu mereka sudah keluar dari kelas.

"Males gue sama temen-teman kelas lo itu. Pada keganjenan semua. Ada yang kissbye lah,ada yang senyum-senyum sambil lambain tanganlah,geli gue. Ya udah,gue bilang aja kalau gue pacar lo,supaya mereka berenti"terang Rio.

Dilla menahan tawanya,bibirnya berkedut. Ia tak menyangka,bahwa ini rupanya alasan dibalik akuan Rio sebagai pacarnya,"jadi,mereka berenti?".

"Berenti sih,tapi ada satu yang kampret banget lah,sempet pula sok-sok sedih gitu,eh kissbye pula,apa gak mau muntah aja gue rasanya".

Tak sanggup lagi menahan tawanya,akhirnya Dilla memuntahkannya. Rasanya benar-benar menggelikan,membayangkan bahwa Rio digoda oleh teman-temannya. Dan,membayangkan tampang geli Rio,semakin membuatnya sakit perut saja.

Rio yang melihatnya hanya bisa mendengus saja,"terus Dill,terus aja. Sekalian aja lo guling-guling,mubazir kalau cuma jongkok doang"sindirnya sinis.

Dilla menghentikan tawanya dengan kekehan,ia bangkit dari jongkoknya. Rio mendengus,"udah puas?".

Dilla kembali tertawa,namun tak  sekeras tadi,"anjir lah. Puas banget gue!"geramnya sambil menonjok bahu Rio.

"Ayo pulang,bentar lagi mau hujan lebat"perintah Rio.

Dilla hanya mengangguk sambil sedikit tertawa. Seriuslah,ia tak bisa menghentikan tawanya. Setelah naik ke atas motor,Rio memacu motornya meninggalkan gedung yang ia hampiri selama satu jam tadi.

Jam menunjukkan pukul dua belas lewat tiga puluh menit ketika hujan deras,turun mengguyur ibukota. Membuat para pengendara motor mulai singgah untuk berteduh ataupun hanya untuk memakai jas hujan.

Rio menghentikan motornya di sebuah halte,tak jauh dari tempat les Dilla. "Turun Dill"suruh Rio.

Dilla turun dengan memegang pundak Rio. Pakaiannya sedikit basah karena terkena air hujan,begitu pula dengan Rio. Rambut Dilla pun terkena imbas air hujan.

"Pandai juga lo nyari halte kosong"sindir Dilla sambil melepas cardigannya yang lembab.

Rio terkekeh,ia meramgkul pundak Dilla,"biar romantis gitu. Berduaan di halte pas hujan".

Dilla menaikkan alisnya,kini ia menatap horor Rio,membuat Rio menahan tawanya,"dasar otak mesum".

Dilla mendecak,"lo tuh yang mesum".

Rio hanya tertawa kecil. Kini mereka berdua sudah duduk di bangku halte. Kebetulan,halte yang Rio singgah ini kosong. Jadi,hanya mereka berdua yang duduk disitu.

Dilla menggoyang-goyangkan kakinya. Kini rasa bosan mulai menghampirinya. Sambil terus menggoyang-goyangkan kakinya,Dilla sibuk melihat rintikan hujan yang jatuh ke tanah. Sementara Rio,laki-laki itu asik melihat hujan,sambil sesekali melirik Dilla.

MineHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin