12

8.2K 405 0
                                    

duabelas : Acquainted - The Weeknd.

#

"Pacar?".

Diaz mengangguk,"perhatiannya ke lo itu yang gue raguin kalau kalian cuma temenan".

Dilla menaikkan alisnya,benarlah,Kak Diaz membuatnya pusing. "Kita temenan kak. Serius deh. Perhatian kaya gimana maksudnya?".

"Wajah paniknya waktu bilang kalau lo pingsan. Senyum manisnya ke lo yang kaya susah banget buat di artiin. Lebih milih nunggu lo sendirian di kamar. Genggam tangan lo,hampir selama lo tidur".

Dilla terdiam,tak terasa wajahnya memerah. Pipinya merona mendengar apa yang barusan Kakaknya ucapkan. Sebuah senyum kecil terbit di wajahnya. Tanpa gadis berumur 17 tahun itu sadari.

"Astaga,adek gue blushing!"ejek Diaz.

Dilla langsung memalingkan wajahnya menghadap jendela dengan bibir yang ia manyunkan. Diaz tertawa melihat tingkah malu adiknya.

"Dia nyimpen rasa sama lo".

Dilla terdiam. Ia memutar kepalanya menghadap Diaz. Menatap perempuan itu lekat-lekat. Sementara yang dipandangi hanya tersenyum kecil tanpa menoleh,memilih fokus ke jalanan yang sangat lenggang.

"Mak-".

"Udah sampe. Lo bisa turun"Diaz menatap Dilla,ia tersenyum simpul lalu mengacak rambut Dilla.

"Udah sana turun. Lo punya otak,lo bisa pikir sendiri. Selamat sekolah Aldi!"ucapnya dengan memanggil Dilla dengan panggilan kecilnya.

Dilla tak mengeluarkan ekspresi sedikitpun. Ia masih berkelahi dengan pikirannya. Dengan apa maksud dari ucapan Kakaknya itu.

Dilla keluar mobil,dan menutup pintu tanpa melihat ke arah mobil. Pandangannya lurus kedepan,ntah seperti orang kerasukan saja. Diaz terkekeh kecil di dalam sana.

Setelah memerjapkan mata berapa kali karena kaget dengan klakson mobil Kakaknya,barulah Dilla masuk ke dalam sekolah. Jika tidak,bisa-bisa saja ia terus berdiri di depan gerbang seharian. Tak masuk kelas.

"Maksud dia apasih?"gumamnya.

"Kak Dilla!".

Seseorang memecah lamunan Dilla. Suara ini,sepertinya Dilla pernah mendengarnya. Ia mencoba mengingat,namun tak berhasil. Otaknya masih memikirkam ucapan Kakaknya.

Kepalanya mencari dimana asal suara berada. Ia tersenyum simpul ketika mendapati seorang laki-laki menghampirinya sambil melambaikan tangan.

"Bayu atau Oki?"tanyanya sambil menggaruk tengkuknya.

Laki-laki yang mengenakan jaket hitam polos di depan Dilla itu terkekeh,"Oki".

"Sori Ki,gue lupa"Dilla tertawa kecil. Oki hanya tersenyum.

"Oh iya,Bayu apa kabar? Udah lama banget gak liat"tanyanya basa-basi sambil berjalan menuju kelas.

Berhubung kelas mereka berada di lantai yang sama,Dilla mengajak Oki untuk sekalian saja bersamanya.

"Dia baik. Rio apa kabar Kak?"tanya Oki.

"Ehm,dia baik".

"Kapan jadian?".

Pertanyaan yang berhasil Oki loloskan untuknya itu,sukses membuat wajah Dilla merah padam. Siapa yang menyangka bahwa Oki akan menanyakan ini padanya? Dilla tak pernah. Tak pernah menyangkanya.

Ia terkekeh,"ngaco aja kalau ngomong"ia memukul pundak Oki pelan.

Laki-laki yang tinggi melebihi Dilla berapa cm itu tersenyum simpul,"jangan sia-siain Rio Kak. Dia sayang sama Kakak".

MineWhere stories live. Discover now