13

9.3K 415 12
                                    

tigabelas : Trust - Justin Bieber

#

Dilla belum bisa menghilangkan senyum lebar yang terukir di wajahnya. Ia masih terus mengagumi tempat ini.

Dilla termasuk jarang menginjakkan kaki ke tempat seperti bagian paling atas dari gedung ini. Bukan jarang,mungkin lebih tepatnya,tak pernah.

Dan bodohnya,kenapa ia baru tau ini ketika ia sebentar lagi akan lulus dan meninggalkan sekolah ini? Dibilang menyesal? Ya,Dilla tau penyesalan datang selalu diakhir.

Dan,kenapa Rio baru membawanya kesini sekarang? Sebenarnya bukan salah Rio juga sih. Dianya saja yang tak mau mengeksplor isi sekolahnya.

"Senyum terus,capek gue liat lo,"Rio mengacak rambutnya sambil menatap Dilla yang tengah tersenyum.

Dilla terkekeh,ia melihat Rio. Melihat Rio dengan rambutnya yang acak-acakan membuat Dilla-hm,ntahlah.

Anjir,makhluk apa yang didepan gue ini?

Dilla asik menatap wajah Rio. Ia tak pernah menyangka bahwa Rio terlihat jauh lebih tampan ketika dilihat dari jarak dekat. Ya,memang sih sebelumnya ia pernah melihat Rio dengan jarak dekat. Tapi,pengelihatan kali ini berbeda dari sebelumnya.

Rambutnya yang diterpa angin. Bahu tegaknya. Alisnya yang sangat tebal. Membuat siapa saja yang melihatnya,ingin memiliki alis seperti ia. Bulumata lentiknya. Astaga,sekarang mungkin Dilla menggemari bulumata yang sangat cantik itu.

Hidung mancungnya. Dilla menyimpulkan,Rio mendapatkan hidung mancungnya dari salah satu orang tuanya. Rahangnya. Sangat amat menawan.

"Udah ngeliatin guenya?".

Dilla memerjapkan matanya berapa kali ketika mendengar suara Rio. Tanpa ia sadari,Rio melihatnya tersenyum sambil memandangi wajahnya.

Gadis itu dengan cepat membuang muka,malu. Rio hanya terkekeh. Ia mengacak rambut Dilla.

"Dill".

"Hm".

"Gue boleh curhat nggak?"

Dilla menolehkan kepalanya melihat Rio. Apa baru saja ia mendemgar Rio berkata curhat? Setelah bersusah payah menahan senyumnya,Dilla akhirnya menyemburkan tawanya. Terasa sangat melegakan.

Rio mendengus mendengar Dilla tertawa. Ia serius. Dan Dilla malah bercanda.

"Gue serius Dill".

Dilla menghentikan tawanya. Ia melepas kunciran rambutnya. Membiarkan rambut itu tergerai ,diterpa angin kencang.

"Curhat aja kali. Malah gue pingin denger lo curhat. Akhirnya Yo,"Dilla terkekeh sambil memukul bahu Rio pelan.

"Gak sekarang. Nanti,abis pulang sekolah".

#

"Yo,lo duluan aja. Gue mau balikin buku ke perpus".

Rio yang tadinya tengah asik berdiri di depan pintu kelas sambil memainkam handphone,mengangkat kepala.

Ia terlonjak begitu mendapati Dilla sudah berdiri di depannya. "Ngagetin"gumamnya.

"Sama gue aja".

Dilla mengerutkan dahinya,lalu ia menggeleng. "Sama Hannah".

"Ya udah,gue ikut".

"Ya Allah Yo. Kaya bocah aja lo,"Dilla mengusap wajahnya kesal.

Semenjak balik dari rooftop siang tadi,ntah kenapa Rio jadi aneh seperti ini. Setiap melihat Dilla melangkahkan kaki,pasti ia akan bertanya. Lalu minta ikut.

MineWhere stories live. Discover now