5

11.4K 527 1
                                    

lima : Stand By You - Rachel Platten.

#

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 ketika Dilla bangun dari tidurnya. Tak perlu waktu lama untuk menunggu gadis itu bangun. Ia akan bangun sendiri ternyata.

Dilla mendesah sebentar,sebelum akhirnya bangun dari tidurnya,"Rio?".

"Kenapa? Lo masih kedinginan? Tuh ada teh hangat,minum dulu"Rio berdiri menghampiri Dilla.

"Makasih"Dilla menerima cangkir teh yang Rio berikan padanya.

Rio hanya bergumam sambil tersenyum. "Lo gak pulang Yo?"tanya Dilla sambil mengeratkan jaket Rio padanya.

"Tadi yang nanya kaya gitu kakak lo,sekarang lo. Kalian itu kembar atau gimana sih? Ngusir gue atau gimana? Masih hujan Dill,gue mau pulang pake apa?"tanya Rio dengan kesal.

Dilla tertawa kecil,"oke minta maaf Yo. Sekarang jam berapa?"tanya Dilla sambil melirik arlojinya.

Dilla memekik begitu ia melihat arlojinya yang menunjukkan pukul dua siang. "Rio!!"teriaknya dengan panik sambil cepat-cepat turun dari ranjang.

"Apasih Dill?".

"Gue telat les!".

"Les apa? Lo mau pergi les di hujan-hujan lebat gini?".

"Les piano! Gak urus,yang penting gue harus les! Hari ini gurunya garang. Bisa mati gue!".

Rio menghela nafasnya mendengar Dilla yang berbicara sambil teriak dan dengan wajah paniknya. Rio berdiri dan menarik pergelangan tangan Dilla begitu gadis itu hendak masuk kedalam kamar mandinya.

"Rio!! Apasih?! Gue mau cepet nih?"pekik Dilla.

Rio mendekatkan dirinya pada Dilla. Dilla menjauhkan wajahnya begitu Rio memajukan wajahnya. Rio mengambil handuk berwarna pink yang sedang Dilla pegang,lalu melemparnya ke gantungan.

Dilla melihat miris handuk pinknya. Ia menatap Rio tak terima sekaligus tajam,"lo ap-".

Rio menyentuh bibir Dilla menggunakan ibu jarinya. Sukses membuat Dilla membeku ditempat,kini Rio mendekatkan wajahnya lagi,ke arah telinga Dilla lebih tepatnya,

"Jangan coba bikin gue khawatir sama sikap lo. Dilla,lo sakit jangan mandi. Gue gak mau lo-"Rio memotong ucapannya. Ia menjauhkan wajahnya dari telinga Dilla. Dilihatnya Dilla yang tengah menatapnya hingga ke dalam mata.

Rio tersenyum sambil menyelipkan anak-anak rambut Dilla yang menggantung. Ia menggenggam tangan Dilla dengan erat. Sangat erat. Membuat Dilla harus menahan nafasnya.

"-gue gak mau lo sakit"lanjutnya lalu sedikit menjauh dari Dilla. Tak lupa,ia melepaskan genggamnnya.

Dilla masih membeku sambil menatap Rio. Ia tak mengeluarkan sedikit ekspresipun. Ekspresinya tak dapat terbaca. Rio terkekeh,ia merangkul Dilla,membawa gadis itu duduk terlebih dahulu di sofa.

"Hey,udah kali mandangin gue nya. Ketauan banget bapernya"ejek Rio sambil menjawil hidung Dilla.

Gadis di depan Rio ini memerjapkan matanya berapa kali lalu memukul lengan Rio dengan pipi yang memerah. "Yo,gue mau les. Gak mandi deh. Minta anter pake mobil kak Diaz kan bisa Yo"pujuk Dilla.

Gue ngerasa jadi pacarnya si Rio aja. Pake acara bujuk-bujuk segala lagi.

Gue ngerasa jadi pacarnya Dilla aja. Pake acara ngelarang-larang segala lagi.

"Bukan masalah pake mobil atau enggak Dill. Di luar itu dingin,dan lo masih demam. Flu lo berat. Kalau lo paksain,lo bisa kena tipes. Terus kalau lo gak masuk,yang mau gue mintain air siapa?".

MineOù les histoires vivent. Découvrez maintenant