[4]

44.8K 2.2K 37
                                    

Agni melangkahkan kakinya kerumah keluarga Bhaskara. Melihat wanita paruh baya yang sangat ia cintai sedang duduk gelisah diatas sofa di ruang tamu, sementara laki-laki tua disebelahnya terlihat memijat kepalanya.

"Ibu, kenapa ibu disini?" tanyanya, Agni meraih tangan kanan ibunya kemudian mengecup tangan itu sekilas. Fanny terisak saat melihat putra sulungnya. Agni mengernyit bingung.

"Ibu apa yang terjadi?" tanyanya lembut, "kakek?" Agni mengalihkan pertanyaan tersebut kepada sang kakek saat tidak mendapatkan jawaban dari ibunya.

Fatan Bhaskara menghela napas lelah, kemudian meraih bahu putri tunggalnya itu. Memeluk erat membagi kehangatan.

"Kakek ada apa?" Agni kembali bertanya.

"Ketiga mobil beserta para pengendaranya sudah ditemukan," jawab Fatan singkat.

Agni membulatkan matanya, secepat itukah mereka ditemukan?

"Pengendara tewas dan tidak ada jejak Agatha yang tertinggal," lanjutnya.

"APA?" Agni menjerit kaget. Tewas? Itu tidak ada didalam rencana mereka. Tidak ini bukan perbuatan Bian, Agni sangat mengenal sahabatnya itu. Walaupun izin membunuhnya belum dicabut, Bian tidak akan membunuh orang sembarangan apalagi orang-orangnya.

Agatha, bagaimana keadaannya?

Agni berdiri, berjalan kepintu keluar. Kemudian berhenti tiba-tiba, kemana ia harus pergi? Sedangkan Bian bersikeras untuk tidak mengungkapkan tempat persembunyiannya dan Agatha.

"Ayahmu sudah menghubungi polisi, mereka sedang dalam perjalanan menuju TKP," lanjut Fatan.

"Agni, Abi belum pulang. Ibu... ibu tidak bisa menghubunginya," isak Fanny.

"Aku akan mencari Abi, Bu," jawab Agni. Kini ia mengerti kenapa ibunya berada dirumah kakeknya. Agni tersenyum miris saat mengingat seberapa protektif Ayah terhadap ibunya.

Ayahnya tidak akan membiarkan ibunya sendirian dirumah tanpa ada yang menemani. Bahkan Ayahnya memaksa ibunya untuk bekerja sebagai sekretaris laki-laki itu. Dan jika wanita itu tidak bekerja, Ayahnya juga ikut tidak bekerja. Menyerahkan seluruh tanggung jawab kepada adiknya, Abisena.

Agni berjalan keluar rumah, menuju Juliet, gadis kesayangannya. Laki-laki itu meraih handphonenya berusaha menghubungi Bian namun tidak diangkat, perasaannya tidak enak. Setelah berulang-ulang kali mencoba menghubungin Bian namun tetap tidak diangkat, Agni mencoba menghubungi Abisena.

"Damn!" makinya saat adiknya juga tidak kunjung mengangkat telponnya. Kesal, Agni melempar handphone tersebut ke jok mobil disebelahnya, kemudian Agni menstarter mobilnya dan mengarahkan persnelingnya kedepan. Melajukan mobil itu keluar rumah dengan kecepatan sedang yang terus meningkat setiap menitnya. Jalan lengang, mungkin karena sudah malam. Agni kembali menekan gasnya dalam, hingga tidak mampu ditekan lagi.

Sebuah panggilan masuk membuat Agni mengalihkan pandangannya dari jalanan tersebut, nama Bian berkedip-kedip dilayar membuat Agni menjulurkan tangan kiri untuk mengambil handphonenya. Malang bagi Agni, secara tiba-tiba seorang gadis lewat didepan mobil dengan kecepatan tinggi tersebut.

Rambut hitam panjangnya terurai berantakan, dengan gaun putih mencapai mata kaki membuat kulitnya semakin terlihat pucat. Gadis itu tidak menggunakan alas kaki. Gadis itu terlihat terkejut, manik gelapnya semakin membulat saat melihat cahaya yang berasal dari lampu mobil milik Agni. Sekilas, Agni bisa melihat senyuman pada bibir gadis itu. Bibir yang sudutnya terlihat robek dan membiru.

Agni menekan rem mobil dalam, sehingga menimbulkan bunyi decitan ban dan aspal yang tiba-tiba dipaksa berhenti. Namun terlambat, gadis itu terlempar. Terdengar bunyi dentuman keras, entah itu berasal dari dada Agni atau penyatuan tubuh Julietnya dengan gadis itu.

Stuck On You [COMPLETED]Where stories live. Discover now