[18] A

20.4K 1.1K 110
                                    

"KAMU?!" Suara Agni menggelegar seantero cafe, memancing pandangan penasaran beberapa orang. Sisi berjengit takut mendengar bentakan laki-laki itu. Bian dan Raza bahkan lebih parah, kedua laki-laki perkasa itu sampai mundur selangkah akibat rasa kaget.

Juwita meringis, 4 tahun berlalu. Agni masih belum melupakannya.

"Apa kabar, Agni?" tanya Juwita berharap laki-laki itu tidak membunuhnya detik itu langsung.

"Bajingan tengil pembunuh!" bentak Agni seperti kerasukan setan. Wajah laki-laki itu memerah menahan amarah.

Sisi, merapat kearah Bian dan Raza. Takut-takut Agni memutuskan menghajar Juwita karena ikut andil dalam penculikan Agatha.

"Aku tidak membunuh, hanya saja ... "

"DIAM!" bentak Agni menyela kata-kata Juwita. "Setelah kau memutilasi kekasihku, kau mengaku tidak membunuhnya!"

Kekasih? Sejak kapan Agni memiliki kekasih? Bian dan Raza saling memandang kaget. Jadi selama ini Agni menyembunyikan kekasihnya dari mereka? Bahkan Agatha juga tidak tahu, karena setahu Raza dan Bian, Agni sering marah saat Agatha mulai meledek status jomblo abadi kakaknya itu.

"Kau tidak tahu betapa berharganya Juliet untukku!"

Tunggu! Juliet? Juliet yang itu? Lamborghini Veneno pertama Agni?

"Tunggu, aku melakukan itu karena kau orang kaya. Bahkan kau memiliki banyak koleksi mobil Lamborghini. Aku hanya meminta satu," ucap Juwita terbata.

"Juliet berbeda! Dia bukan hanya sekedar sebuah mobil!" Agni terlihat semakin marah. Benar, gadis yang laki-laki itu tabrak saat mencari keberadaan Abisena adalah Juwita. (Part 4)

Agni begitu panik saat melihat darah mengalir deras dan membasahi tubuh gadis itu, sehingga gaun putihnya menjadi berwarna merah. Namun, niat baik Agni untuk tidak meninggalkan gadis itu sebelum ambulance datang malah berbuah kebuntungan.

Beberapa rampok menodongnya, mengambil kunci mobil dan seluruh uang serta handpone-nya. Keterkejutan Agni semakin bertambah saat gadis bersimbah tadi berdiri kemudian tersenyum, mengucapkan terimakasih sebelum meninggalkan Agni.

"Anu ... kalian mungkin bisa menyelesaikan masalah kalian nanti, tapi sekarang kita harus segera menolong Agatha," Sisi menyela takut-takut.

"Agatha? Ada apa dengan gadis kecilku itu?" bukan Agni yang bertanya tapi Bian.

"Kau tahu, gadis kecilmu itu masih dalam pengawasanku," ucap Agni yang masih setengah-setengah memberi restu untuk sahabatnya itu.

Sisi menatap Juwita tidak tahu harus memulai dari mana. Semua ini begitu rumit sampai-sampai ia tidak tahu, apakah ada yang percaya bahwa ini nyata terjadi. Bukan hanya bualannya semata.

"Nanti saja aku ceritakan, semuanya dari awal. Sekarang kita harus segera menyelamatkan adikmu," Juwitapun juga bingung. Waktu mereka terbatas tapi untuk menjelaskan semuanya, mereka membutuhkan waktu yang amat panjang. Bisa jadi di pertengahan cerita, Agatha sudah tewas di tangan Windu dan Joana.

Agni mengangguk, membiarkan Juwita berjalan mendahuluinya, diikuti Sisi. Laki-laki itu kembali melirik bekas luka di wajah Sisi, entah kenapa ia meraih pergelangan tangan gadis itu.

"Itukah yang menyebabkanmu tidak menemuinya selama ini?" tanya Agni membuat langkah mereka kembali terhenti. Juwita mendesah lelah.

"Kau tidak akan bergerak sebelum kami menceritakan semuanya padamu bukan?" tanya Juwita yakin.

"Aku bertanya pada gadis ini, bukan pada pembunuh sepertimu." Juwita memutar kedua bola matanya mendengar sindiran tajam laki-laki itu yang tidak ada habis-habisnya.

Stuck On You [COMPLETED]Where stories live. Discover now