[8]

34.5K 2.3K 107
                                    

Flashback on

"Kakaaaak~," teriakan melengking keluar dari gadis berusia 10 tahun tersebut. Dengan tergesah-gesah ia berlari kelapangan basket merentangkan kedua tangannya lebar, menuju laki-laki 17 tahun yang setengah berjonggok menantinya.

"Agatha pelan-pelan!" perintah Abisena kesulitan mengejar Agatha dengan barang bawaan sebanyak itu.

"Ahhhh.... kamu datang menenton ya," Agni memeluk adiknya sambil memutar-mutar gadis itu tinggi. Agatha terkikik geli sedangkan Abisena mendengus kelelahan.

Botol minuman besar tergantung dilehernya dan tas-tas yang berisi perlengkapan piknik ditangan kiri dan kanannya.

Abisena menatap kakaknya yang mengenakan pakaian basket dan terlihat sedikit berkeringat, "Belum dimulai tapi sudah sebasah ini?" tanyanya sambil menatap Agni jijik, ia meraih Agatha dari gendongan kakaknya.

"Agni kotor, nanti peluk setelah dia mandi," perintahnya.

"Ga papa, masih harum," Agatha menggeleng kembali mendekatkan dirinya kedalam pelukan Sang Kakak, Agni terkekeh senang sambil mengacak-acak gemas rambut Agatha.

Raza memberi kode kepada Agni bahwa pertandingan sebentar lagi dimulai. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya keseluruh lapangan basket namun Bian tidak terlihat batang hidungnya.

"Raza, Agni pelatih memanggil kalian. Mana Bian, katanya mau nonton?" Veronica Tan, manager klub basket menyela pertemuan Agni dan kedua adiknya.

"Kalian tunggu disini ya," perintah Agni pada Abisena dan Agatha kemudian mengangguk kearah Vero, "gak tau, biarkan saja dia. Nanti juga datang," jawab Agni singkat.

"Aga, diam dulu sebentar disini ya, nanti kakak kembali. Kakal lupa membawa handphone kesini," pinta Abisena sambil membuka tikar sebagai alas untuk diduduki Agatha. "Jaga makanannya, jangan kemana-mana! Bisa?" tanya Abisena.

"Lama?" Agatha balik bertanya tanpa menjawab kata-kata Abisena.

"Sebentar saja," Agatha mengangguk. Gadis itu diam dengan tenang di taman. Menunggu kedatangan Abisena untuk membawanya kelapangan basket menonton pertandingan.

"Arrghhh," erangan kesakitan muncul dibalik gedung yang berfungsi sebagai gudang membuat Agatha berjengit kaget. Ia menoleh kekiri dan kekanan.

Seperti anak-anak pada umumnya, Agatha memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia melupakan perintah Abisena untuk diam ditempat, gadis itu segera berjalan menuju gudang tersebut. Mencari asal suara. Dengan perlahan, Ia mengintip, ada tiga orang sedang mengerumuni satu orang.

Salah seorang dari tiga orang itu, melayangkan pukulan kearah laki yang mereka kerumuni. "Lo kira, lo sudah hebat bisa memenangkan kejuaraan tembak itu?"

"Tentu saja gue lebih hebat daripada pecundang macam lo." balas laki-laki yang tengah terpojok itu. Agatha menempelkan tubuhnya mendekat kedinding menyaksikan ketiga orang itu berusaha memukul laki-laki yang melawan tadi bersamaan.

Laki-laki itu sungguh kuat, tiba-tiba salah seorang pemuda mengeluarkan pisau.

"Kakak awas pisau!" teriak Agatha memperingati, laki-laki itu terkejut dan reflek menangkis serangan tiga orang bersenjata tadi. Namun pisau itu sempat menggores wajahnya, menyebabkan luka yang mengeluarkan darah cukup banyak.

Agatha berteriak meminta tolong, gadis itu ketakutan saat melihat darah yang mengalir pada wajah laki-laki itu. Ketiga preman tersebut kabur sebelum diketahui banyak orang.

Stuck On You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang