[11] A

26K 1.4K 77
                                    

Secara keseluruhan, Agatha menikmati masquerade party yang diadakan saat ini. Kakinya sudah tidak terasa sakit dan kepalanya jadi terasa lebih ringan. Ia juga merasakan moodnya membaik dan mencoba untuk mengakrabkan diri dengan undangan-undangan lainnya.

Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa inggris, salah satu dari sekian bahasa yang Agatha gunakan dengan fasih.

"Kau mau minum ini?" tawar seorang pemuda dengan menggunakan topeng putih menutupi seluruh wajahnya pada Agatha.

Cairan berwarna biru muda yang terpisah dengan cairan berwarna merah pada dasarnya. Agatha meraih gelas tersebut, menggoyang-goyangkannya sampai kedua cairan itu bercampur dan membentuk warna baru, ungu.

Agatha menyesap minuman tersebut pelan. Ia tahu bahwa ia telah diberikan alkohol, Agatha tidak keberatan. Lagipula itu bukan pertama kalinya ia meminum alkohol. Saat ia berumur 18 tahun, ia mendesak Abisena untuk mengajaknya ke club malam. Agatha mogok makan berhari-hari, dirumah saja tentunya. Saat berada dikampus ia makan semua jenis makanan yang ada dan membungkus beberapa makanan ringan dan makan sembunyi-sembunyi dikamarnya.

Mana mau ia kelaparan hanya untuk pergi ke club malam seperti itu. Tapi actingnya begitu mempesona, sehingga Abisena tertipu mentah-mentah dan mau menemaninya ke tempat itu. Dengan persyaratan bahwa Agatha hanya boleh meminum alkohol satu gelas dan menuruti semua perintah Abisena saat mereka berada di club malam tersebut.

Setelah meneguk minuman tersebut sampai tandas, Agatha kembali melanjutkan obrolannya bersama laki-laki itu. Semakin lama mereka bicara, semakin tidak nyaman Agatha berada didekat laki-laki itu. Terlebih kepalanya mulai berdenyut dan seluruh tubuhnya terasa panas.

"Kurasa aku tidak enak badan. Aku harus kembali ke kamarku," Agatha berdiri dari tempat duduknya. Bergegas meninggalkan pemuda itu.

"Biar kuantar," pemuda itu meraih lengan Agatha.

"Tidak apa-apa aku bisa sendiri," kepala Agatha semakin berdenyut.

"Tapi aku memaksa," laki-laki itu mencengram lengan Agatha semakin keras. Agatha tidak sanggup melawan karena seluruh tubuhnya terasa lemas. Dengan setengah menyeret laki-laki itu membawa Agatha ke atas menuju lantai dua.

"Aku bisa dari sini sendiri," ucap Agatha lemah tidak meyakinkan.

"Hahahaha... jangan gila Agatha, aku tidak akan melepas ikan yang sudah berada didalam mulutku," laki-laki itu meraba bokong Agatha dengan amat kurang ajar.

Agatha mengeliat tidak suka, tapi sepertinya tubuhnya bereaksi lain. Dan Agatha membenci reaksi tubuhnya yang begitu menginginkan sentuhan.

"Kau suka?" tanya pemuda itu saat melihat reaksi tubuh Agatha, "tunggu sebentar lagi kita akan sampai dikamarmu," laki-laki itu meraih dagu Agatha, mengecup bibir Agatha lembut, tapi sangat lama tanpa menghentikan langkah kakinya menuju kamar gadis itu.

Pemuda itu membuka pintu kamar Agatha kasar membuat seorang pelayan pria yang ada didalam kamar tersebut kaget.

"Apa yang kau lakukan disini? Cepat keluar!" perintah pemuda itu dengan nada bentakan.

Dengan manik biru legamnya pelayan itu menatap sinis kearah sang pemuda dan wanita dipelukan pemuda tersebut.

Saat pelayan itu akan menutup pintu kamar, matanya beradu pandang dengan mata Agatha, pelayan itu mengerang kesal.

Agatha menyipitkan matanya, seperti mengenal mata biru gelap itu. Entah karena apa, topeng yang Agatha gunakan terlepas begitu saja. Memperlihatkan wajah penuh peluh gadis itu.

Pelayan itu menerjang sang pemuda, memukulnya bertubi-tubi. Agatha ingin melerainya tapi wanita itu tidak memiliki tenaga. Bahkan untuk berdiri sekalipun tenaganya seperti terkuras habis.

Stuck On You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang