[18] B

20K 1.1K 41
                                    

Flashback

"Sir, mereka menemukan gadis itu." Abisena mendongak cepat, mengabaikan berkas yang hampir selesai dibacanya. Bukan karena Jhon, asistennya, masuk dengan tergesa-gesa tanpa permisi, tapi karena kabar yang sudah dua tahun ini ia tunggu-tunggu.

"Akhirnya," desah Abisena menyandarkan tubuhnya di singgasana kebesarannya itu. Abisena memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri, mungkin melepaskan beban yang selama ini ia pikirkan.

Jhon meletakan berkas berisi foto dan biodata lengkap seorang wanita. Wanita dengan wajah yang sama seperti gadis yang selama ini Abisena nantikan.

"Sesilia Edgar Purnama?" tanya Abisena. Laki-laki itu mengernyit bingung. "Seingatku nama gadis-ku itu Prisilia Utami," tambahnya.

"Gadis itu dikabarkan mengalami hilang ingatan, Sir." Jhon menjawab pertanyaan Abisena.

"Batalkan rapat hari ini, aku ingin menemuinya," ucap Abisena.

"Yes, Sir." Jhon mengangguk kemudian menghubungi sekretaris Abisena untuk mengosongkan dan menjadwal ulang seluruh kegiatan Abisena hari ini.

Jhon bergegas menyusul Abisena yang sudah berlari ke parkiran. "Sir, biarkan saya mengantar Anda," ucapnya sambil merebut kunci mobil dari tangan Abisena.

Jika Abisena yang dulu adalah laki-laki dengan emosi paling tidak stabil di keluarga pratama, Abisena yang sekarang adalah sebuah petasan. Cukup dengan percikan api kecil sudah mampu membuat laki-laki itu murka.

Namun kali ini, perbuatan Jhon seperti tidak berarti sama sekali. Abisena hanya mengangguk kemudian masuk kedalam mobil tanpa perlawanan.

Abisena meraih kalung yang ia gunakan. Sebuah kalung berliontin tabung gelap. Entah, sejak ia tau Sisi mencintainya. Segala sesuatu mengenai gadis itu membuatnya tertarik. Perasaan ingin memiliki gadis itu semakin besar dan menggebu. Dua tahun ini, rasa itu semakin menumpuk dan terpupuk, membuat sebuah perasaan lain bertumbuh, Obsesi. Iya, obsesi.

Perasaan ingin memiliki tanpa memerdulikan keinginan orang itu. Abisena tidak menerima penolakan. Sisi akan menjadi miliknya.

Abisena menatap keluar, seorang gadis yang sedang bercengkrama dengan beberapa orang lansia. Abisena tidak mampu menggambarkan betapa rindunya ia dengan wajah gadis itu. Tapi tunggu, kenapa senyum gadis itu sangat berbeda dengan Sisi-nya yang dulu? Mengapa sorot matanya tidak bersinar seperti dulu?

Abisena membuka tutup liontinnya yang berbentuk tabung tersebut. Mengeluarkan satu-satunya harta paling berharga untuk laki-laki itu. Sebuah gigi graham mungil yang sudah 12 tahun ini ia simpan dan 2 tahun terakhir ia jadikan jimat keberuntungan. Setidaknya, hanya dengan melihat gigi tersebut, ia merasa dekat dengan Sisi. Iya, gigi itu adalah milik Sisi kecilnya.

Sisi yang dulu tidak berarti, kini menjelma menjadi napasnya, seluruh hidupnya.

"Jhon, bawa ini ke laboratorium." Abisena menyerahkan gigi tersebut pada asistennya. Satu-satunya peninggalan Sisi yang ada bersamanya.

"Tapi, Sir." Jhon menatap Abisena kaget. Ia sangat tahu betapa berharganya gigi itu untuk Abisena.

"Pastikan apakah gadis itu benar Sisi-ku atau bukan." Abisena menyeringai, kasihan sekali ia yang memberikan informasi pada laki-laki itu.

Jhon menunduk ngeri menatap sorot kejam yang Abisena pancarkan. Jhon tahu jika sampai gadis itu bukan Sisi, tamatlah riwayat orang yang memberikan informasi padanya.

-----

Jhon menunduk takut, sementara laki-laki yang berdiri di sebelahnya gemetaran. Benar, DNA Sisi dan gadis bernama Sesilia itu tidak cocok. Sungguh malang kedua orang itu harus menghadapi kemurkaan Abisena.

Stuck On You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang