[16] a

16.9K 1.2K 47
                                    

"Lalu?" Bian menatap Agatha dengan tangan terlipat di depan dada. Ia tidak habis pikir dengan gadisnya itu. Sebulan lagi mereka akan menikah, namun dua minggu yang lalu, Agatha meminta izinnya untuk pergi ke New York menghabiskan sebulan masa lajangnya, dengan bersenang-senang sendiri di kota itu.

Bian menatap gadis yang sudah seminggu ini tidak ia temui, "Cepat ceritakan Agatha, setelah itu biarkan aku melepaskan rasa rinduku," Agatha tersenyum lebar saat menatap mata menggelap Bian, mata itu dipenuhi kabut hasrat. Agatha tahu apa yang laki-laki itu inginkan darinya.

"Jangan coba-coba!" perintah Bian kesal saat Agatha mulai menatapnya dengan pandangan itu. Pandangan liar yang mencoba untuk menggodanya. Suatu kesenangan yang dapatkan dari menyentuh permukaan dada laki-laki itu.

Biasanya Bian akan merelakan tubuhnya dengan iklas, tapi kali ini berbeda. Mereka duduk di sebuah cafe yang cukup ramai. Bian tidak bisa mendapatkan rangsangan lagi, bisa-bisa ia gila menahan hasrat yang semakin meliar ini.

Agatha terkekeh geli melihat wajah kesal kekasihnya itu, kekasih yang sebulan lagi akan menjadi suaminya, "Baiklah-baiklah, semua dimulai dua setengah tahun yang lalu."

Flashback

"Agatha kau tidak boleh pergi!" kata Agni tegas tak terbantahkan. Agatha memberenggut kesal, menatap ayah dan ibunya bergantian. Meminta bantuan kedua orang itu.

Namun, tidak sesuai harapan. Kedua orangtuanya mengangkat bahunya tidak ingin ikut campur. Seluruh keluarganya mengetahui permasalahan yang terjadi pada Agatha dan Abisena.

Walaupun sebagai ibu, sangat menyakitkan melihat kedua anaknya yang dulu selalu bersama kini tidak berkomunikasi lagi, Fanny memilih tidak ikut campur urusan kedua orang itu.

Abisena adalah laki-laki yang keras kepala begitu pula Agatha yang tidak kalah kerasnya. Fanny hanya mampu berharap waktu akan mengembalikan kedua anaknya akan seperti dulu. Tetapi harapan tinggal harapan, saat satu tahun berlalu Abisena tidak pernah menanyakan keadaan Agatha saat menghubunginya, ataupun suaminya.

Agatha pun tidak pernah menanyakan keadaan Abisena sekalipun dalam satu tahun ini. Namun, hari ini tiba-tiba saja Agatha ingin pergi ke New York tempat kakaknya berada. Siapa yang tidak kaget?

"Oh... ayolah. Abi tidak mungkin bisa membunuhku, Ayah," rengek Agatha pada Abimanyu.

Abimanyu menatap anak gadis satu-satunya itu dengan pandangan seperti mengatakan, 'Abi memang tidak mungkin membunuhmu, tapi kaulah yang mungkin membunuh kakakmu jika laki-laki itu membuatmu kesal'.

"Kau hanya akan mengacaukan pekerjaannya kau tau? Memaksanya menemanimu berbelanja. Bian yang katanya mencintaimu saja tidak sanggup menemanimu menghabiskan separuh isi mall!" bantah Agni tetap pada pendiriannya.

"Aku tidak akan berbelanja aku berjanji," sumpah Agatha membuat Abimanyu memutar bola mata lelah. Janji yang selalu gadis itu ingkari. Berbelanja, menghambur-hamburkan uang adalah salah satu hobby Agatha sejak dulu, hobby buruk yang diwariskannya dari Sang Ibu.

"Dan kau berharap kakak percaya?" tanya Agni mewakili Abimanyu.

"Kaaaak~" rengek Agatha persis seperti balita yang meminta permen kapas untuk pertama kalinya. Agatha tahu pasti kelemahan kakaknya itu.

"Baiklah-baiklah, kau boleh pergi tapi aku harus ikut!" ucap Agni dengan nada final.

"KAKAK! KAU MENYEBALKAN SEKALI! Aku bilang aku ingin pergi ke tempat Abi sendiri, kalau kalian melarangku aku tidak akan makan," ucap Agatha kesal sambil membanting sendok dan garpunya di atas meja.

Stuck On You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang