Prolog

5.3K 416 87
                                    

Publish on : Rabu, 15 Januari 2020 [06.58]

BEAUTIFUL GHOST

***

Pemuda berseragam putih abu-abu itu terus berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan jantung yang berdetak kencang. Hatinya bergemuruh merapalkan segala doa yang diketahuinya untuk seseorang yang tengah terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit.

"Ibu, bertahanlah ... Kumohon ...," gumamnya di dalam hati.

Dia menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan putih yang masih tertutup. Pemuda itu ingin masuk, tapi ia tahu betul peraturan rumah sakit ini. Alhasil, dia hanya bisa mondar-mandir di depan ruangan dengan kepala mendongak dan jari tangan yang tertaut. Nafasnya masih tidak beraturan, matanya terpejam. Bibirnya terus menggumamkan doa untuk keselamatan sang ibunda.

Klek ...

Pintu terbuka, menampilkan seorang dokter muda yang tampan dengan kacamata di mata coklat terangnya. Oke, sepertinya dokter satu ini adalah sang pujaan hati di rumah sakit.

Melihat seorang remaja berseragam putih abu-abu yang tengah mondar-mandir itu membuat sang dokter tampan menghampirinya, "Keluarga korban?" tanyanya singkat.

"Iya, Dok. Saya anak pasien," ujar pemuda berumur tujuh belas tahun itu.

Dokter itu mengangguk singkat sebelum akhirnya mengatakan, "Mari ikut saya ke ruang dokter."

***

"Kondisi Bu Maryam sudah membaik. Beliau hanya mengalami luka di kepala dan sudah dijahit pula. Mungkin besok atau lusa beliau sudah sadar. Untuk biaya administrasinya, kamu bisa tanyakan ke tempat pembayaran di ujung koridor rumah sakit ini," ujar Dokter Galih kepada Antares.

Cowok berambut coklat itu mengangguk singkat. Ia kemudian pamit setelah mengucapkan terima kasih kepada Dokter Galih dan berlalu menuju ruang pembayaran. Terpaksa Antares harus menggunakan tabungannya untuk membayar biaya rumah sakit kali ini.

Selesai dengan urusannya, Antares berlalu menuju ruang Cempaka, tempat dimana Ibunya dirawat.

"Ibu ..."

Dilihatnya wanita paruh baya tengah terbaring dengan mata tertutup di atas brankar. Kepalanya diperban. Antares mendekat dan mencium kening wanita yang sangat disayanginya itu. Tangannya terulur menggenggam jemari Maryam yang terasa hangat.

Pemuda itu terdiam, memandangi wajah cantik ibunya yang terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Bu, Anta dapat nilai sempurna lagi untuk pelajaran Biologi tadi siang. Pokoknya nanti Ibu harus buatin bolu cokelat seperti biasanya sesuai janji ibu kemarin." Antares mulai bermonolog.

Ia tersenyum. Antares mengingat bagaimana dirinya tadi mendapat panggilan dari rumah sakit bahwa Maryam menjadi korban tabrak lari. Tanpa berpikir apapun lagi, Antares langsung meminta izin kepada guru dan bergegas menuju rumah sakit. Hatinya mengucap syukur saat mendapati Ibunya hanya mengalami luka ringan meskipun masih belum sadar.

Tiba-tiba Antares merasa lapar, mungkin efek lelah karena berlari dari koridor sekolah sampai rumah sakit ini. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit setelah sebelumnya mencium punggung tangan Maryam yang tidak diinfus.

"Anta makan dulu ya, Bu."

Jarak kantin masih cukup jauh, Antares harus melewati koridor rumah sakit yang lumayan sepi. Hanya ada perawat dan beberapa dokter serta penjenguk yang berseliweran. Pun sosok-sosok tak kasat mata yang berdiri diam dan kadang menghilang.

Ada yang tiba-tiba tertawa keras lalu kemudian menangis. Bahkan ada yang cekikikan tidak jelas dan hanya diam saja. Pun banyak yang mondar-mandir lalu menghilang di balik tembok.

Antares menyadari hal itu, namun ia sudah terbiasa. Dia hanya berusaha untuk membuat mereka tidak sadar bahwa dirinya bisa melihat sosok mereka. Dengan tenang, Antares terus berjalan santai sambil bersenandung pelan. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Oke, pantas saja Antares menjadi most wanted SMA Permata, dia terlihat cool dengan gaya seperti itu.

Sebenarnya, rumah sakit adalah tempat yang paling Antares benci. Selain karena tempat ini menjadi persinggahan beberapa makhluk gaib yang suka mengganggu, Antares juga tidak suka bau obat-obatan yang terlalu menyengat di hidungnya.

Apalagi saat ini suasana sudah mulai petang, matahari pun telah mencapai ufuk barat dan mulai kehilangan sinarnya. Tadinya Antares langsung izin jam terakhir pembelajaran Kimia setelah mendapatkan panggilan rumah sakit. Pantas saja sekarang sudah memasuki sore hari, dimana para makhluk gaib siap berdatangan dan bermain di sini.

"Ada pasien bunuh diri!"

"Cepat, siapkan ruangannya!"

"Dia kehabisan banyak darah!"

"Panggilkan dokter Susi!"

"Dokter Susi sedang izin."

"Kalau begitu, hubungi Dokter Galih!"

Samar-samar Antares mendengar keributan para perawat rumah sakit ini. Dia hanya acuh. Tapi, jantungnya mendadak berdetak kencang saat ada sebuah brankar yang didorong oleh beberapa suster hampir menabraknya.

Sontak, Antares langsung melindungi diri dengan menghindar. Tiba-tiba tangannya bersentuhan dengan tangan dingin sang pasien bunuh diri itu sampai-sampai ada sesuatu yang terjatuh di samping kakinya. Antares menunduk.

Sebuah patung kaca kecil yang indah, Antares mengambilnya.

Keningnya mengkerut dalam melihat patung itu, "Aurora?"

***

To be continued ...

BEAUTIFUL GHOST [END]Where stories live. Discover now