Part 17

1.4K 219 0
                                    

Publish on: Minggu, 24 Mei 2020 [21.07]

BEAUTIFUL GHOST

***

Hari ini ada kelas menari. Ya, karena pembatalan acara camping selama dua hari ke depan, maka KBM berlangsung seperti biasa. Tepat sekali di depan sana Bu Aya berdiri sembari menuliskan kalimat 'Kelas Menari' di papan tulis.

Jangan salfok sama namanya. Anak Mahatma juga sering pelesetin nama Bu Aya menjadi 'Buaya'.

"Baik, anak-anak. Semester dua ini Ibu akan memberikan materi tentang menari. Eits, bukan menari tradisional lagi karena itu sudah pernah diajarkan waktu SMP. Di sini Ibu akan ajarkan materi baru mengenai tari modern. Ya, modern dance." Guru Seni berumur 27 tahun itu memang selalu membawa suasana baru di dalam kelas. Tidak seperti Pak Anton yang setiap pelajaran pasti suaranya selambat keong mas.

"Sebelum pergi ke ruang tari, ibu akan kasih tahu tugas kalian di semester 2 ini. Yang mana tugas ini akan menjadi projek penilaian akhir dan harus tuntas." Semua murid berbisik-bisik mendengar pengumuman dari guru itu. "Ibu akan membagi kalian menjadi beberapa tim. Satu tim terdiri dari dua orang. Tidak ada yang boleh protes dengan tim yang Ibu bagi!"

Terdengar sorakan lesu dari murid XI MIPA 5 itu. Bu Aya tidak memedulikannya, "Pembagian tim sudah Ibu share di grup WhatsApp. Kalian bisa mengeceknya."

Bu Aya melirik sekilas jam tangan, lantas kembali menatap anak didiknya, "Ayo, semuanya! Kita ke ruang tari sekarang!"

***

Antares tidak bisa menari, apalagi dance. Dan dia satu kelompok dengan Mysha, yang notabene-nya juga tak bisa menari. Sungguh apes, tapi Antares harus bisa meraih nilai bagus.

Sembari memerhatikan penjelasan Bu Aya dengan malas, Antares malah ngantuk. Berbeda halnya dengan Aluna, yang justru duduk ongkang-ongkang mendengarkan apa yang dikatakan Bu Aya dengan baik.

Berasa jiwa yang tertukar.

"Hebat, gue rasa nari itu gampang, Res," celetuk hantu itu.

Antares mendesis pelan, "Gampang pala lo."

Aluna tak membalas, tahu sendiri itu pasti sia-sia. Ia berdiri di depan Antares, menembus badan Bobi yang tumbuhnya gak kenal atas, melainkan ke samping. "Gini ya, Res. Gue bakal buktiin omongan gue. Selagi lo bantu buat balikin semua ingatan gue, maka gue juga akan bantuin lo buat nge-dance. Gimana?"

"Gak usah. Makasih."

Aluna tak menyerah, "Ini penawaran spesial loh."

Antares memutar mata, "Gue bisa sendiri."

"Alah, boong banget."

"Diem. Udah sana lo minggir!" bisiknya mencoba untuk tidak terdengar oleh siapa pun. Aluna mencebikkan bibir. Ia lalu pergi dan duduk lesehan menyender pada dinding.

Sementara itu, Adam yang berada di samping Bobi mengerutkan keningnya. Ia menoleh pada Bobi, "Bob, lo pake parfum lavender, ya?"

Yang ditanya kaget, pasalnya ia baru pertama kali berinteraksi dengan model seperti Adam. Lantas Bobi menggeleng dua kali, "Gue mah gak pake parfum, Dam." Ia nyengir kuda.

Di belakangnya, Antares mendengar percakapan itu. Artinya, Aluna benar. Adam bisa merasakan bau-nya. Ia jadi berpikir, apa mungkin Adam ada kaitannya dengan kehidupan Aluna. Ada satu hal yang Antares tak mengerti dari kepindahan Adam, yaitu ... alasannya pindah. Kenapa Adam pindah padahal sekolah lamanya lebih elite dan berkelas daripada SMA Mahatma?

Sungguh, Antares tak paham itu.

"Dam," panggilnya. Adam menoleh dengan kening terlipat, tak biasanya Antares mengajaknya bicara duluan.

"Kenapa?"

"Kenapa lo pindah?" tanyanya to the point. Tipikal Antares banget.

Adam sampai ternganga bingung. Masalahnya, tidak ada angin apa pun kenapa tiba-tiba Antares menanyakan hal itu?

"Kenapa emang?" Ia balik bertanya.

"Gak papa. Tanya aja."

"Aneh lo."

Adam memilih tak menjawab. Hal itu membuat Antares makin penasaran. Apa perlu ia langsung bertanya tentang Aluna? Mungkin saja Adam memang mengenal gadis itu.

"Lo kenal Aluna?"

Raut wajah Adam berubah, sedikit terkejut. Seolah-olah pertanyaan Antares adalah pernyataan untuknya.

"Kenapa tanya itu? Lo emang kenal sama Aluna?"

"Gak papa. Tanya aja."

Makin lama, Adam makin gemes sama Antares, deh. Dia menatap pria itu datar, lalu melengos memilih memperhatikan Bu Aya yang sedang memperagakan beberapa modern dance, dibantu oleh Clara, anak cheers.

"Lo gak berhak tahu jawaban gue," ujarnya tanpa menatap Antares.

"Itu artinya lo kenal Aluna." Antares tersenyum miring. Ia tak pernah tahu seperti apa gaya hidup seorang Adam Mahesta meskipun pria itu adalah seorang model muda yang sedang naik daun di dunia maya. Namun sepertinya, Aluna memiliki kisah tersendiri di kehidupan Adam.

"Baiklah, anak-anak. Silakan kalian berkumpul sesuai kelompok masing-masing dulu." Interupsi dari Bu Aya membuat mereka tak lagi membicarakan Aluna lebih lanjut.

Antares diam di tempat, tahu bahwa Mysha sedang berjalan menghampirinya. Gadis tomboy itu tampak sangat kesal.

"Nyebelin banget si Bu Aya. Kenapa coba harus ada materi ini?" Ia mengacak rambutnya frustasi, "Gue kan, gak bisa nari kek ulet gitu!"

Antares menghela napas, ia sudah menduganya. Jadi, apa yang akan dia lakukan selanjutnya untuk mempertahankan nilai? Apalagi seperti yang dikatakan Bu Aya, bahwa tugas menari ini merupakan projek terakhir. Itu artinya akan memengaruhi nilai rapor.

"An, lo bisa nari, kan?" Mysha menatap Antares ragu. "Ayolah. Lo pasti bisa, kan? Antares, kan, multitalenta, heheh."

"Gak bisa."

Mysha mendatarkan tatapannya, "Terus ini gimana? Gue gak mau nilai gue jelek."

Sama halnya seperti Antares, Mysha pun sangat menyayangi nilai rapor-nya.

"Gak tahu." Entah kenapa pandangan Antares tertuju pada Aluna yang menatapnya dengan senyum kemenangan. Pria itu menghela napas, "Tapi gue akan coba belajar."

Mysha mengerutkan keningnya, "Belajar? Sama siapa? Lo mau les privat nari gitu?"

Ia mengedikkan bahu, "Anggap aja begitu."

***

To be continued ....

BEAUTIFUL GHOST [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang