Part 19

1.3K 203 4
                                    

Publish on: Minggu, 14 Juni 2020

BEAUTIFUL GHOST

***

"Adam."

Merasa dipanggil, pria itu menoleh. Adam menatap wajah tegas Tuan Gibran Mahesta, ayahnya. "Ya, Ayah."

"Kamu mau ke sekolah?" Gibran memerhatikan putra semata wayangnya yang selalu ia bangga-banggakan di mana pun.

"Iya."

Gibran menghela napas, ia menatap tepat di mata sang anak, "Sudah hampir dua minggu. Kamu belum pernah mengunjunginya, Nak. Om Hanindra pasti kecewa sama kamu."

Adam terdiam.

"Kamu masih berhubungan dengan gadis itu?" tanya Gibran datar.

"Adam berangkat sekarang, Yah." Tanpa menunggu pertanyaan apa pun lagi dari Gibran, Adam bergegas keluar dari rumah.

Melihatnya, Gibran menarik napas panjang. Ia tak bisa mengorbankan kebahagiaan anaknya untuk kepentingan bisnis. Namun, dia juga tidak bisa melanggar janji dengan sahabatnya.

"Adam, Ayah ingin yang terbaik untuk kamu." Gibran menatap sebuah foto besar yang terpajang di dinding, foto utama ruangan ini. "Ayah tidak ingin kamu bernasib sama dengan ibumu."

***

"Hai, Ares!" Aluna muncul di depan Antares dengan senyum lebar. Pria di depannya itu tak terkejut lagi, ia sudah kebal. Ia melanjutkan langkahnya memasuki ruang kelas.

"Nanti sore jadi, kan?"

Antares mengangguk singkat, ia melirik jam tangannya sekilas. Pukul 06.45 WIB. Tumben hari ini dia datang agak siang. Tumben juga kelas belum ramai. Tidak, malah tidak ramai sama sekali. Hanya ada dirinya dan Aluna di ruangan ini.

"Yang lain dimana?" gumamnya pada diri sendiri. Namun Aluna mendengarnya.

"Mereka lagi ngumpul di kelas sebelah." Ia memajukan wajahnya, berbisik pada Antares. "Katanya ada siswi baru di kelasnya Jeno, cakep banget."

Antares tak tertarik dengan berita itu, dia hanya mengangguk acuh lalu memiringkan kepala dan meletakkannya di atas lipatan tangan. Ia memejamkan mata. Aluna melakukan hal yang sama, menghadap ke arah Antares.

"Res." Aluna menatap wajah damai Antares. "Gue pernah mikir gimana jadinya kalau gue masih hidup."

Gadis itu terkekeh, "Apa gue gak akan ketemu sama lo?" Ia menghela napasnya, "gue selalu pengin tahu gimana gue waktu masih hidup. Apa gue famous di sekolah? Atau gue anak teladan? Atau malah gue cewek bar-bar yang sering dihukum? Apa gue punya pacar? Apa gue pernah jatuh cinta? Siapa keluarga gue? Apa mereka sedih waktu gue meninggal?"

Antares tidak tidur, ia mendengarkan semua yang dikatakan Aluna. "Jadi hantu yang gak ingat apa pun itu ngeselin. Kenapa coba gue gak ingat kenangan semasa gue hidup? Nyebelin, kan."

"Kalau aja gue diberi satu kesempatan untuk hidup lagi, gue cuman pengin lakuin satu hal."

"Apa?" Antares membuka mata, menatap netra cokelat Aluna yang tepat berada di depannya.

"Bahagia." Gadis itu tersenyum tipis. "Gue pengin bahagiain diri sendiri, gue pengin bikin orang lain bahagia karena gue. Gue pengin lihat tawa mereka karena gue. Gue pengin habisin sisa waktu di dunia ini dengan bahagia."

"Lo gak akan bisa." Aluna menatap Antares tak mengerti, "hidup lo gak akan sedatar itu dengan terus bahagia. Dan Tuhan gak sebaik itu dengan terus kasih kebahagiaan. Ada kalanya dunia gak berpihak sama lo. Ada kalanya lo harus tahu apa itu kesedihan. Di situlah, baru kehidupan akan terasa berwarna. Pelangi ada karena kelabunya awan."

BEAUTIFUL GHOST [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora