Part 6

1.8K 281 84
                                    

Publish on : Selasa, 3 Maret 2020 [21.58]

BEAUTIFUL GHOST

***

"Pagi, Ares ...."

Pagi yang cerah telah tiba, hujan pun sudah berhenti sejak malam kemarin. Kini Antares kembali menuju sekolah seperti biasanya. Aluna bahkan sudah nangkring dari pagi-pagi buta di atas bangku kelas dan tampak bersemangat.

Antares tak bergeming, ia melanjutkan langkahnya kemudian mendaratkan bokongnya di bangku. Lantas pemuda itu melakukan rutinitas setiap paginya, membaca buku. Kali ini Antares membaca buku Fisika, akan ada kuis mendadak hari ini, dia yakin itu.

Melihat Antares sibuk dengan dunia literasinya, Aluna berdecak malas.

"Gak ke perpustakaan?" tanyanya singkat pada Antares dengan nada sebal.

"Jangan hari ini. Gue sibuk."

Dari tadi malam Aluna terus merecokinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri pun tidak tahu jawabannya. Tentang alasan mengapa Adam bisa mengenali bau tubuhnya, tentang rencana yang akan mereka lakukan hari ini, sampai opini-opini Aluna yang terus mengatakan bahwa Adam adalah pacar masa hidupnya. Atau kalau bukan itu, Aluna akan mengatakan bahwa Adam dulu naksir berat dengannya sampai-sampai bisa mencium bau lavender milik Aluna.

Malam itu Antares sampai tidak bisa konsentrasi dalam belajar. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menunda ke perpustakaan atau tempat lain guna mencari biodata Aluna. Lebih baik Antares belajar pagi ini agar nilai kuisnya bisa terus naik, daripada dirinya terus terlibat dengan hantu rewel itu.

"Antares!" Kali ini Aluna sampai menaikkan suaranya, ia sudah kesal dengan Antares yang masih saja sibuk bersama buku tebal Fisika itu.

Aluna mengerucutkan bibirnya kesal. Tiba-tiba ada suara cekikikan terdengar. Segeralah Aluna menoleh, rupanya itu suara anak kecil bergaun maroon yang kemarin sempat diteriaki dan meneriakinya.

"Ngapain lo ngetawain gue?!" seru Aluna berujar marah.

Hantu anak kecil itu terdiam lalu menatap lantang Aluna, "Suka-suka aku dong." Ia lalu memeletkan lidahnya kemudian berlalu menghilang seperti kabut.

"Dasar bocah!" gumam Aluna kesal.

"Aku bahkan lebih tua darimu, bodoh!" Aluna nyaris terjengkang mendengar suara itu tepat di samping telinganya.

Kini hantu kecil itu sudah berada di dekatnya dengan senyuman miring di bibir pucatnya. Aluna bisa melihat ada luka di dahi anak kecil tersebut, pun darahnya. Mungkin itu yang menyebabkan dia meninggal.

"Berapa umurmu sekarang? Mungkin baru 16 atau 17 tahun, bukan? Aku setidaknya lebih tua 20-21 tahun darimu, jadi jangan panggil aku bocah!" ujar hantu itu. Mungkin jika ada dalam acara TV, kamu bisa melihat tanduk merah dan asap yang keluar dari telinga hantu tersebut.

"Mana gue tahu umur lo berapa? Gak ada yang perduli juga. Meskipun umur lo udah se-abad lebih, badan lo tetep kayak bocah. Gak pantes disebut nenek-nenek." Aluna membalas.

Hantu tua berwujud bocah itu hanya memutar bola matanya malas, "Sudahlah, aku sedang tak mau berdebat dengan hantu cerewet sepertimu."

Aluna melotot, mungkin nenek-nenek di depannya ini tidak sadar sedang membicarakan dirinya sendiri.

"Kenalkan, aku Mawar. Tapi lebih banyak yang memanggilku dengan sebutan Si Merah." Tanpa ditanya, hantu itu memperkenalkan dirinya sendiri.

"Aluna." Aluna menjawab singkat.

"Aku tahu." Mawar atau Si Merah ini berjalan mendekati Antares yang nampak tak terganggu dengan kehadirannya.

"Hai, Antares. Apa kabar?" Antares hanya diam, enggan menoleh meskipun tahu Mawar berada di depannya.

Bukannya tersinggung, Mawar justru tertawa pelan, khas seorang hantu, "Masih sama seperti dulu, enggan berkomunikasi dengan hantu mana pun. Tapi, Aluna ... kenapa kamu bisa berkomunikasi dengan Antares begitu mudahnya?"

Aluna terdiam, ia melirik Antares yang bahkan tak tertarik dengan obrolannya dan Mawar. Pemuda itu lebih memilih tenggelam dalam rumus-rumus Fisika yang membuat kepala Aluna langsung sesak.

"Mana gue tahu. Mungkin karena gue cantik dan elo nggak," jawab Aluna asal.

Hampir saja Antares tertawa mendengar jawaban itu. Tapi tak ada yang menyadarinya. Sedari tadi Antares menyimak pembicaraan Aluna dan Mawar, hanya saja ia tak tertarik bergabung di dalamnya. Lebih baik hanya mendengarkan saja, lagi pula Antares malas berurusan dengan Si Merah itu.

Mawar terlihat kesal mendengar perkataan Aluna. Lalu ia memilih pergi dari tempat tersebut.

***

Aluna duduk dengan menghadap ke arah belakang, menopang dagunya sembari memandang wajah Adam yang hari ini terlihat lebih keren---menurutnya.

Antares yang berada di samping Aluna hanya memutar bola matanya malas, memilih acuh pada tingkah aneh hantu gadis itu. Ia memfokuskan dirinya pada materi yang akan disampaikan Bu Fara---guru Fisika.

"Res, kira-kira Adam bisa ngerasain bau tubuh gue lagi gak ya?" Aluna bertanya sambil bisik-bisik. Padahal tidak akan ada orang yang mendengarnya sekalipun Aluna berteriak di dalam kelas.

Antares hanya diam tak merespon, persis seperti dugaan Aluna sebelumnya. Tapi itu tak penting, Aluna sudah kebal. Aluna lebih tertarik memandangi wajah adem Adam daripada mengomel hingga mulutnya berbusa karena sifat acuh tak acuh Antares.

Adam terlihat keren di mata Aluna. Garis wajah pria itu ... Aluna merasa mengenalinya. Mata abu-abu terang Adam seolah sering bersitatap dengan manik mata Aluna. Tapi, Aluna ragu akan hal itu. Bisa ada kemungkinan. Pertama, Adam memang salah satu orang yang pernah singgah di masa hidupnya. Kedua, Adam adalah impian Aluna waktu hidup namun tak pernah bisa dicapai. Oke, opsi kedua kelihatannya terlalu menyedihkan.

Tiba-tiba Adam mengerutkan keningnya. Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Terlihat Tasya duduk di bangku paling depan pojok kanan. Sementara dirinya berada di bangku paling belakang pojok kiri. Lantas, dari manakah bau lavender ini ia rasakan?

"Lavender?" Sungguh, Adam benar-benar bisa merasakan wangi tersebut. Wangi yang sangat dikenalinya.

Sedangkan Aluna melotot setelah Adam mengucapkan kalimat itu. Meski hanya sebatas gumaman, Aluna masih bisa mendengarnya. Itu artinya, Adam bisa merasakan bau tubuhnya. Bagaimana mungkin?

"Aluna?"

Brakkk!!!

Bangku di samping Antares sampai terjatuh ketika Aluna terlonjak kaget dengan wajah pucat pasi---walaupun pada dasarnya wajah Aluna memang pucat.

Antares menatap Aluna bingung. Sementara Aluna menatap Adam dengan mulut ternganga, masih terkejut setelah mendengar namanya keluar dari mulut Adam. Sedangkan seluruh murid---termasuk Bu Fara, memandang kursi yang terjatuh itu dengan tatapan horror.

***

To be continued ...

BEAUTIFUL GHOST [END]Where stories live. Discover now