Part 20

1.3K 223 9
                                    

Publish on: Minggu, 14 Juni 2020

BEAUTIFUL GHOST

***

"Aish, gue bisa mati mendadak kalo lo sebego ini," omel Aluna sembari memijat pelipisnya.

"Heh, gue peringkat satu paralel semester kemarin." Antares menyanggah tak terima, "dan lo juga udah mati."

"Peringkat satu apanya," gumam Aluna. Ia melotot, "Rileks, Antares. Rileks, oke? Lo gak akan bisa bergerak kalau sekaku itu, astaga!"

Aluna membetulkan posisi Antares yang menurutnya seperti kanebo kering. Iya jadi penasaran, apa yang akan terlihat jika Antares si manusia kaku dan tak pintar berekspresi ini akan menari modern dance bersama si tomboy Mysha?

"Ini tangan lo dilemesin aja, astaga! Gerakin kayak gini, nah, lo juga jangan diem di tempat gitu doang, ikuti alunan musiknya. Anggap gue gak ada di sini, dan gerak sesuka hati lo, jangan diem mulu kayak patung pancuran!" Antares tak mengerti kenapa Aluna bisa secerewet ini, ia sudah berusaha semampunya, tapi tetap terasa aneh. Pria itu lebih memilih mengerjakan soal-soal penuh rumus daripada berlatih modern dance seperti ini.

Jika Jeno melihatnya sekarang sedang belajar menari bersama seorang hantu yang kehilangan ingatan semasa hidup, pasti sahabatnya itu akan sangat shock.

Namun, mau bagaimana lagi? Antares benar-benar tak bisa membiarkan nilai akhir semester keduanya anjlok hanya karena pelajaran Seni ini. Terkutuklah Bu Aya yang membuatnya harus berlatih sedemikian rupa demi mempertahankan nilai.

Tapi, entah kenapa, Antares justru menikmati bagaimana Aluna mengomel ini itu dan terus merecokinya dari tadi.

"Coba gini, ya, lo liat gue dulu. Abis itu lo praktekkin." Aluna menyetel musik, mengulanginya dari awal.

"Lo itu harus muter kayak gini. Tangan lo taruh di atas, jangan malah cuma muter tapi tangan lo diem kek mati rasa!"

Antares mengernyit, mengikuti gaya Aluna, meletakkan kedua tangannya di atas kepala, "Kayak gini?"

"Nah, iya, gitu." Aluna sebenarnya mau ketawa melihat raut wajah Antares.

Antares bergidik, menurunkan tangannya dan menggeleng keras, "Ganti gerakan! Gak mungkin modern dance pakai gerakan norak macam itu."

Aluna akhirnya tertawa keras, "Gerakan macam apa?" Ia meletakkan kedua tangannya di atas kepala, membentuk tanda hati. "Gini?"

"Ck. Gue gak bego, jangan coba-coba usil."

Aluna menatap Antares dengan tatapan tak percaya, "Hei hei, gue gak lagi usil, ya! Lo ikutin aja, sih, lagian harusnya lo berterima kasih karena nilai lo gak akan turun gara-gara lo gak bisa selesain projek terakhir pelajaran seni."

"Lo yang maksa mau ngajarin gue."

Ingin rasanya Aluna mencekik leher Antares, tapi ia tak mau dianggap sebagai hantu jahat. "Serah lo! Astaga, ingin ku berkata kasar."

"Sekarang apa lagi? Gue gak akan mau lakuin gerakan cowok-cowok berambut anak ayam yang sering ditonton Tasya. Mending cari gerakan lain," ujar Antares.

Aluna memutar mata.

Semangat Aluna, setidaknya lo ngajarin orang ganteng! Ia terus memantapkan hatinya.

"Oke, kita ganti gerakan. Lagian gue juga gak yakin apa Mysha bisa diajak bekerja sama dengan cowok kaku macam lo. Kasihan gue sama kalian berdua, setidaknya Guru Seni itu tahu kalau diantara lo berdua gak ada yang jago nari." Aluna mengipas-ipaskan tangannya di depan wajah, "panas banget, sih. Entah karena kamar lo yang sumpek atau gue yang ngajarin lo sampai sebegitu semangatnya," ujarnya ironi.

Aluna mengumpulkan rambut cokelat gelapnya, mengikatnya dengan ikat rambut hasil curiannya dulu. Ia tersenyum paksa lantas mengangkat kepalan tangannya, "Ayo berlatih, Antares!"

Antares menatap gadis itu aneh. Dia berdecak tak suka. Antares menarik paksa ikat rambut Aluna dan membuangnya keluar jendela, ia benar-benar merasa tak nyaman jika Aluna menguncir rambut. "Jangan ikat rambut lo lagi."

Aluna ternganga tak percaya, "Lo ngapain sih?!"

"Lo jelek pakai itu."

Dasar! Aluna mencibir dalam hati.

***

"Tunggu di sini dulu, gue ke atas sebentar." Jenny mengangguk pada Adam.

Saat ini dia berada di rumah model yang sedang naik daun itu. Bukan apa, mereka sepakat untuk berlatih malam ini di rumah Adam. Ya, mereka satu kelompok untuk pelajaran Seni. Dan di rumah Jenny sedang tidak ada orang, Jeno kemungkinan tengah apel ke rumah Salsa. Alhasil mereka memutuskan untuk berlatih di sini.

Jenny melihat ke sekelilingnya, rumah Adam cukup besar. Tidak heran, sih, lagian ia juga tahu jika Ayah Adam adalah seorang pemilik perusahaan terkenal. Kakinya melangkah menyusuri setiap lukisan di ruangan tersebut. Hingga ada seorang pelayan yang datang ke arahnya dengan membawa segelas jus.

"Terima kasih." Pelayan itu membungkuk hormat, hendak pergi, namun Jenny menahannya. "Apa rumah ini sepi?"

"Iya, Nona," ucapnya sopan.

"Adam tidak memiliki saudara?"

"Tidak, Nona. Tuan muda adalah anak tunggal."

"Oh. Baiklah, maaf mengganggu pekerjaanmu."

"Tidak apa, Nona." Pelayan tersebut pamit undur diri.

Jenny baru tahu kalau Adam adalah anak tunggal keluarga Mahesta. Ia kembali memerhatikan sekelilingnya, hingga tatapannya terhenti pada sebuah foto di sudut ruangan. Jenny melangkah mendekati foto itu.

"Siapa mereka?" Tangannya tergerak memegang bingkai foto tersebut.

"Ngapain lo di situ?"

"Astaga!" Hampir saja Jenny menjatuhkan bingkainya. Ia menoleh kesal pada Adam. "Lo ngagetin gue!"

"Ngapain lo di situ?" Adam mengulang pertanyaannya. Ia melangkah maju dan menyodorkan tangannya, meminta foto yang masih dipegang Jenny.

"Gue cuman lihat-lihat. Tapi, tunggu." Jenny menahan tangan Adam dan menatapnya penasaran, "siapa dua cewek ini? Pelayan bilang lo anak tunggal. Dan gue rasa belum pernah ngelihat mereka."

"Apa urusan lo?"

Jenny tersentak, ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "Iya juga, apa urusan gue, ya?" Lantas Jenny meletakkan bingkai itu di tempatnya semula. "Oke. Jadi, kita mau latihan kapan? Dimana?"

Adam menarik sudut bibirnya, "Lo bisa dipercaya, Jen? Lo gak punya mulut ember, kan?"

Jenny menatapnya tak mengerti, namun ia memilih mengedikkan bahu, "Tergantung. Mulut gue kadang suka kepleset kalau gue ngerasa terancam."

Adam melangkah mendekat, memerhatikan foto tadi dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Foto seorang cowok memakai jas formal putih dengan dua gadis bergaun putih yang berdiri di samping kanan kirinya.

"Baguslah kalau lo gak kenal salah satu diantara mereka, atau bahkan keduanya." Ia tersenyum, "mereka orang terpenting di kehidupan gue. Tunangan ... dan pacar gue."

***

To be continued....

BEAUTIFUL GHOST [END]Where stories live. Discover now