Part 8

1.7K 272 51
                                    

Publish on : Minggu, 15 Maret 2020 [20.25]

BEAUTIFUL GHOST

***

Aluna memandangi gantungan kunci kaca di tangannya. Saat ini dia berada di teras rumah, menikmati udara malam dan sunyinya komplek perumahan yang ditempati Antares. Sementara pria itu, entah berada di mana.

Aurora.

Berulang kali Aluna memperhatikan dengan cermat patung kecil tersebut. Ia mengerutkan keningnya, berusaha untuk terlihat serius dan mencoba mencari sesuatu yang menarik sampai membuat orang cuek lagi menyebalkan seperti Antares mau membantunya mengembalikkan ingatan hanya demi sebuah patung kecil.

Aluna berdecak, "Mungkin dulu Antares punya mantan terindah dan namanya adalah Aurora," gumamnya beropini.

"Atau mungkin dia sedang menyukai seseorang yang bernama Aurora."

"Ah ... bisa jadi ini adalah kenang-kenangan terakhir dari mantannya."

Karena sibuk beropini, Aluna sampai tidak sadar bahwa Antares kini berdiri di belakangnya sembari menyandar pada dinding. Ia mengerutkan kening melihat Aluna tengah berbicara seorang diri sambil mengangguk-anggukkan kepala dengan memegang patung Aurora miliknya, persis seperti orang gila.

Antares menyadari sesuatu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukan, bukan seperti orang gila. Maksud Antares adalah, Aluna persis seperti hantu gila. Ia menghela nafasnya panjang. Ya, hantu gila.

Sampai kapan Antares harus tertipu oleh wujud Aluna dan terus beranggapan bahwa gadis itu adalah seorang manusia?

"Antares! Lo ngagetin gue tahu gak!" Tiba-tiba Aluna memekik. Pasalnya saat ia berbalik, Antares sedang berdiri di belakangnya.

"Apaan? Gue diem aja daritadi di sini," ujar Antares santai. Ia bersidekap dada. Memang benar kan?

Aluna memutar bola matanya malas, "Eh, gue penasaran sama satu hal. Kenapa patung ini kesannya berharga banget buat lo?" tanyanya sembari menunjukkan patung Aurora.

"Kepo. Mending balikin ke gue sekarang aja deh tuh patung!" Antares mengulurkan tangannya.

"Yeee! Gak bisa dong, patung ini tuh diibaratkan sebagai kunci gue untuk pulang ke akhirat." Aluna mengusap-usap patung tersebut dengan sayang.

"Terserah." Antares memutar bola matanya lalu berbalik arah memasuki rumah.

"Eh eh, tungguin gue!" Disusul oleh Aluna.

***

Hari ini berbeda dari hari biasanya. Tidak ada hujan tidak ada badai, matahari juga masih terbit dari sebelah timur, tiba-tiba seorang Jeno Aldino datang ke rumah Antares pagi-pagi buta bersama mobilnya. Bahkan Jeno sudah memakai seragam identitas SMA Mahatma. Antares yang baru saja menyelesaikan sarapan mendadak linglung melihat sahabatnya sudah berdiri di depan pintu sambil nyengir lebar. Antares bahkan takut bibir Jeno bisa robek. Dia tidak pernah tuh senyum selebar Jeno.

Kedatangan Jeno tentu disambut dengan tangan terbuka oleh Maryam. Wanita paruh baya itu mempersilahkan Jeno masuk dan menyuruhnya sarapan sehingga membuat Antares menunggu lagi.

"Ngapain lo pagi-pagi udah di depan rumah gue?" tanya Antares setelah mereka berpamitan pada Maryam untuk berangkat ke sekolah.

"Kangen sama masakan nyokap lo." Jeno nyengir lebar.

"Bullshit. Lo lagi ada maunya kan?" tebak Antares tepat sasaran.

"Ah, lo emang sahabat ter-the best deh. Tahu aja tabiat gue." Kini, Jeno tertawa. Padahal tidak ada yang lucu. Bahkan Antares masih setia dengan wajah datarnya.

Aluna yang memang ikutan numpang di mobil Jeno ikut mengerutkan keningnya.

"Jenny pulang hari ini. Dia minta gue buat jemput di bandara, bareng sama lo. Soalnya dia sendirian," ujar Jeno.

"Om Adi?"

"Papa masih ada urusan di London."

"Kok Jenny gak bilang ke gue kalau mau balik?"

Jeno meringis, "Katanya sih biar surprise. Tapi karena tadi gue keceplosan dan lo udah tahu, gue minta supaya saat di bandara nanti lo pura-pura kaget ya. Jenny bisa ngamuk ke gue kalo tahu surprise-nya gagal."

Antares hanya mengangguk pasrah. Jenny Aldino, dia adalah kembaran Jeno yang memilih pergi bersama ayahnya ke London dan menetap di sana selama dua tahun. Sementara Jeno ditinggal sendirian di rumah besar keluarga 'Aldino. Hmmm, tidak apa. Jeno sudah terbiasa menikmati masa-masa jomblowan miliknya. Sepi.

For your information, sesungguhnya alasan utama Jeno tidak ikut pindah adalah karena dia tidak bisa bahasa Inggris. Ya, salahkan saja kembarannya. Jenny itu paket komplit. Jeno sampai berpikir bahwa dia dan Jenny sebenarnya bukan saudara kembar. Jenny terlalu sempurna untuk Jeno yang hanya memiliki secuil kelebihan, yaitu tampangnya yang diatas rata-rata.

Aluna yang mendengar nama asing itu hanya mengedikkan bahunya acuh. Ia lebih memilih menikmati pemandangan jalan Jakarta yang ramai. Padahal tidak ada yang menarik dari padatnya ibu kota.

"Hantu cewek yang kemarin lo bawa ke rumah gue udah pergi?" tanya Jeno mengalihkan pembicaraan.

Boro-boro pergi, nempel mulu sama Antares mah si Aluna. Kemanapun Antares pergi, Aluna pasti mengikutinya. Ya, kecuali toilet.

"Tuh, di belakang." Antares menyahut singkat.

Jeno merasa seluruh bulu kuduknya merinding, "Beneran, An? Gue serius loh ini."

"Sejak kapan gue bercanda?"

Ah iya, Jeno lupa bahwa sahabatnya itu patung bernyawa yang tidak pernah bisa berekspresi. Jangankan bercanda, untuk tersenyum saja Antares sangat jarang.

"Jujur ya, An. Gue masih ragu kalau lo emang bisa liat makhluk-makhluk begituan. Meskipun kita udah kenal sejak gue sama lo masih ingusan," ujar Jeno berterus terang.

"Gue gak minta lo buat percaya."

"Gue netral sih. Setengah percaya, setengah lagi enggak. Tapi sebenernya, gue penasaran," gumam Jeno.

Aluna yang mendengarnya tersenyum devil. Ia memejamkan mata dan mengijinkan Jeno untuk melihat wujudnya, sebentar saja. Gadis itu menunduk, membiarkan rambut panjang menutupi wajah pucatnya itu.

"Tapi gue---" Jeno terdiam beberapa saat, lalu mulutnya menganga lebar saat ia melihat ke arah kaca di mobilnya yang menampilkan sosok gadis bergaun putih dengan rambut menutupi seluruh wajah.

Ciiittt!!!

Jeno mengerem mendadak, sampai-sampai Antares dibuat terkejut olehnya.

"Lo kenapa sih?!"

Jeno menoleh, memandang horor sahabatnya itu, "Antares, sekarang gue 100% persen percaya kalau lo bisa ngelihat mereka!" ujarnya mantap sembari memegang kedua tangan Antares, seolah berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

Antares hanya mengerutkan keningnya bingung, dia lalu menoleh ke belakang dan menemukan Aluna yang sedang tertawa lepas di sana.

Pria itu memutar bola matanya.

Dasar!

***

To be continued ....

BEAUTIFUL GHOST [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora