Prolog

6K 210 15
                                    

Seorang lelaki tampan yang memiliki postur tinggi, kulit putih bersih dan lesung dipipinya. Ya, dia adalah Ken Ethan Smith. Namun sayangnya, Ken adalah seorang yang sangat minim pergaulan, susah bersosialisasi atau bisa disebut anti sosial.

Bukan berarti ia memiliki keterbatasan khusus, hanya saja Ken trauma sering diperlakukan layaknya musuh yang harus dihindari banyak teman karena Ken cupu dan pendiam.

Tak hanya di sekolah, dirumah pun ia mendapat perlakuan layaknya Planet Pluto, ada namun tidak di anggap. Rasanya nama belakangnya yang bermarga Smith tidak pantas ada di dirinya. Untuk apa memiliki marga tersebut, kalau hanya di anggap layaknya sampah.

Ibu kandungnya, Kintan El Smith yang memiliki sifat ketus dan jahat hanya pada Ken. Entah apa yang membuat Ibunya seperti itu, Ken tidak tau mengapa seperti ada kesalahan besar padanya. Tidak hanya Ibunya, Ayahnya dan Kakak kandungnya sendiri pun tidak menganggap ia ada.

"Ma, Ken pergi sekolah dulu ya," sambil mengulurkan tangannya. Ken sadar diri. Tak mungkin Mamanya menerima uluran tangan darinya.

"Ma, Andrew ke sekolah dulu ya." Bahkan saudara kandungnya Andrew Devanno Smith, disambut manis oleh Mamanya. Diberi kecupan dipipi untuk anak tersayang.

"Iya sayang hati-hati dijalan ya." Tanpa mempedulikan Ken, Mamanya langsung naik keatas menuju kamarnya.

Andrew pergi kesekolah dengan mobil nya yang dibelikan oleh Bara Anton Smith, Papanya. Sedangkan Ken? Ia hanya tersenyum miris. Jangankan naik angkot, uang jajan pun tidak diberikan, bukan karena keluarga Smith tidak berkecukupan.

Keluarga Smith merupakan keluarga terpandang, yang memiliki bisnis dimana-mana, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tapi karena sikap orang tua Ken seperti itu, jangankan meminta uang, menganggap dirinya ada pun sulit sekali.

Ken sudah terbiasa berjalan kaki dari rumah ke sekolah, begitupun sebaliknya. Tidak masalah bagi Ken, ia hanya teringat salah satu pesan dari orang yang baginya sangat berharga.

"Jangan pernah berhenti semangat kalau kamu yakin bisa jalani semuanya." Kata itulah yang membuat Ken bisa bertahan.

Setibanya disekolah, Ken sudah terbiasa dilempari hinaan oleh temannya. Entah dimana salah Ken, bukan karena ia takut justru Ken tidak mau namanya tercoreng kalau sampai dia emosi.

Ken memang culun, tidak pernah berani melawan jika dibully bukan berarti dia tidak merasakan. Justru Ken selalu menumpahkan seluruh perasaannya dengan orang tersayangnya sampai menangis. Itulah Ken, ia tidak mau terlihat cengeng didepan orang-orang yang menghinanya namun memilih diam saja.

Baru saja sampai di depan kelas, Ken sudah dihadapi dengan aksi bully temannya dengan timpukan kertas serta ucapan yang tak sesuai fakta.

"Hai anak haram! Bener kan lo anak haram?" ucap Derren bersama geng nya dengan wajah tanpa dosa.

Ken memilih diam. Tak selesai juga mengurusi mereka yang tidak tau apa apa mengenai keluarganya.

"Lo bisu hah? Jawab pertanyaan gue njing!" Satu pukulan melayang di perut Ken, kalau dipikir-pikir apa manfaatnya Derren bertanya hal yang tidak penting?

Ken meringis memegangi perutnya, Beruntung Guru IPA langsung masuk ke kelas.

Ken duduk sendirian didepan meja guru, namun perlu di ketahui Ken adalah murid yang pintar, genius bahkan nilainya tidak pernah merah. Banyak yang menyebutnya kutu buku tapi Ken tidak peduli.

Disela-sela pelajaran, Ken melirik kearah Derren dengan kepalan tangannya seakan ingin memukul balik sang pembully sialan itu!

Lagi-lagi, Ken teringat kata-kata dari orang tersayangnya. "Biarkan mereka bicara apapun padamu. Mereka tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Kendalikan emosi dan pikiranmu. Fokus saja memperbaiki dirimu."

Hanya kata-kata itu yang selalu Ken ingat, membuat dirinya dapat terkendali.

***

Story baru @bloodkills

Kalau bagi kalian masih banyak koreksinya boleh di comment supaya bisa diperbaiki:)

Dont Forget Vote!!

Next?

Devil PsychoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt