Bagian 16

1K 68 3
                                    

Pagi hari terasa sepi, berada dirumah Neneknya selama beberapa hari untuk mengenang segala masa-masa hangatnya sendirian. Semua pembantu terpaksa dipecat karena Ken tidak mempunyai uang untuk menggaji mereka.

Hari ini adalah hari sekolah. Ken izin kepada gurunya sejak neneknya meningal dunia. Hidup Ken semakin lama semakin hancur tanpa kehadiran sang penasehatnya.

Ken berjalan menuju dapur, membuka pintu kulkas mencari makanan untuk sarapan. Ken menghela napasnya, hanya ada sepotong roti yang tersisa. Syukurlah ia masih bisa sarapan hari ini.

Drett Drett

Ketika Ken ingin melangkah ke kamar, tiba tiba ponselnya berdering dari saku celananya. Ken mengambil ponselnya itu dan tertera nama Thea layarnya.

"Lo ga sekolah?" tanya Thea to the point begitu Ken mengangkat telfonnya.

"Gue masih izin, mungkin besok gue masuk sekolah lagi."

"Oh gitu, pulang sekolah gue kerumah lo," putus Thea secara sepihak.

"Eh, tapi---" sambungan teleponnya sudah terputus lebih dulu oleh Thea. Ken hanya menghela nafasnya.

***

Kelas Thea sedang jam kosong hari ini. Guru yang mengajar sedang berhalangan mengajar. Itulah kenapa Thea bisa menghubungi Ken padahal masih di jam pelajaran. Thea berada di rooftop, tempat favoritnya.

Sekilas Thea memikirkan masalah yang dialami oleh Ken. Ternyata yang dialami oleh Ken pun sama dengan dirinya, masalah keluarga.

Thea ingin menemui ke rumahnya bukan tanpa alasan, ia ingin membuat Ken merubah semua yang ada di dirinya. Thea tidak ingin Ken terus-terusan berpenampilan seperti itu dan di hujani berbagai omongan.

"Ini udah saatnya lo berubah Ken, dan saatnya kita bertindak," gumam Thea tersenyum miring.

***

13.20 WIB

Saat ini Ken sedang menuju ke rumah orang tuanya. Bukan tanpa alasan, Ken ingin mengambil semua pakaiannya untuk di pindahkan ke rumah neneknya dan tinggal disana. Ia tidak ingin tinggal terus menerus di rumah yang sudah seperti neraka baginya.

Sejak Ken tahu maksud orang tuanya membenci Ken dari surat yang neneknya beri, Ken sangat marah dengan kelakuan orang tuanya. Kesabaran Ken sudah habis, ia tidak ingin terus menerus diam di perlakukan seperti itu.

Ken masuk lewat pintu belakang, agar tidak ada yang mengetahui kalau ia sudah menginjakkan kaki dirumah neraka ini. Ken mengambil semua bajunya dan perlengkapan sekolah serta beberapa barang miliknya.

Saat Ken ingin melangkahkan kaki keluar kamar, ia dikejutkan oleh mamanya yang sudah berada didepan kamarnya.

"Lupa pulang kamu, hah?! Ga mikir ya, piring kotor banyak yang belum dicuci, cucian numpuk. Sana cepat cuciin semuanya!" sambutan Kintan penuh dengan perintahnya.

"Kalau anda punya tangan yang masih bisa digunakan, silahkan cuci sendiri!" ucap Ken dengan lantang.

Kintan sangat terkejut. Baru pertama kali Ken berperilaku seperti itu padanya. Kintan pun naik darah dan semakin emosi.

"Udah berani kamu sekarang? Belajar ngelawan dari mana kamu, hah?!" Kintan hendak menjambak rambut Ken, namun berhasil ditepis oleh Ken.

"Jangan coba coba menyentuh saya, atau tangan anda akan saya cincang!" gertak Ken tidak main main.

Kintan tak bisa menahan emosinya saat Ken melangkah keluar melewati dirinya. Ken sangat berbeda, ia tak ingin di bodohi lagi seperti dulu. Harga dirinya sudah runtuh saat berada dirumah ini.

Devil PsychoWhere stories live. Discover now