Bagian 15

1.1K 65 11
                                    

Di malam hari biasanya Ken sudah tertidur pulas sehabis ia belajar, namun sekarang tidak. Pikirannya sedang kacau dan sangat berat untuk menerima kenyataan yang terjadi padanya.

Ken melamun hingga terbesit suatu pikiran yang tak pernah ia bayangkan. Ken mengambil benda pipih itu dikantong celananya, mencari nama seorang psikopat wanita. Ya, siapa lagi kalau bukan Thea.

Tak berapa lama, Thea mengangkat panggilan dari Ken.

"Halo?"

"Ya, sorry gue nelpon lo malem-malem. Bisa temenin gue keluar sebentar?"

"Share lock," ucap Thea langsung memutuskan telfonnya tanpa basa-basi.

Ken memutuskan panggilan itu sepihak. Tanpa berlama-lama, ia segera share lokasi yang ingin Ken tuju.

***

Disinilah mereka berada, tempat terlarang dan banyak berbagai minuman berdosa. Sungguh, tidak pernah terpikir olehnya, Ken benar-benar mengajaknya ke tempat seperti ini. Ya, mereka sedang ada di depan club ternama di Jakarta. Thea masih tidak mempercayai ini semua jika sosok yang mengajaknya ke tempat ini adalah Ken.

"Lo gila?" Thea mencegah Ken untuk masuk ke dalam club. Mereka saat ini masih di depan pintu club.

Thea tau Ken bukanlah tipe pemabuk, karena itulah ia cegah. Thea pun tidak pernah meminum alkohol, lebih baik ia menyayat orang disaat pikirannya kacau.

"Gue tau lo tiba-tiba kayak gini pasti ada masalah, kenapa lo ga cerita ke gue?" Thea mengelus lengan Ken dan berusaha menenangkannya. Sejak Thea menemui Ken di depan rumahnya, Ken hanya diam membisu tidak ingin bicara. Dari situlah, Thea tahu bahwa suasana hati Ken sedang kacau.

"Gue ga bisa," ucap Ken dengan tatapan sendu.

"Ikut gue sini!" Thea menarik tangan Ken dan membawanya ke taman di dekat club. Mereka duduk dibangku taman dan sekilas memandangi bintang-bintang yang indah.

"Cerita sama gue, jangan lo pendam masalah sendirian!" pinta Thea.

Ken menarik nafasnya, berusaha menenangkan diri dan mulai bercerita tentang masalahnya.

Ken bercerita mulai dari ia sering di perlakukan sebagai pembantu oleh orang tua nya, tidak dianggap dan sering di perlakukan kasar. Dan Ken meneteskan air mata disaat membicarakan Elda--nenek Ken--yang sangat ia cintai.

Thea sebagai pendengar setia sangat teriris hatinya mendengar semua masalah Ken. Rupanya, Ken juga memiliki masalah yang kelam seperti dirinya. Tapi, Thea masih bisa merasakan kasih sayang kedua orang tuanya dulu di saat ia masih berumur 5 tahun, setelah itu Thea tidak pernah lagi merasakannya. Berbeda dengan Ken yang sejak ia lahir sudah tidak di anggap kehadirannya. Ia berusaha menenangkan Ken, mendekatkan diri dan mengelus punggung Ken. Tanpa sadar Thea menitikan air matanya.

Ken sadar akan hal itu, Ken tau Thea sedang menangisi dirinya. Ia mengusap air mata Thea di pipinya dengan lembut.

"Gue gapapa kok. Makasih udah jadi pendengar yang baik, lo udah mau dengerin masalah gue aja gue udah seneng," kata Ken sambil tersenyum manis.

Thea meraih tangan Ken dan mengusapnya, "lo harus kuat, Ken! kita lewatin ini bersama. Jangan merasa sendiri, ada gue disini," ucap Thea menenangkan Ken.

Mereka berdua sama-sama sedang memandangi langit malam yang indah. Hingga terlintas ide cemerlang dari seorang psikopat wanita.

"Ken, gue tau cara bikin lo mood lagi." Thea tersenyum memikirkan idenya.

"Apa?" tanya Ken bingung.

"Ayo ikut gue, biar lo tau cara psikopat menghibur hatinya." Thea tersenyum miring.

Devil PsychoWhere stories live. Discover now