Bagian 12

1.1K 70 6
                                    

Jam 2 pagi dini hari, pak Tono-- satpam rumah Ken-- sedang dijadwalkan ronda malam dan mengecek keadaan depan rumah, malah dikejutkan dengan adanya tubuh Andrew yang tidak sadarkan diri di depan gerbang dengan luka goresan di pipi dan luka parah di bagian bahu. Pak Tono yang melihat itu segera berlari ke arah pintu dan memencet bel serta ketukan berkali-kali.

"Permisi nyonya," ucap pak Tono sambil memencet bel.

"Ah, siapa sih yang malam-malam begini? berisik!" dengan malas, Kintan berjalan untuk membuka pintu. "Ada apa sih? kamu ganggu saya saja," ucap Kintan pada satpamnya itu.

"Eemm, itu nyonya.."

"Itu-itu apa? kalo ngomong yang jelas dong!" marah Kintan.

"Den Andrew pingsan di depan gerbang dengan luka-luka parah nyonya," jelas pak Tono.

"Apa?! yang benar saja kamu ini!" teriak Kintan tidak percaya.

Kintan segera berlari kearah depan gerbang, dan benar saja Andrew sudah tergeletak dibawah sana.

Kintan menangis sejadi-jadinya dan memanggil suaminya berkali-kali. "Pa!! papa, tolongin Andrew pa. Papa cepetan!"

Bara yang mendengar teriakan itu segera berlari menghampiri istrinya. "Ada apa sih, ma? malam-malam begini teriak-teriak."

"Ini pa, liat Andrew! hiks, Andrew luka Pa. Ayo kita bawa kerumah sakit, hiks..."

"Ayo kita segera bawa kerumah sakit. Pak Tono, tolong siapkan mobilnya!" perintah Bara.

Bara menggendong tubuh Andrew yang penuh luka, dan istrinya menangis histeris.

"Andrew! jangan tinggalin mama, Nak." Kintan menangis sesegukan.

Saat mereka berada dimobil, Kintan masih saja menangis dan tak hentinya memeluk Andrew, anak kesayangannya.

"Pa, kita harus ke kantor polisi untuk selidiki siapa pelakunya," ucap Kintan.

"Iya ma, secepatnya papa akan usut kasus ini. Papa yakin pelakunya akan segera ketemu. Mama jangan khawatir," ucap Bara berusaha menenangkan Kintan.

30 menit diperjalanan, mereka sudah sampai di Rumah Sakit Cahaya Kasih. Andrew dibawa ke ruang UGD untuk penanganan lebih lanjut.

Kintan tidak berhenti menangis, ia memeluk suaminya dan Bara berusaha menenangkan. Ia sungguh masih tidak percaya akan kejadian ini.

***

Ken yang baru saja terbangun dari tidurnya, sempat dibuat heran. karena rumahnya tiba-tiba sepi. Lalu, Ken memutuskan untuk bertanya sama satpam di rumahnya.

"Pak, mama, papa dan kak Andrew pada kemana?" tanya Ken pada Pak Tono.

"Mereka semua sedang pergi ke rumah sakit, Den Andrew tadi ditemukan pingsan dengan luka-luka parah Den Ken," jelas Pak Tono.

Ken yang mendengar itu sempat terdiam. Dia sangat khawatir jika Kakaknya kekurangan darah, mengingat banyak sekali darah yang keluar dari lukanya.

"Oh baiklah, makasih ya pak," ucap Ken, lalu pergi meninggalkan satpamnya itu.

Di dalam kamar, Ken sangat khawatir sekali dengan kondisi kakanya. "Pokoknya, kalo sampe kak Andrew kenapa-napa. Perempuan itu harus tanggung jawab!" ancam Ken.

Walaupun Andrew membenci Ken tetapi Ken sama sekali tidak membenci Kakaknya itu. Ia sangat takut Kakaknya dalam kondisi yang kritis, bagaimana pun juga mereka tetap bersaudara. Tiba-tiba terlintas ide di pikiran Ken untuk mengunjungi rumah Ibunya, tapi ini masih sangat malam, Ken tidak ingin mengganggu Ibunya. Tapi biarkan, Ken tidak akan membangukan Ibunya nanti.

"Mumpung sekarang lagi libur, yang lain juga lagi di rumah sakit. Apa gue ke rumah ibu aja yaa?" ucap Ken sambil mengangguk, lalu Ken mengganti pakaiannya dengan yang lebih rapi.

20 menit Ken berjalan, akhirnya dia sampai di depan rumah ibunya.

"Assalamualaikum," salam Ken, sambil mengetuk pintu beberapa kali. Ken berpikir semuanya sudah tertidur, tapi ternyata Bi Marni membuka pintu.

"Wa'alaikum salam. Eh, Aden Ken." jawab Bi Marni. "Silahkan masuk Den. Maaf Den, Bibi tadi baru selesai sholat."

"Makasih, Bi. Iya bi gapapa." Setelah mengucap terimakasih kepada Bi Marni, Ken langsung mendatangi kamar Ibunya.

Sebelum masuk ke kamar Ibunya, Ken mengucapkan salam terlebih dahulu. "Assalamualaikum, bu."

"Wa'alaikumsalam, masuk Ken," jawab Ibu Ken. Ken bingung ternyata ibunya tak kunjung tidur juga, Ken pikir Ibunya sedang terlelap tidur.

"Ibu, Ken kangen!" Ken berjalan kearah ibunya dan memeluknya.

"Ibu juga kangen sama Ken." Ibunya membalas pelukan Ken. "Kamu tumben malam banget kesini, kamu ga kabur dari rumah kan?"

"Ngga bu, kak Andrew di rawat di rumah sakit, bu. Jadi mama dan papa nemenin kak Andrew," jelas Ken.

"Memangnya, Andrew kenapa?" tanya Ibu Ken.

"Ken juga tidak tahu bu. Kata Pak Tono, Kak Andrew ditemukan sudah pingsan dengan tubuh yang luka-luka," bohong Ken, padahal Ken tahu persis kronologinya kenapa Andrew bisa seperti itu.

"Ya ampun, semoga aja Andrew tidak kenapa-napa," ucap Ibu Ken, walaupun beliau tidak suka dengan sikap Andrew yang semena-mena tetapi ia tidak pernah membencinya. Itulah sebabnya, Ken juga tidak membenci Kakaknya sendiri.

"Kok ibu ga tidur? Ken kira Ibu udah tidur,"

"Ibu kebangun tengah malam Ken."

"Oh begitu, yaudah Ibu lanjut tidur aja yaa, Ken temenin disini," ucap Ken dan Ibunya mengangguk.

***

"Gimana, pa? sudah lapor polisi?" tanya Kintan.

"Papa sudah lapor, ma. Polisi akan secepatnya menemukan pelakunya itu," jawab Bara.

"Kalau pelakunya sudah ditemukan, mama mau pelakunya itu dihukum seberat-beratnya!"

"Mama tenang aja, biar polisi yang urus ini semua," ucap Bara lalu memeluk istrinya.

Tak lama, dokter yang menangani Andrew keluar dari ruangan. Dengan sigap Kintan dan bara menghampirinya.

"Dengan keluarga Ananda Andrew?" tanya dokter itu.

"Iya dok, kami orang tua Andrew," ucap Kintan.

"Baiklah, kondisi Andrew sangat lemas. Andrew membutuhkan donor darah golongan AB, karena lukanya mengeluarkan banyak darah, mungkin Bapak/Ibu ada yang golongan darahnya sama dengan Ananda Andrew?" jelas dokter itu.

Kintan dan Bara yang mendengar pernyataan dari Dokter sangat bingung saat ini, kenapa golongan mereka berbeda dari anaknya?

"Golongan kami berdua beda dok dengan anak saya," ucap Bara.

"Pokoknya saya gamau tau! dokter harus cari donor darah buat anak saya!" perintah Kintan.

"Saya akan usahakan bu. Karena disini stok donor darah sedang habis. Saya permisi, pak, bu."

Kintan menangis dan teriak sejadinya, ia sangat bingung siapa yang mau mendonorkan darah anaknya saat ini. Bara pun segera menelpon orang suruhannya untuk mencari donor darah golongan AB.

***

Maaf ya pendek. Dan support terus cerita kita biar semangat UP nya!

Jangan lupa pencet BINTANGNYA! :*

Next?❤️

Devil PsychoWhere stories live. Discover now