Nine: Side Matters in The Bedroom

8.9K 1.6K 101
                                    

ngereceh dulu yuk ...


---

"Cowoknya pergi manyun, cowoknya di rumah manyun. Hubungan kamu nggak jelas banget sih, Rin?" komentar Luna ketika Sabtu itu Orin muncul di galeri.

Hari Sabtu memang hari penuh kegalauan bagi Orin. Kalau dulu dia menolak menghabiskannya bersama Berlyn, karena merasa membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, sekarang kondisi telah berbeda. Setelah hubungan mereka semakin dekat, Orin tidak yakin lagi apakah benar dirinya membutuhkan waktu lebih banyak untuk sendiri.

"Namanya pasangan baru, wajar dong kalau maunya nempel melulu. Kamu aja yang aneh, maunya pisah-pisahan," ledek Luna. "Jadi nih kamu tetap jaim nggak mau nanya, itu cowokmu ngapain aja?" tanya Luna sambil memberikan rincian peserta workshop-nya minggu ini.

"Ya gimana lah aku mau nanya, Na. Kalau aku udah pernah ngomong nggak mau diganggu kalau hari Sabtu. Waktu itu aku memang masih nggak nyaman banget kalau sering-sering bersama Berlyn. Jadi kesimpulanku Berlyn juga pasti merasakan hal yang sama."

"Maksudnya?" tanya Luna terkejut oleh pemikiran Orin.

"Kalau aku aja risih karena selalu berdua, Berlyn juga pasti merasakan hal yang sama."

"Kata siapa?" tanya Luna sambil menggeleng-geleng. "Kamu tuh seneng banget sih menyimpulkan sesuatu pakai standar sendiri. Berlyn beda kali sama kamu, Rin. Sekarang kamu serba salah sendiri kan? Kamu galau karena kepo, kalau Sabtu Berlyn ngapain aja, tapi terlalu jaim buat nanya? Gitu?"

Orin nyengir. "Kok kamu tahu banget isi hatiku sih, Na?"

Luna mencibir. Berteman sejak zaman masih mahasiswa, membuatnya hafal luar dalam sifat Orin. Dan gemas luar biasa karenanya. "Kalian cewek Pisces gini amat sih? Bisa nggak kalian kurang-kurangin dramanya?" sindir Luna kesal.

"Aku nggak percaya zodiak!" protes Orin cepat. Dia memang paling tidak bisa mengerti alasan Luna yang masih mempercayai ilmu perbintangan itu. "Tahu nggak sih Na, konyolnya ramalan perbintangan?"

"Emang siapa bilang aku percaya ramalan zodiak?"

"Kamu nyebutin aku sebagai cewek Pisces, seolah kamu udah memutuskan kalau kami para Pisces penuh drama?"

"Itu bukan ramalan zodiak. Ramalan zodiak itu emang bullshit, mau yang bulanan, mingguan, harian, apaan itu. Yang bilang kalau kamu Pisces hari ini bakal nemu duit di kolong jembatan, atau bakal ketimpa hujan, padahal jelas-jelas musim kemarau, itu emang bohong."

"Lalu?"

"Yang aku katakan ini tentang karakter zodiak secara umum, Rin."

"Tetapi karakter berdasarkan zodiak itu terlalu menggeneralisir deh, jadinya sok tahu."

"Ya emang kan karakter itu ditentukan berdasarkan frekuensi kejadian paling sering, Orin. Menarik kesimpulan perilaku manusia berdasarkan kesamaan bulan lahir. Mungkin hampir sama lah seperti melakukan riset untuk menentukan perilaku pembeli berdasarkan parameter yang sudah ditetapkan."

Orin memandang Luna, tertarik oleh hipotesis yang disampaikan sahabatnya ini. "Lalu kenapa harus zodiak? Kan sudah ada tes psikologi?"

"Kalau tes psikologi boleh, kenapa zodiak nggak boleh?" balas Luna. "Kalau MBTI –Myers-Briggs Type Indicator—boleh mengelompokkan manusia dalam sebutan INTJ kek, ESTJ, atau apa gitu, kenapa zodiak nggak boleh melabeli orang dengan sebutan Leo, Pisces, Aries, dan lain-lain?"

"MBTI kan tesnya dilakukan secara ilmiah, Na. Sedangkan zodiak, entah lah. Aku nggak berani bilang karena emang nggak tahu."

"Tanpa pengujian ilmiah, bukan berarti nggak boleh, Rin. Buat seru-seruan aja kok. Kalau bener ya syukur, nggak ya no problem."

Sew The Heartmade (akan terbit dengan judul :Love You, Orin)Where stories live. Discover now