Bab 16

11.6K 1.2K 172
                                    

Aji tersenyum lebar ketika mendapati makanan kesukaannya menjadi menu makan malam hari ini.

"Kapan kamu ujian tengah semester?" Gio bertanya, kedua matanya melirik anak laki-lakinya.

"Besok senin. Seminggu."

"Minggunya kita ke Singapura." Pria itu memberitahu.

Aji mendongak, menatap ayahnya dengan bingung. "Ngapain?"

"Fiqa wisuda. Kamu lupa?" Mel menggeleng pelan.

Anak laki-laki itu menepuk keningnya. "Oh, iya! Siapa aja yang ikut?"

"Semuanya. Tapi Qila berangkat langsung dari Australia." Gio menjawab. "Opa sama Zachra dari Medan."

Aji terlihat kecewa. "Aji mau satu pesawat sama Kaela," gumamnya pelan.

Mel yang mendengarnya, melirik Gio. "Kamu mau liat desain baju keluarga?"

Sebuah senyuman kembali terlihat di wajah Aji. Anak itu selalu menyukai desain buatan Gio dan selalu merasa semangat jika diizinkan untuk melihat desain buatan pria itu.

"Selesai makan, Papa tunjukin."

Aji mengangguk. Tiba-tiba, ia terpikirkan sesuatu dan bertanya, "Ma, kira-kira ... ujiannya susah gak, ya?"

"Kalau kamu udah belajar, gak usah takut. Pasti bisa jawab soalnya."

"Aku cuma takut gak ngerti bahasanya." Terlihat jelas raut wajah kecemasan di wajahnya.

"Kamu harus belajar lebih keras lagi. Pasti bisa." Gio memberi semangat. Baginya, menjadi siswa sekolah menengah tidak pernah mudah.

"Boleh minta soal Bahasa Inggris aja, gak?"

Pertanyaan Aji disambut gelak tawa oleh kedua orangtuanya.

"Ngomong-ngomong tentang sekolah, gimana hubungan kamu sama Fanya? Udah putus?"

Peranyaan yang keluar dari mulut Gio berhasil merusak susasana hati Aji. Ekspresi wajahnya berubah datar. Sendok di tangannya ia letakkan di atas piring seraya berkata, "Aji lupa kalau harus belajar buat besok. Gurunya galak."

Tepat saat ia berdiri dari kursinya, Gio berkata, "Papa gak pernah ajarin kamu untuk nyisaiin makanan di atas piring."

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Aji membawa serta piring dan gelasnya ke dalam kamar.

"Aji bener-bener kerja keras. Ini pasti susah, tiga tahun kemarin dia biasa pake Bahasa Inggris di sekolah. Persis Papa waktu masih  sekolah." Gio tersenyum bangga. Kepalanya mendongak, menatap wajah Mel yang terlihat masam.

"Kenapa, Ma?"

Ekspresi Mel terlihat kesal. "Harus banget bikin kacau suasana makan malam?"

Makan malam bagi Mel adalah momen yang sangat penting. Setelah menjalankan aktivitas seharian, seluruh anggota keluarga akan berkumpul di meja yang sama, menyantap hidangan makan malam seraya bercerita tentang hari yang baru saja dilewati.

Kening Gio mengkerut, merasa bingung. "Aji bener, dia emang harus belajar buat besok."

"Jelas-jelas dia kesel karena Papa bahas masalah hubungan dia sama Fanya."

"Tapi, Fanya emang gak baik, Ma." Gio mengingatkan istrinya. "Dia gak punya sopan santun."

"Papa tau sendiri kalau Fanya itu pacar pertama Aji. Terserah dia mau pacaran sama siapa, biarin pengalaman bikin dia jadi lebih baik di masa depan. Cukuplah kita pantau aja, dengerin cerita dia, kasih masukan, semangat atau sejenisnya. Bukan ikut campur sama pilihan dia." Wanita itu terlihat sangat kesal.

WasanaWhere stories live. Discover now