OTW Pondok

237 128 118
                                    

Bissmillah ....
Awali semua dengan do'a yah sob.
Selamat menikmati alurnya. Jangan lupa vote dan komennya. 😍🙏

Bagaskara terbangun di pukul 10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagaskara terbangun di pukul 10.15. Sinar matahari masuk melalui jendela kamarku dan menyilaukan mata. Bagaskara mengucek-ngucek kedua matanya. Sebuah koper sudah siap dan terletak tidak jauh dari sofa. Di atas koper itu terletak bola basket kesayangan Bagaskara dan di sampingnya tersandar sebua gitar akustik.


"Cepat mandi dan bersiap Bos, semua sedang menunggu untuk mengantarkan Bos dan Alif ke pondok pasantren." Maid itu meletakan segelas susu di atas nakas.

"Papah benaran ngirim aku ke pondok pasantren?"

"Iya Bos."

"Emang kamu gak sedih, kalo gak ada aku di sini?"

"Sedih Bos."

Bagaskara mencekal tangan maid itu, lalu menariknya jatuh ke tubuhnya. Bagaskara memandangi wajah cantik dan bibir mungilnya.

"Sebenarnya kamu itu cantik. Aku juga suka sama kamu. Cuman masalahnya kamu terlalu miskin dan posisimu cuma maid di rumahku. Gak mungkinkan aku umumkan hubungan kita sebenarnya ke semua orang." Bagaskara membelai lembut pipi maid itu. "Kamu itu cocoknya sama Alif. Sama-sama miskin dan numpang di rumahku."

Mata maid itu berkaca-kaca dan langsung menunduk. "Ambil susunya!" titah Bagaskara.

Tanpa kata, dia mengambil susu di atas nakas yang baru saja diletakkannya. "Minumin ke mulutku," titah Bagaskara lagi.

***

"Aku siap," ucap Bagaskara sambil menuruni anak tangga.

Semua orang tampak kesal padanya. Bagaskara hanya tersenyum, lalu mendekati Rissa.

"Mah ... Bagas pamit dulu. Bagas tu sebenarnya gak mau pisah sama Mamah. Cuma ini kerjaannya si Herman. Parah banget kan Mah," jelasnya pada Rissa.

Air mata Rissa tak terbendung. "Cepat pergi kamu anak sholeh. Semoga balik jadi ustadz!" pekik Rissa.

Jangan heran. Rissa memang seperti itu, jika sedang marah. Bukan makian yang terucap dari bibir beliau, melainkan harapan yang menjadi do'a. Rissa sangat menyayangi Bagaskara.

Bagaskara memeluk Rissa dan menciumnya. Herman bungkam dan beranjak lebih dulu ke mobil.

***

KARA - ENDWhere stories live. Discover now