Hukum aku secara fisik, agar aku lupa rasa sakit hati dan kecewa.

153 115 65
                                    

Bissmillah ....
Awali semua dengan do'a yah sob.
Selamat menikmati alurnya. Jangan lupa vote dan komennya. 😍🙏

"Astaghfirullahaladzim Kakak," lirih Dira

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Astaghfirullahaladzim Kakak," lirih Dira.

"Kata Abah, besok malam ada pasar malam. Para santri bakal ngadain bazar," tutur Aisyah.

Mata Dira mendelik. "Yeayy! Pasar malam. Udah lama banget di desa kita gak ada pasar malam."

"Iya."

"Kak Aisyah ikut bazar, kan?"

"Kakak gak ikut Dir."

"Kenapa Kak?"

"Kata Abah, insya Allah sore ini orang tua Ustadz Yislam mau datang."

Dira menghentikan langkahnya sambil mengulum senyum. "Ustadz Yislam mau khitbah Kakak?" tebak Dira antusias dengan suara nyaring.

Aisyah terkejut dan langsung membungkam mulut Dira. Dan di belakang mereka ternyata ada Yislam yang tengah berdiri memantung. Melihat Yislam, sontak Aisyah langsung menunduk dan pipinya seketika berubah menjadi merah merona.

"Ehm ... permisi Ustadz Yislam. Kami duluan yah, assalamualaikum." Aisyah menarik tangan Dira dan berlalu.

Dira tak kuasa menahan tawa. Aisyah menggandeng tangan Dira, dan terasa jelas suhu dingin tidak biasa dari tangan Aisyah.

Sepanjang jalan menuju rumah, Aisyah hanya diam saja. Hingga tiba di rumah, Aisyah langsung masuk kebkamarnya. Dira hanya bisa mengulum senyum dan tidak ingin mengganggunya sekarang.

"Abah," kata Dira menghampiri ayahnya di belakang rumah, yang tengah memberi makan 16 ekor kucing kesayangannya.

"Dira, ada apa nak?"

"Kata Kak Aisyah, malam ini ada pasar malam ya?"

"Iya."

"Abah dan Kak Aisyah gak ikut?"

"Iya ... semua santri yang mengadakan bazar akan ditanggung jawabi Ustadz Wahid. Dan Ustadz Wahid juga sebagai perwakilan Abah."

***

Hari telah berganti malam. Sejak sore para santri sudah siap di lokasi untuk mengadakan bazar. Pasar malam sangat ramai. Namun, Dira merasa bosan. Tanpa Aisyah, apa pun yang Dira lakukan benar-benar membosankan.

Dira berdiam diri di lapak makanan bersama Sukijah dan Bagas keponakanya. Sukijah adalah istri kedua dari Wahid, kakaknya.

Dira menyipitkan mataknya. Tampak Wahid tengah berjalan menuju lapak makanan itu, bersama seorang santri.

"Itu Bagas atau bukan yah?" batin Dira.

Wahid semakin dekat dan wajah santri itu tampak jelas. Alif lah yang bersama Wahid, bukan Bagas.

KARA - ENDWhere stories live. Discover now