[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA]
Ketika materi menjadi tolak ukur untuk suatu hubungan, maka pengkhianatan adalah ujung dari segalanya.
Manusia merupakan makhluk sosial. Namun, ketika manusia telah kehilangan rasa percaya terhadap sesama. Lantas apa ya...
Bissmillah .... Awali semua dengan do'a yah sob. Selamat menikmati alurnya. Jangan lupa vote dan komennya. 😍🙏
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bagaskara sekarang sangat kebingungan. Bagaskara berjalan gontai di sebuah gang.
"Copet!" teriak seorang wanita ke arah Bagaskara.
Seorang lelaki berlari hingga menabrak Bagaskara. Mendengar teriakan wanita itu, Bagaskara pun langsung menyerang lelaki yang menabraknya. Lelaki itu tersungkur dan segera Bagaskara merampas dompet dan ponselnya.
"Ini Bu," ucap Bagaskara memberikan dompet dan ponsel kepada wanita itu.
Wanita itu menerima dompet dan ponselnya. "Loh! Ini kok layar handphone saya pecah Mas?"
"Hah? Saya gak tau Bu, saya cuma nyelamatin barang Ibu dari copet tadi."
"Nyelamatin sih nyelamatin Mas, tapi pake hati dong. Ini gimana handphone saya jadi gini. Pokoknya Mas ganti rugi, saya gak mau tau!"
Bagaskara merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. "Saya cuma punya ini."
Wanita itu mengambil ponsel Bagaskara dan berlalu. Bagaskara terdiam sesaat, merogoh kembali sakunya dan hanya menemukan 1 lembar uang kertas berwarna merah muda.
Bagaskara memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, karena mencemaskan Jihan.
***
Di rumah sakit, Bagaskara terkejut melihat ruang rawat Jihan yang kosong. Bagaskara melihat seorang suster di ruangan itu.
"Sus, di mana pasien anak kecil yang tadi dirawat di sini?"
"Oh ... pasien atas nama Jihan, sudah di pindahkan ke ruang perawatan kelas VIP."
"VIP? Atas perintah siapa?"
"Atas perintah seorang wanita. Dia juga sudah melunasi semua tagihan. Dia bilang, dirinya adalah kerabat Bapak dan sampai sekarang dia masih menunggu Bapak di ruang perawatan Jihan."
Segera Bagaskara beranjak menuju ruang perawatan dan Bagaskara terkejut melihat keberadaan gurunya. Ibu Firda.
"Ibu Firda?"
Firda menoleh ke arah pintu. "Bagas ...."
Bagaskara masuk menghampiri Firda. "Kenapa Ibu pindahkan Jihan ke sini?"
"Ehm ...."
Flashback On
Firda tengah berjalan di lorong rumah sakit, tak sengaja melihat Bagaskara keluar dari kamar perawatan. Bagaskara tak menyadari hal itu, karena tengah dalam kondisi tidak baik-baik saja memikirkan Jihan. Berbeda dengan Firda. Firda ternyata menyadari hal itu dan masih mengenal jelas wajah Bagaskara.
