Runtuh 5

3.9K 169 4
                                    

Tak terasa waktu cepat berlalu sebentar lagi Sarah akan melaksanakan ujian kelulusan, hanya tinggal menghitung hari. Tak terasa juga hubungannya dengan Sena sudah terjalin selama hampir setahun.

“Sarah, setelah lulus dari SMA kamu mau kuliah di mana?” Wira mencoba bertanya pada sang putri.

“Mau masuk Universitas Airlangga sama Kakak kamu?” Tawar mamanya.

“Kayaknya entar dulu deh, Ma. Aku belum kepikiran mau masuk ke mana.”

“Cepet dipikirin karena bagaimanapun juga kamu sebentar lagi lulus.” Nasihat sang papa.

“Iya Pa.”

Hari ini Sarah tidak masuk sekolah karena para guru sedang ada acara kedinasan jadilah sekolah diliburkan. Saat sedang asyik-asyiknya menonton televisi, tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada panggilan dari Sheila.

“Halo.”

“Halo, Dek. Kamu di rumah, kan?”

“Iya ada apa?”

“Dek, Kakak minta tolong. Tolong kamu ambilin flashdisk Kakak di meja belajar terus kamu bawain ke sini ya soalnya itu flashdisk isinya presentasi buat hari ini. Kakak lupa bawa tadi.”

“Kok bisa lupa sih?”

“Namanya orang lupa ya gak inget.”

Sarah menghembuskan nafasnya sebal. “Ya udah aku siap-siap dulu.”

“Makasih adikku yang cantik. Nanti pulangnya Kakak beliin martabak deh.”

Sarah hanya menjawab dengan deheman.

Setelah panggilan terputus, Sarah segera naik ke lantai atas mengambil flashdisk yang di maksud sang kakak. Tak lupa Sarah berdandan sedikit lebih cantik karena dia juga ingin menemui Sena.

Dengan menaiki mobil hadiah ulang tahun ke tujuh belasnya tahun lalu, Sarah mengendarai mobil honda brio merah itu menuju Universitas Airlangga. Hanya berselang dua puluh menit akhirnya dia sampai di universitas tersebut.

Sarah menengok ke sana-ke mari guna mencari fakultas kakaknya, saat ditelepon Sheila malah tidak mengangkatnya jadinya Sarah harus bertanya-tanya ke mahasiswi lainnya di mana letak fakultas kakaknya.

Sarah sampai di fakultas Sheila dan mencarinya. Saat berjalan di lorong matanya melihat dua orang yang sangat dia kenali sedang bersenda gurau bahkan si laki-laki beberapa kali mengusap rambut si perempuan. Tawa keduanya sangat lebar.

Hati Sarah berdenyut nyeri. Selama hampir satu tahun menjalin hubungan dia tidak pernah melihat Sena tertawa selebar itu, dia juga tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh Sena, tapi kini dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kekasihnya memperlakukan kakaknya begitu baik seperti yang dia inginkan. Meski mereka tidak hanya berdua tapi tetap saja hal itu membuatnya terluka.

Sheila yang melihat adiknya tengah berdiri memperhatikan mereka dengan reflek menjauh dari Sena. Sena yang bingung dengan sikap Sheila, lantas dia mengikuti arah pendang gadis itu dan di ujung lorong Sarah menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Dek,” Sheila sedikit berlari menghampiri adiknya. “kok gak ngasih tau Kakak kalau udah sampai?”

“Dari tadi udah aku telepon gak diangkat.”

Sheila mengecek ponselnya yang ada di dalam tas dan benar saja ada tujuh panggilan tak terjawab dari Sarah. “Aduh maaf ya, Kakak lupa kalau hp Kakak mode silent.”

“Iya gak papa. Ini flashdisknya.”

Sheila menerima flashdisk yang diberikan Sarah. “Aduh makasih ya, maaf ngerepotin kamu.”

Runtuh : Luka dan Cinta (Terbit)Where stories live. Discover now