Runtuh 7

3.8K 167 6
                                    

Hari ini Sarah sudah diperbolehkan untuk pulang dan beberapa hari kedepan dia harus masuk sekolah untuk mengikuti ujian susulan.

“Kakak!” Seru Satria dan Sonya bersamaan. Kedua anak itu terlihat senang melihat kakaknya pulang setelah beberapa hari menginap di rumah sakit.

“Kak Sarah.” Sonya memeluk Sarah penuh kerinduan, pasalnya saat Sarah di rawat di rumah sakit dia tidak bisa mengunjungi karena dia melakukan wisata ke Pulau Dewata Bali.

“Aku kangen banget sama Kakak.”

“Kakak juga kengen banget sama kamu.”

Anita, Sonya dan Satria menuntun Sarah menuju kamarnya.

“Ayo kita keluar, biar kakak kamu istirahat dulu.” kata Anita.

Setelah semuanya keluar Sarah merebahkan dirinya di ranjang.

Ting

Tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas.

Sena

Maaf gak bisa jemput kamu, aku sibuk.

Sarah

Iya gak papa, aku tau kok.

Bibir Sarah sedikit mengembangkan melihat perkembangan sikap Sena. Sejak hari dimana Sena dan kedua orang tuanya datang menjenguknya di rumah sakit, sikap laki-laki itu kian melunak.

Tok tok tok

“Dek, Kakak boleh masuk?”

“Masuk aja, Kak.”

Perlahan pitu kamarnya terbuka, menampilkan Sheila yang sepertinya baru pulang kuliah.

“Kamu mau istirahat ya?”

“Gak papa, Kakak sini aja dulu.”

Sheila duduk di pinggir ranjang. “Kakak dengar kamu sama Sena mau lamaran ya?”

Bibir Sara kembali mengembang. “Iya Kak.”

“Wah, Kakak ikut seneng dengernya.”

Sarah mengambil tangan Sheila, digenggamnya rapat-rapat kedua tangan kakaknya itu. “Kak, aku mau minta ijin sama Kakak buat nikah duluan. Aku minta restunya ya, Kak.”

Meski hatinya terluka Sheila tetap memaksakan diri untuk tersenyum. “Doa Kakak selalu menyertai kamu mu, Dek.”

Mata Sarah mulai mengabur. “Makasih, Kak.”

Isak tangis keluar dari bibir Sheila kala Sarah memeluknya.

"Kakak nangis?"

"Kakak cuma terlalu bahagia." Bohongnya.

Ya Tuhan, rasanya sangat sakit. Batin Sheila.

***

Setelah menyelesaikan ujian susulannya, beberapa minggu kemudian Sena dan keluarganya datang bersama keluarga besar mereka untuk melamar Sarah secara resmi. Kini rumah keluarga Wira Pakubuono dihias dengan begitu indahnya. Sebuah dekor dipasang di ujung ruangaan tak lupa kursi-kursi kecil beserta meja dengan kue-kue di atasnya. Tak lupa hiasan bunga-bunga segar yang dijadikan hiasan pelengkap agar memberikan nuansa segar untuk semua orang.

Karin dan Mala juga ikut hadir di acara lamaran Sarah.

“Gue gak nyangka kalau sebentar lagi Sarah lamaran terus menikah.” Kata Mala.

“Iya, gue kayak gak yakin gitu.” Balas Karin.

Mala menatap Karin penuh kebingungan. “Gak yakin gimana?”

Runtuh : Luka dan Cinta (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang