Runtuh 10

5.7K 230 13
                                    

Bunyi alarm ponsel membangunkan Sena dari tidurnya, tangannya terulur untuk mengambil ponsel dan mematikan alarm. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, dia masih malas untuk beranjak dari tidurnya. Saat dia menoleh ke samping betapa terkejutnya dia saat tak menemukan Sarah, reflek dia langsung bangun dari kasur.

“Sarah.” Panggilnya.

Mata yang semula masih mengantuk mendadak terbuka lebar. Dia mengetuk pintu kamar mandi tapi tidak ada sahutan, itu tandanya Sarah tidak ada di dalam.

“Sarah.” Panggilnya lagi.

Ke mana wanita itu pagi-pagi buta seperti ini. Sena sudah mencari ke seluruh ruangan yang ada di vila ini tapi dia tidak menemukan Sarah di mana pun. Dia kembali ke kamar dan melihat barang-barang Sarah masih ada di tempatnya.

“Ka mana kamu, Sar.”

Sena sudah kepalang panik saat ponsel Sarah kembali ditinggal di kamar saat ia meneleponnya.

Jam sudah menunjukkan hampir pukul tujuh tapi Sarah belum juga kembali. Ya Tuhan Sarah benar-benar membuatnya frustasi!

Terdengar suara pintu yang dibuka, Sena bergegas ke ruang tamu. Ada rasa lega sekaligus marah saat dia melihat Sarah kembali pulang.

“Dari mana kamu?! Ke mana kamu pagi-pagi buta?”

“Kenapa gak bawa hp?”

“Kamu mau buat aku khawatir lagi! Kenapa sih kamu itu gak bisa dewasa!”

Mata Sarah mulai memerah menahan tangis.

“Nangis! Nangis lagi biar aku merasa bersalah!”

“Nangis terus!”

Kini Sarah benar-benar tidak bisa menahan tangisnya lagi.

“Aku habis cari sarapan buat kita supaya saat kamu bangun nanti udah ada makanan buat dimakan.”

Mata Sena turun ke bawah di mana tangan Sarah membawa kantung plastik berisi sarapan.

“Kata Mama, kamu terbiasa sarapan dipagi hari, jadi aku cari sarapan buat kita. Sedari tadi aku juga ada di depan ngobrol sama istrinya Pak Abra. Aku pikir kamu belum bangun.”

“Aku minta maaf udah bikin kamu marah.” Sarah berlalu pergi meninggalkan Sena.

Lagi-lagi Sena sudah membuat Sarah menangis. Sungguh tidak ada niatan dalam dirinya untuk memarahi Sarah, dia hanya terlalu khawatir jika istrinya itu kenapa-kenapa karena bagaimana pun juga sekarang Sarah adalah tanggung jawabnya.

Di ruang makan Sarah menyiapkan bubur yang tadi dibelinya. Sena duduk sambil menatap Sarah yang menyiapkan makanannya. Sena juga baru menyadari jika cara jalan Sarah berbeda, mungkin itu karena lututnya yang terluka dan dari semalam luka itu belum diobati.

Sarah menoleh saat melihat Sena pergi. Sepertinya suaminya itu benar-benar marah dengannya, terbukti Sena langsung pergi tanpa menyentuh sarapan yang sudah dia belikan. Air matanya kembali mengalir, dia sangat sedih melihat sikap Sena yang seperti itu, tapi pikirannya salah, Sena kembali. Laki-laki itu berjongkok di bawahnya, laki-laki itu mengeluarkan betadine dan kapas dari kantung plastik yang dibawanya. Dengan telaten Sena mengobati luka dikaki Sarah akibat dia tinggal semalam, sedangkan Sarah masih terus menangis.

Setelah selesai Sena duduk di depan Sarah, dia mengambil tangan Sarah.

“Alana itu kakak sepupu aku, dia tanya kapan kita pulang karena dia nitip oleh-oleh."

“Maafin aku, kemarin malam aku emosi. Maafin aku juga karena udah ninggalin kamu sendiri, membiarkan kamu kedinginan dan ketakutan di sana.”

Jika mengingat hal semalam membuat Sarah sangat marah, tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi.

Runtuh : Luka dan Cinta (Terbit)Where stories live. Discover now