Runtuh 15

10.5K 520 29
                                    

Tak pernah terbayangkan dalam pikiran Sarah bahwa pernikahan impiannya akan berakhir seperti ini. Suami yang amat dia cintai serta kakak yang amat dia percayai ternyata tega mengkhianatinya. Terlebih lagi dia baru saja kehilangan calon buah hatinya karena dua orang itu.

Air mata mulai menetes dari sudut matanya. Dia belum sempat mengetahui keberadaan calon buah hatinya tapi kenapa Tuhan sudah mengambilnya kembali? Calon buah hatinya yang tak berdosa harus menjadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya.

“Anakku...”

“Anakku...”

Dia kehilangan tiga orang yang sangat dia cintai. Suami, kakak, serta calon anaknya dalam waktu bersamaan. Kini tidak ada lagi yang tersisa darinya, kepercayaan, cinta dan hatinya sudah hancur tak bersisa.

Ya Tuhan, malang sekali nasibnya...

Suara pintu yang dibuka membuat Sarah menoleh, moodnya langsung hancur ketika melihat orang yang paling ingin dia hindari berdiri di ambang pintu, dia segera memalingkan wajahnya.

Suara langkah kaki mulai terdengar mendekat, Sarah bisa merasakan jika laki-laki itu sedang duduk di sampingnya.

“Sar...”

Mendengar suara laki-laki itu, membuat amarah di dada Sarah kembali membara.

“Aku bawain kamu bubur, kamu makan ya.” Sena mulai menyuapkan sesendok bubur ke mulut Sarah tapi Sarah terus memalingkan wajahnya.

“Dari kemarin kamu belum makan, Sar. Aku mohon tolong makan, sedikit aja.” Sena kembali menyuapkan bubur ke mulut Sarah tapi gadis itu enggan memakannya.

“Kalau aku gak mau ya jangan maksa!”

Untuk pertama kalinya Sarah membentaknya, membuat Sena sangat terkejut.

“Tapi perut kamu belum keisi apapun. Makan dikit ya...”

Pranggg

Sarah menangkis bubur ayam tersebut hingga berceceran di lantai.

“Lebih baik kamu pergi dari sini! Aku muak lihat wajah kamu! Pergi! Pergi!” Sarah mulai histeris seraya melempar barang-barang di sekitarnya.

“Pergi brengsek!” Dia terus melempar barang-barang. “Aku muak melihatmu!”

Dug

Kepala Sena mendadak pening saat kepalanya terkena lemparan vas, darah segar mulai keluar menetesi bajunya. Kepalanya mendongak untuk melihat wajah istrinya, hatinya terasa sangat sakit saat tak melihat raut kekhawatiran diwajah itu.

Anita dan beberapa suster masuk ke dalam ruangan itu untuk menenangkan Sarah.

“Sarah, hentikan, Nak!” Anita memeluk tubuh putrinya agar anaknya itu tenang.

“Pergi! Jangan temui aku lagi!” Sarah masih terus histeris.

“Suruh laki-laki itu pergi, Ma! Aku gak mau melihatnya...”

Sakit. Itulah yang dirasakan Sena saat Sarah mengusirnya.

Suster menyuntikkan obat penenang ke infus Sarah. Setelah beberapa saat akhirnya Sarah mulai tenang dan akhirnya tertidur.

Anita mendekati Sena. “Sena.” Panggilnya. “Itu kenening kamu berdarah, ayo kita obati dulu.”

“Gak usah, Ma. Ini gak papa kok.”

“Gak papa gimana, itu lukanya lebar banget lho. Ayo kita ke UGD dulu.”

Anita membawa Sena ke UGD untuk diobati, mau tak mau Sena menuruti perintah ibu mertuanya.

Runtuh : Luka dan Cinta (Terbit)Where stories live. Discover now