*33*

15.3K 1.7K 40
                                    

Happy reading

Bryan menghentikan langkahnya di lorong yang cukup sepi, ia menatap Dika yang terlihat santai

"apa yang ingin anda tanyakan pada saya tuan muda?" tanya Dika

"darimana kau tahu tempat penculikan Reynan?" tanya Bryan

"anda mencurigai saya tuan muda?" tanya Dika terkekeh

"cukup jawab tidak perlu bertele-tele" ucap Bryan menatap Dika datar

"kau tidak lupa kan tuan muda jika Reynan selama ini hidup bersama siapa" ucap Dika melihat reaksi Bryan, masih sama dia masih menampilkan wajah datar

"itu tidak menjamin jika kau berusaha membunuh adik ku" ucap Bryan datar membuat Dika kembali terkekeh

"jika saya mempunyai niatan buruk pada adik anda sudah saya lakukan sejak lama, sebelum Reynan bertemu dengan keluarganya dengan begitu Reynan menghilang pun tidak akan ada yang mencarinya bukan? tapi saya tidak melakukannya karna memang saya tidak punya niatan buruk pada adik anda" ucap Dika membuat Bryan terdiam

"Reynan tidak bodoh tuan muda, dia bisa membedakan mana musuh mana teman" ucap Dika tersenyum, senyuman yang terlihat menyebalkan dimata Bryan

"jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, saya pergi" ucap Dika melangkah pergi tanpa menunggu jawaban Bryan

***

Esoknya semua keluarga Ravenzia mengantarkan jenazah Vyora menuju pemakaman, para media ingin mendekat untuk mewawancarai mereka karna kabar kematian Vyora yang sangat mendadak namun para awak media itu tak bisa mendekat karna penjagaan anak buah Zergan

Rafa dan kedua putranya berjongkok di samping makam Vyora

"mah kenapa mamah ninggalin El?" ucap Rafael menangis melihat gundukan tanah di depannya

Rafa yang melihat Rafael kembali menangis segera memeluknya, ia harus kuat ia tak boleh terlihat lemah di depan kedua putranya

Sementara Devano ia menunduk kembali teringat dengan percakapan ibunya dengan seseorang di telpon sebelum pergi kemarin pagi

"mah liat papah, kurang apa papah kenapa mamah khianati papah" batin Devan menatap datar gundukan tanah itu, tak ada yang menyadari tatapan Devan mereka terlalu terpaku dengan kesedihan Rafa dan Rafael

Devano mengepalkan tangannya, ia sedih dengan kepergian Vyora tapi ia lebih sedih melihat Rafa, ayahnya, pahlawannya yang menangisi kepergian seseorang yang tak pantas ia tangisi

***

Disisi lain jari-jari Reynan mulai bergerak disusul dengan matanya yang mulai terbuka secara perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk

"gue masih hidup?" batin Reynan saat menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit

Reynan melihat sekeliling tak ada orang disini, Reynan meraba perutnya, ia mengercit mengapa perutnya dililit perban lalu tangannya naik meraba wajahnya yang masih terhalang alat oksigen, tak jauh beda wajahnya pun di perban meskipun hanya bagian atasnya

"wajah ganteng gue bener-bener jadi jelek nih pasti" batin Reynan lebay

Reynan berusaha bangkit namun baru ia bergerak sedikit punggungnya sudah terasa perih

without identity (end)Where stories live. Discover now