#1 -- Andini

17.4K 432 2
                                    

Siang begitu terik. Matahari seolah sedang bergembira memancarkan sinarnya. Awan pun seakan tak mau mengusik. Tak sedikitpun ia berani menghalangi sang matahari melihat bumi. Tak peduli banyaknya makhluk yang menyeka peluh mereka di jalanan. Begitu pula dengan Andini. Walau keningnya basah, tak membuatnya berhenti melangkah. Tidak, gadis itu bukannya kehabisan ongkos untuk pulang. Setelah turun dari bus kota, ia sengaja ingin berjalan kaki menuju rumahnya yang berjarak sekitar satu kilometer dari halte bus. Ia hanya ingin lebih banyak waktu. Untuk berpikir, mungkin.

Andini membuang napas, lalu perlahan membuka pintu rumahnya. Ia tak memperhatikan sekitarnya sampai-sampai ia terjengit kaget saat namanya dipanggil. Didapatinya Sinta telah duduk santai sambil menonton televisi. Memang sebelumnya ia sudah tahu kalau Sinta akan datang, tapi ia tak mengira secepat ini. Sepupunya itu jauh-jauh pindah dari luar kota agar bisa bersamanya. Rencananya, Sinta akan melanjutkan kuliah di kota ini dan memilih sekampus dengannya. Seharusnya ia senang, karena sebagai anak tunggal Andini tak punya teman di rumah. Namun, kenapa rasanya ia justru tak merasa nyaman dengan kehadiran saudaranya?

"Baru pulang, Din?" tanya Sinta saat Andini menghampirinya dengan langkah gontai.

Andini hanya tersenyum sedikit. Namun, sepertinya Sinta tak puas dengan reaksi Andini. Masih terus ditatapnya saudaranya. Terpaksa Andini membuka mulutnya.

"Tadi mampir cari referensi dulu. Banyak tugas. Kapan datang?" Andini menghempaskan tubuhnya di sofa, duduk di samping Sinta.

"Tadi menjelang dzuhur."

"Gimana kabar Pakde dan Bude?"

"Mama dan Papa alhamdulillah sehat. Masih sibuk kayak biasanya. Kak Satya juga baik. Dia titip salam buat kamu. Kamu jarang banget online, Din.. Sibuk?"

Andini hanya tersenyum.

"Soal kepindahan kamu, udah aku urus semua di rektorat. Fakultas juga udah beres. Kamu bisa segera masuk kuliah. Nanti kamu temui pembimbing akademik kamu dulu ya."

"Ih kebiasaan deh mengalihkan pembicaraan." ujar Sinta cemberut.

"Lho aku mengalihkan pembicaraan gimana? Kan aku lagi ngomongin kuliah kamu. Tujuan kamu pindah kemari."

Sinta mengangkat bahu. "Ya udah deh... Tapi thanks ya kamu udah bantuin ngurusin semuanya."

Andini mengangguk. "Aku ke kamar dulu, Sin." katanya beranjak berdiri.

"Kamu nggak makan dulu? Tadi Tante udah bikin masakan kesukaan kamu sebelum pergi."

"Mama ke mana emangnya?" Tanya Andini.

"Katanya nengok tetangga ke rumah sakit bareng ibu-ibu kompleks."

"Oh ya udah. Aku ke kamar dulu."

"Nggak makan, Din?"

Andini menggeleng. "Nanti. Kamu makan duluan aja."

Andini bergegas masuk ke kamarnya, mendudukkan tubuhnya di pinggir tempat tidur. Andini terdiam. Pikirannya menerawang jauh. Entah kenapa hatinya sekarang menjadi gelisah.

***

RAPUHWhere stories live. Discover now