#10 -- Maaf

5.9K 292 4
                                    

"Sinta...?"

Satya terkejut saat melihat adiknya berdiri di depan pintu kontrakan temannya. Lebih terkejut lagi saat keluar melihat sosok yang berdiri agak jauh dari adiknya. Gadis itu mengalihkan matanya saat Satya menatapnya seakan tak percaya.

"Kita bicara di dalam." katanya menyuruh mereka masuk. Matanya masih tak berhenti menatap Andini.

Sinta menggamit lengan Andini. Mengangguk pelan untuk menguatkannya.

"Duduk dulu, Sin... Andini..." kata Satya canggung.

"Mas nggak kerja? Kata Mama, Mas ada proyek di sini." Sinta berusaha mencairkan suasana karena dilihatnya Satya dan Andini begitu tegang.

"Iya.. aku barusan pulang. Emm... bikin rancangan buat cafe yang mau direnovasi total." Jawab Satya dengan suara sedikit bergetar.

"Aku kemari karena Papa dan Mama."

"Maksud kamu?" Tanya Satya tak mengerti.

"Mereka kemarin datang. Tapi tadi pagi sudah pulang."

Sinta segera menjelaskan semuanya pada kakaknya. Termasuk orang tua mereka dan rencana menikahkannya dengan Andini.

"Jadi sekarang semua sudah tau kebejatanku?" tanya Satya. Tubuhnya lemas seketika.

Sinta menghela napas.

"Kalau nggak mau disebut pengecut, Mas Satya harus berani mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah Mas lakukan." Sinta sedikit menekan kata-katanya.

Satya mendesah, lalu menatap Andini yang sejak tadi diam saja. Pelan-pelan dia menghampiri Andini dan berlutut di depannya. Andini tampak terkejut melihat yang dilakukan Satya.

"Din... Apa kamu benar-benar bersedia menikah denganku?" tanya Satya memastikan. Dia tau pasti Andini takkan mudah memaafkannya.

Andini hanya mengangguk pelan. Ia sudah berpikir, mungkin ini yang terbaik untuk semuanya, juga hubungan keluarga mereka.

Anggukan Andini serasa hujan di musim kemarau bagi Satya.

"Terima kasih, Andini..."

Tanpa sadar Satya memeluk tubuh yang duduk di hadapannya. Andini begitu terkejut dan refleks berdiri hingga Satya terjengkang ke belakang.

Sinta sebenarnya juga terkejut, namun ia diam saja karena ingin tahu reaksi Andini. Apa Andini masih trauma dengan Mas Satya? Dia begitu kaget saat tubuh mereka bersentuhan.

"Maaf... maaf..." ucap Andini gusar saat melihat Satya jatuh karena tindakannya.

Satya berdiri. "Nggak apa-apa, Din.. aku ngerti. Justru aku yang harus minta maaf.. Kamu pasti jijik dengan sentuhanku.."

Andini menggeleng. "Bukan... aku......" ia tampak kesulitan berkata-kata.

"Satu hal yang sebenarnya ingin kuakui sejak dulu, Din.. Sejujurnya aku bisa melakukan semua itu karena aku tak sanggup menahan perasaanku sama kamu. Aku sadar kamu saudaraku, tapi aku tak bisa menyangkal perasaanku sendiri. Aku menyukaimu, Andini.. Semenjak kamu beranjak remaja, aku sudah jatuh cinta padamu. Tapi aku salah.. aku justru menghancurkanmu.. aku berbuat keji padamu.. Aku menyesal, Andini... sungguh.. Kau bunuh aku pun aku terima karena aku memang berdosa padamu."

Andini justru terisak-isak mendengar kata-kata Satya. Sinta benar, Mas Satya mencintaiku. Apa yang harus kulakukan, Tuhan? Aku memang bersedia menikah dengannya, tapi aku sendiri tak tau bisakah aku memaafkannya.. aku tak tau bisakah lukaku ini disembuhkan..

Sinta tersenyum getir. Apa harus terluka dulu baru Mas Satya berani mengungkapkan perasaannya?

Sinta paham betul sepak terjang kakaknya saat kuliah. Entah berapa gadis yang dipacarinya, tapi Sinta lama kelamaan tahu kakaknya cuma bermain-main saja. Mungkin juga dia sengaja membawa gadis-gadis itu ke rumah untuk melihat reaksi Andini. Dulu dia sering kesal saat dia dan Andini belajar di ruang tengah, kakaknya justru nimbrung di situ dan asyik bercanda dengan pacarnya. Sinta seringkali ngomel dan marah-marah hanya untuk menyuruh kakaknya pergi dan tidak mengganggunya belajar bersama Andini. Sifat kakaknya langsung berubah setelah Andini lulus SMP dan pergi dari rumah mereka. Semenjak saat itu Satya tak pernah lagi membawa gadis ke rumah.

***


RAPUHWhere stories live. Discover now