#13 -- Bicara

6.3K 296 2
                                    

"Din, apa kamu keberatan seandainya kita tinggal sendiri?" Tanya Satya suatu malam.

Mereka sudah hampir dua minggu menikah dan sikap Andini masih dingin pada Satya. Walaupun dia tak pernah secara terang-terangan menunjukkan kebenciannya. Satya tahu Andini masih membenci. Mimpi itu mengatakan segalanya.

Beberapa malam, Satya selalu terbangun karena igauan istrinya. Satya merutuki dirinya sendiri tiap kali mendengar teriakan Andini. Bukan teriakan keras, hanya samar-samar terdengar, namun wajah Andini yang penuh keringat bahkan air matanya ikut mengalir, membuat hati Satya begitu tersayat.

Lepaskan...

Jangan sentuh aku...

Sakiiiitt....

"Bukankah Mas Satya cuma sementara di sini?"

Pertanyaan Andini menyadarkan Satya dari lamunannya. Kembali ditatapnya Andini, namun gadis itu sengaja mengalihkan matanya.

"Aku berencana pindah ke kota ini. Setelah proyek ini selesai, aku akan mengajukan resign."

Andini terkejut. "Kenapa?"

"Andini, kamu kan masih kuliah. Jadi biar aku saja yang pindah ya?"

"Mas masih tetap bisa bekerja di sana kan? Aku nggak masalah." Sahut Andini acuh tak acuh. Justru aku bisa lebih menata hatiku kalau tidak selalu bertemu denganmu setiap hari.

"Dan kita berjauhan? Tidak, Din.. Kamu istriku. Mau jadi apa rumah tangga kita nanti? Tinggal serumah saja kamu jarang bicara denganku. Aku tau aku salah. Tapi tak adakah hukuman lain selain kamu mendiamkanku?"

Satya mencoba menahan diri untuk tidak bicara lagi. Ditatapnya Andini yang diam saja. Satya mendesah melihat Andini tak menanggapinya. Ia merasa percuma bicara.

"Cari kerjaan di sini sulit." Ucap Andini akhirnya.

Satya tersenyum tipis. Merasa Andini sengaja mengatakan hal itu. Kau begitu ingin aku menjauh rupanya. Tapi maaf, aku tak bisa menjauh darimu. Aku tak ingin semakin menciptakan jarak antara kita. Aku tak ingin kehilanganmu.

"Aku bahkan sudah dapat dua tawaran dari teman pemilik cafe yang kukerjakan."

Andini ber-oh saja. Ia tahu Satya takkan berubah pikiran. Tapi ia ragu, apakah hanya karena dirinya? Apa bukan karena kemarahan orang tuanya? Sinta pernah cerita padanya, sewaktu Satya pulang dan minta maaf pada orang tuanya, Papanya bahkan mengamuk dan mengusirnya. Walaupun Papanya tak pernah menunjukkan hal itu saat acara pernikahan mereka.

Apa karena itu Mas Satya ingin meninggalkan pekerjaannya?Apa dia merasa sudah tak diterima lagi di keluarganya? Kasihan juga dia...

Andini melirik Satya yang duduk terpekur menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Aku memang sakit hati padanya..
Aku memang belum bisa memaafkannya..
Tapi bukan hanya aku saja yang menanggung beban berat.. dia juga...
Bahkan mungkin lebih berat karena tak ada seorang pun yang memberikan dukungan padanya..

Hati Andini merasa tersentuh. Namun ia tetap tak mau menunjukkannya di hadapan Satya.

Andai kau tau, aku tidak bisa membencimu... aku hanya bisa membenci apa yang kau lakukan padaku...

"Mas, aku nggak keberatan kita tinggal sendiri."

Satya terperangah mendengar ucapan istrinya.

***

RAPUHWhere stories live. Discover now